• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II

Lie dalam Rusman (2011:218) pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang dengan kelompok yang heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Sedikit berbeda dari

pendapat Lie, Trianto (2010:75) menyatakan tipe Jigsaw II dikembangkan oleh Slavin. Pada tipe II ini siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi ahli. Hal ini untuk memperoleh gambaran menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan. Melengkapi pendapat Trianto, Egen. P dan Kauchak. D (2012:137) menjelaskan Jigsaw II “merupakan strategi pembelajaran di mana siswa individu menjadi pakar tentang sub bagian satu topik dan mengajarkan sub-bagian itu kepada orang lain”.

Berdasarkan ketiga pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa pada tipe Jigsaw II siswa diberikan kesempatan belajar secara keseluruhan konsep sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi ahli. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengetahui keseluruhan materi yang akan dipelajarinya. Jadi setidaknya siswa sudah mengetahui garis besar materi yang dipelajari dalam kelompok. Setelah itu baru siswa akan mendalami bagian yang akan menjadi spesialisnya untuk dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Pada Jigsaw II diadakan penilaian secara kelompok tidak hanya penilaian secara individu seperti yang dilakukan pada Jigsaw I. Menurut Slavin (2005:14) menjelaskan bahwa di akhir Jigsaw II akan diadakan kuis atau penilaian yang lain, skor dari kuis ini akan digunakan untuk penghitungan skor kemajuan siswa. Skor kemajuan dari setiap siswa akan dikontribusikan kepada kelompok yang nantinya digunakan untuk menentukan (pengakuan kelompok) tim baik, tim sangat baik, dan tim

super. Berikut ini adalah acuan untuk menghitung skor kemajuan menurut Slavin (2005:159):

Tabel 1. Skor kemajuan

Skor Kuis Poin Kemajuan

Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 5

10-1 poin dibawah skor awal 10

Sampai 10 poin di atas skor awal 20

Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30

Skor kemajuan setiap siswa dalam kelompok dijumlah dan dicari rata-ratanya. Berdasarkan rata-rata tersebut dapat diketahui skor kemajuan kelompok yang dapat digunakan untuk memberikan penghargaan pada setiap kelompok. Berikut ini adalah kriteria penghargaan kelompok menurut Rusman (2011:216):

Tabel 2. Kriteria penghargaan kelompok

Kriteria (Rata-rata Tim) Penghargaan

0≤N≤5 -

6≤N≤15 Tim baik (Good Team)

16≤N≤20 Tim sangat baik (Great Team) 21≤N≤30 Tim super (Super Team)

Menurut Slavin (2005:160) kriteria untuk menentukan penghargaan kelompok bukanlah kriteria yang bersifat tetap, kita diperbolehkan untuk mengubah kriteria di atas. Pada penelitian ini peneliti memilih menggunakan kriteria penghargaan kelompok menurut Rusman.

2.1.5.1.Langkah-langkah Pembelajaran dengan Jigsaw II

Slavin, dalam Trianto (2010:75) memaparkan langkah-langkah untuk merencanakan kegiatan Jigsaw II, terdiri dari 6 langkah: orientasi,

pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok ahli, diskusi kelompok ahli di dalam grup asal, tes dan pengakuan kelompok.

Langkah pertama adalah orientasi. Dalam langkah ini siswa diperkenalkan mengenai bagaimana proses pembelajaran akan dilaksanakan selain itu pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar secara keseluruhan konsep (scan read) juga dilaksanakan pada langkah ini. Langkah yang kedua adalah pengelompokan, pengelompokan yang dimaksud adalah dengan membuat kelompok kecil terdiri dari 4-6 siswa setiap kelompok (kelompok asal). Kemudian dalam kelompok ini dilakukan pembagian materi yang jelas kepada setiap anggotanya.

Langkah ketiga dan keempat adalah pembentukan dan pembinaan kelompok ahli, siswa dari seluruh kelompok yang memperoleh materi yang sama dikumpulkan dan dibuat kelompok baru yang bernama kelompok ahli. Di dalam kelompok tersebut siswa yang memperoleh materi yang sama akan berdiskusi dan mendalami materi yang mereka peroleh.

