• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

4. Pembelajaran Tematik

a. Pengertian Pembelajaran Tematik

Majid (2014:87) menyatakan bahwa pembelajaran tematik adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Pembelajaran tematik ini diyakini akan membantu meciptakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat dan membangun konsep yang saling berkaitan. Selanjutya Mulyasa (2013:170) berpendapat bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran dengan menyuguhkan proses pembelajaran berdasarkan tema untuk dikombinasikan dengan mata pelajaran lainnya. Dengan pendekatan tema, diharapkan siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema serupa.

Lebih lanjut menurut Trianto (2010:78) menjelaskan bahwa pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang dalam tema-tema tertentu. Pembelajaran tematik itu sendiri memang merupakan pembelajaran yang menggunakan tema pada proses pembelajarannya. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan.

b. Landasan pembelajaran Tematik

Majid (2014:87-88) menjelaskan bahwa landasan pembelajaran tematik mencakup landasan filosofis, pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada

pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah, dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman siswa sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan atau kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.

Landasan psikologis, pembelajaran tematik berkaitan dengan psikologis perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalaman sesuai dengan tahap perkembangan penyampaian materi pembelajaran. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya. Landasan yuridis, berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar. UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (Pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V pasal 1-b). Pelaksanaan pembelajaran tematik dapat berjalan dengan baik maka proses

pembelajaran disesuaikan dengan landasan filosofi, landasan psikologi, dan landasan yuridis.

c. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Hosnan (2014:366) menjelaskan pembelajaran tematik memiliki beberapa karakteristik-karakteristik. Karakteristik-karakteristik tersebut adalah sebagai berikut: (1) berpusat pada siswa. Pembelajaran tematik berpusat pada siswa, hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar; (2) memberikan pengalaman langsung. Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata sebagai dasar pemahaman hal-hal abstrak; (3) pemisah antara mata pelajaran tidak begitu jelas; (4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran; (5) bersifat luwes (fleksibel); (6) hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa; (7) menggunakan prinsip belajar dan menyenangkan.

Sejalan dengan pendapat Hosnan, Majid (2014:89) menyatakan bahwa karakteristik pembelajaran tematik adalah (1) berpusat pada siswa; (2) memberikan pengalaman jelas; (3) pemisah antar mata pelajaran tidak begitu jelas; (4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran; (5) bersifat fleksibel. Guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran yang lainnya; dan (6) menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. Berdasarkan dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan pembelajaran tematik memiliki karakteristik yaitu pemebelajaran berpusat pada siswa, pemisah antar mata pelajaran tidak begitu jelas, fleksibel karena dapat memberikan pengalaman nyata

kepada siswa, sehingga pada saat proses pembelajaran berlangsung memunculkan kegiatan belajar sambil bermain.

d. Kekuatan dan Keterbatasan Pembelajaran Tematik

Majid (2014:92) berpendapat bahwa pembelajaran tematik memiliki kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan pembelajaran tematik yaitu (1) menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan anak didik; (2) memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik; (3) hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna; (4) mengembangkan ketrampilan berpikir anak didik; (5) menumbuhkan ketrampilan sosial melalui kerja sama; (6) memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain; (7) menyajikan kegiatan yang bersifat nyata. berdasarkan kelebihan di atas pembelajaran tematik memberikan kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

Di samping kelebihan pembelajaran tematik memiliki keterbatasan terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perancangan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja. Selain keterbatasan dalam pelaksanaannya pembelajaran tematik juga mempunyai keterbatasan dalam akademiknya. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaaan bahan ajar tidak berfokus pada bidang kajian tertentu.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Landasan pembelajaran tematik mencakup 3 landasan yaitu landasan filosofis, psikologis, dan landasan yuridis. Dalam pelaksanaannya pembelajaran tematik memiliki kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan pembelajaran tematik yaitu kegiatan belajar disesuaikan dengan tahap perkembangan dan minat siswa, sehingga menghasilkan proses pembelajaran yang bermakna. Keterbatasan pembelajaran tematik yaitu ditinjau dari pelaksanaannya dan akademiknya.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik sudah pernah dilakukan oleh banyak pihak. Peneliti menuliskan tiga penelitian yang relevan dengan penelitian yang telah peneliti lakukan, sehingga dapat menunjang dalam penelitian ini. Ketiga penelitian tersebut yaitu penelitian milik, Johan, Riyanto dan Haryani.

Johan (2011) melakukan penelitian mengenai penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan 3C competence, conscience, dan compassion. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Model pembelajaran menggunakan model pembelajaran tematik berpola PPR. Berdasarkan hasil penelitan diketahui bahwa competence, conscience, dan compassion peserta didik mengalami peningkatan setelah menerapkan PPR dalam pembelajaran tematik. Pada pra penelitian skor

competence peserta didik pada mata pelajaran Matermatika sebesar 78,97 sedangkan pada akhir siklus I sebesar 79,35 dan pada siklus II menjadi 90,9. Untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia pada pra penelitian sebesar 76,03 pada siklus I yaitu 81,3 dan pada siklus II sebesar 98. Conscience, dan compassion pun mengalami peningkatan yaitu pada akhir siklus I skor conscience sebesar 78,7 dan pada akhir siklus I sebesar 75,7 dan pada akhir siklus II menjadi 90. Hal ini membuktikan bahwa dengan menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran temati dapat meningkatkan 3C competence, conscience, dan

compassion sehingga dapat peningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian tersebut memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti karena dalam penelitian tersebut menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif yang dapat meningkatkan 3C sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Arifi, S (2013) mengambil judul Pengaruh Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Tematik untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion peserta didik kelas II. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif dapat meningkatkan competence, conscience, dan compassion. Hasil penelitian diketahui bahwa competence, conscience, dan compassion kelas II mengalami peningkatan setelah menerapkan PPR dalam pembelajaran. Pada pra penelitian skor competence peseta didik pada mata pelajaran IPS sebesar 66, 5 sedangkan pada akhir siklus I sebesar 86,6 dan pada akhir siklus II menjadi 89,0. Untuk mata pelajaran Matematika, skor competence peserta didik pada pra

penelitian sebesar 64,9 pada akhir siklus I sebesar 77,6 dan pada akhir siklus II sebesar 76,9. Conscience, dan compassion juga mengalami peningkatan dimana pada akhir siklus I skor conscience sebesar 76,2 dan pada akhir siklus II menjadi 83,7 sedangkan skor compassion pada akhir siklus I sebesar 90,4 dan pada akgir siklus II menjadi 93,6. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dapat meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa kelas II Sekolah Dasar. Penlitian tersebut relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti karena dalam penelitian tersebut menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik.

Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu (2011) yaitu berjudul Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Tematik untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion 3C Peserta Didik Kelas III. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa competence, conscience, dan compassion peserta didik kelas III SD Kanisius Kembaran mengalami peningkatan setelah menerapkan PPR dalam pembelajaran tematik. Pada pra penelitian skor competence peserta didik pada mata pelajaran IPA sebesar 66,56 sedangkan pada akhir siklus I sebsar 68,78 dan pada siklus II menjadi 80. Untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia pada pra penelitian sebesar 72,75 pada siklus I yaitu 77,09 dan pada siklus II 78,75. Conscience, dan compassion juga mengalami peningkatan dimana pada akhir siklus I skor conscience sebesar 77,45 dan pada akhir silus II enjadi 88,9 sedangkan skor compassion pada akhir siklus I sebesar 62,5 dan pada akhir siklus II menjadi 81,9. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, karena dalam penelitian ini

menggunakan penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion.

Pe

Gambar 2.1 Skema penelitian yang relevan

Gambar 2.1 menjelaskan tentang tiga penelitian orang lain yang memiliki relevansi dengan penelitian yang peneliti lakukan ini. Ketiga penelitian tersebut telah meneliti tentang penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik dan prestasi belajar siswa. Hasil dari ketiga penelitian Penerapan Paradigma

Pedagogi Reflektif (PPR) dalam

Pembelajaran Tematik untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SD

Pengaruh Penerapan

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran

Tematik untuk Meningkatkan

competence, conscience, dan compassion peserta didik kelas II Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan competence, conscience, dan compassion 3C Peserta Didik Kelas III

Perbedaan Prestasi Belajar Siswa atas Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam Tema Selalu Berhemat Energi Kelas IV Sekolah Dasar

menunjukkan keberhasilan penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif terhadap prestasi belajar siswa. Peneliti kemudian tertarik untuk melakukan penelitian penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa.