Langkah kelima adalah diskusi kelompok ahli di dalam kelompok asal, kegiatan ini dilakukan agar seluruh siswa dalam kelompok asal memperoleh satu kesatuan materi secara utuh yang akan mereka dapatkan dari para ahli dalam kelompok tersebut. Hal tersebut dilakukan dengan cara presentasi atau setiap ahli menjelaskan materi yang mereka dapatkan di kelompok asal secara bergantian.

Langkah keenam adalah tes dan pengakuan kelompok, kegiatan ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa dan sejauh mana keberhasilan proses pembelajaran tersebut.

2.1.5.2.Langkah-langkah Membuat Materi Jigsaw II

Slavin (2005:238) memaparkan langkah-langkah untuk membuat materi Jigsaw II sebagai berikut:

1) Pilihlah satu atau dua bab cerita yang mencakup materi untuk dua atau tiga hari. Jika materi tersebut akan dibaca siswa di kelas, materi yang dipilih harus tidak lebih dari 30 menit untuk dibaca.

2) Buatlah satu lembar ahli untuk tiap unit. Lembar ini sebagai petunjuk kepada siswa pada bagian mana siswa tersebut harus berkonsentrasi dalam membaca.

3) Buatlah kuis, tes berupa esai atau yang lainya untuk setiap unit. Isi kuis tersebut harus berisi minimal dua kali jumlah topik atau kelipatan topik tersebut agar jumlah soal seimbang disetiap topiknya. Misalnya membagi topik menjadi lima maka jumlah soal kuis adalah sepuluh, lima belas, dua puluh dan seterusnya.

4) Menggunakan skema diskusi, misalnya pada pembentukan kelompok heterogen pada kelompok asal dan pembagian kelompok ahli. Dalam pembagian kelompok ahli kita dapat menentukan secara acak dalam tiap kelompok atau dengan menentukan siswa mana yang akan masuk kelompok ahli mana.

2.1.5.3.Perbedaan Pembelajaran tipe Jigsaw II dengan pembelajaran tipe

Jigsaw I

Jigsaw II dan Jigsaw I sebenarnya sama karena Jigsaw II merupakan sebuah adaptasi dari teknik Jigsaw I, namun ada beberapa aspek yang membedakannya. Trianto (2010:75) menjelaskan bahwa pada jigsaw II siswa diberi kesempatan untuk mempelajari konsep secara keseluruhan sebelum ia mempelajari apa yang akan menjadi keahliannya.

Hal yang membedakan antara Jigsaw II dan Jigsaw I adalah pada Jigsaw II diawali dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mempelajari konsep secara keseluruhan sehingga siswa sudah mengetahui keseluruhan materi yang akan dipelajari. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan cara guru memberikan penjelasan garis besar materi yang akan dipelajari. Kemudian baru dilanjutkan dengan mempelajari sub bab materi yang akan di dalami pada kelompok ahli. Siswa yang sudah mengetahui garis besar materi maka akan lebih mudah dalam memahami dan menyatukan potongan bab materi yang akan mereka dapatkan saat berdiskusi dalam kelompok asal. Dalam Jigsaw I, siswa akan mendapatkan keseluruhan materi dari penjelasan dari teman kelompok asal. Hal ini sangat mengkhawatiran karena bisa saja siswa tersebut belum memahami materi dengan baik. Oleh karena itu pada Jigsaw II hal ini diatasi dengan cara siswa diberikan kesempatan untuk mendalami konsep secara keseluruhan.

Selain itu pada Jigsaw II terdapat kompetisi untuk memperoleh pengakuan kelompok. Slavin dalam Huda (2012:118) menjelaskan bahwa pada Jigswa II setiap kelompok “berkompetisi” untuk memperoleh penghargaan kelompok (group reward). Hal ini juga yang membedakan Jigsaw II dan Jigsaw I karena pada Jigsaw I siswa hanya berkompetisi untuk memperoleh nilai individu. Perbedaan Jigsaw II dan Jigsaw I dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3. Perbedaan model kooperatif tipe Jigsaw II dan Jigsaw I

No. Perbedaan Model Kooperatif

Tipe Jigsaw II Tipe Jigsaw I

1. Diawali dengan memberikan kesempatan siswa untuk mempelajari konsep secara keseluruhan sebelum mendalami materi ahli.

Diawali dengan pembagian materi ahli kepada masing- masing siswa .

2. Berkompetisi untuk memperoleh penghargaan kelompok (group reward).

Berkompetisi untuk memperoleh nilai individu.

Dokumen terkait