C. Kerangka Berpikir

Penerapan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) telah banyak digunakan untuk mengembangkan prestasi belajar siswa. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan suatu pola pikir yang memiliki keunggulan yaitu menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi kristiani/ kemausiaan. Dalam menumbuhkembangkan pribadi tersebut, siswa diberi pengalaman akan suatu nilai kemanusiaaan, kemudian siswa difasilitasi dengan pertanyaan agar merefleksikan pengalaman tersebut, dan berikutnya difasilitasi dengan pertanyaan aksi agar siswa membuat niat dan berbuat sesuai dengan nilai tersebut. Melalui dinamika pola pikir dalam Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) siswa diharapkan mengalami sendiri (bukan mendapat informasi karena diberi tahu). Melalui refleksi diharapkan siswa yakin sendiri (bukan karena patuh kepada). Melalui aksi siswa berbuat dari kemauannya sendiri.

Pengalaman yang diberikan dalam pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah pengalaman persaudaraan yang disampaikan berdasarkan kerja sama kelompok. Tujuannya menumbuhkembangkan persaudaraan, solaidaritas antarteman dan saling menghargai yang merupakan aspek-aspek kekristianian/kemanusiaan. Langkah tersebut dipilih karena PPR berdasarkan

kerjasama kelompok lebih mudah dipahami guru-guru, lebih mudah dilaksanakan dan lebih cepat tampak hasilnya. Pengembangan pelaksanaan PPR terletak pada dasar dan tujuannya. Landasannya antara lain adalah materi pembelajaran yang tujuannya adalah kekristianian/kemanusiaan yang lebih luas dari pada sekedar persaudaraan.

Berdasarkan beberapa penelitian yang relevan yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat diketahui bahwa penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dapat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran dan dapat mengembangkan prestasi belajar siswa. Penerapan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan dan sikap batin peserta didik agar mampu melihat antara korelasi ilmu pengetahuan yang dimiliki dengan sesama dan lingkungan, sehingga peserta didik memiliki motivasi untuk bertindak atas dasar pengetahuan yang dialaminya dan pada akhirya peserta didik mampu mengembangkan prestasi belajar.

Diagram dari uraian di atas adalah sebagai berikut :

kontr

Gambar 2.3. Diagram Kerangka Berfikir Kelas Kontrol Tidak diberi perlakuan Eksperimen Diberi perlakuan Hasil : 1. Hasil kurang memuaskan 2. Pendidik lebih mendominasi 3. Siswa kurang aktif

Hasil :

1. Prestasi belajar lebih meningkat

2. Siswa menjadi aktif 3. Siswa mampu

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan uji signifikan pada prestasi belajar siswa atas penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam tema “Selalu Berhemat Energi”

Ho : tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih rata-rata skor pretest dan skor posttest pada kelompok eksperimen (Ho: µ1 = µ2).

Ha : ada perbedaan yang signifikan antara selisih rata-rata skor pretest dan skor

46 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab tiga ini akan membahas tentang jenis penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel, jadwal pengambilan data, variabel, instrumen penelitian, uji validitas reliabilitas, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen jenis quasi eksperiment. Jenis penelitian ini dipilih karena bertujuan untuk mengetahui perbedaan penggunaan suatu treatment atau media . Kelompok pada penelitian ini tidak memungkinkan dilakukan pemilihan secara acak (random). Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol (Nazir, 2005: 63). Nonequivalent pretest-posttest control-group design merupakan desain eksperimen yang memiliki dua kelompok, di mana kelompok pertama mendapat perlakuan (treatment) dan kelompok kedua merupakan pengendali (control). Hasil observasi pada kelompok pertama akan dibandingkan dengan hasil observasi pada kelompok kedua untuk melihat apakah ada perbedaan.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design yaitu membandingkan dua kelompok di mana kedua

kelompok tersebut sama-sama diberi pretest dan posttest tetapi hanya kelompok eksperimen saja yang diberi perlakuan (Creswell, 2012: 242). Pemilihan desain penelitian Nonequivalent Control Group Design bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen setelah diberikan pretest dan posttest. Desain nonequivalent control-group

digambarkan sebagai berikut:

O1 X O2

O3 O4

Gambar 3.1 Desain Penelitian (Sugiyono, 2014: 116) Keterangan:

O1 : Pengukuran kemampuan awal kelompok eksperimen O2 : Pengukuran kemampuan akhir kelompok eksperimen X : Pemberian perlakuan

O3 : Pengukuran kemampuan awal kelompok kontrol O4 : Pengukuran kemampuan akhir kelompok kontrol

Gambar 3.1 menunjukkan bahwa desain penelitian dalam penelitian ini seperti yang telah digambarkan. Kelompok eksperimen ditunjukkan tanda O1 dan O2, sedangkan kelompok kontrol ditunjukkan dengan tanda O3 dan O4. O1 dan O3 kelompok kontrol dan eksperimen sama-sama diberi soal pretest untuk melihat kemampuan awal siswa. O2 dan O4 kelompok kontrol dan eksperimen sama-sama diberi soal posttest untuk melihat kemampuan akhir siswa. Pemberian posttest

diberikan posttest kelompok eksperimen diberi perlakuan yang berbeda dari kelompok kontrol.

Pada penelitian ini, peneliti mengambil dua kelas yang akan diteliti yaitu kelas eksperimen dan kelas control. Kelas eksperimen diambil dari kelas IVA dan kelas control adalah kelas IVB. Masing-masing kelas akan diberi treatment yang berbeda-beda. Pretest akan dikerjakan masing–masing kelas untuk melihat kemampuan awal siswa, yang diberikan sebelum treatment.

Kelas eksperimen merupakan kelas yang diberi treatment dengan menggunakan menerapkan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Kelas control tidak diberi treatment apapun tetapi tetap melakukan pembelajaran seperti biasa dengan metode lain. Pada akhir pertemuan, siswa diberikan posttest dengan soal yang sama seperti waktu pretest untuk mengetahui perbedaan dari pembelajaran dengan mengerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Bagian ini membahas tentang waktu dan tempat penelitian. Waktu penelitian terdiri dari waktu penelitian secara keseluruhan dan waktu pengambilan data. Tempat penelitian merupakan sekolah yang digunakan untuk kegiatan selama penelitian.

1. Waktu penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 4 bulan. Waktu pengambilan data sudah ditetapkan disesuaikan dengan jadwal pelajaran sekolah. Pembelajaran antara

kelas kontrol dan kelas eksperimen dilaksanakan secara bergantian hari. Hal ini dikarenakan sistem mengajarnya satu hari penuh karena sudah menggunakan kurikulum terbaru yaitu Kurikulum 2013.

Proses pembelajaran dalam rangka pengambilan data baik dalam kelas eksperimen maupun kelas kontrol semuanya dilakukan oleh peneliti. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 29 September 2014 sampai dengan 8 Oktober 2014. Pertemuan pertama selama 1 jam pelajaran untuk pretest, jam pelajaran berikutnya mulai mengajar dengan menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) kelas eksperimen dan metode ceramah untuk kelas kontrol. Data lebih lengkap tentang waktu pengambilan data dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Waktu pengambilan data

Kelas Hari Tanggal Pertemuan Kegiatan Alokasi

Waktu E k sp er im en Senin 29 September 2014 I Pretest, 1JP Selasa 30 September 2014 II Pembelajaran 1 menggunakan pendekatan PPR 6JP Kamis 2 Oktober 2014 III Pembelajaran 2 menggunakan pendekatan PPR 6JP Sabtu 4 Oktober 2014 IV Pembelajaran 3 menggunakan pendekatan PPR 6JP

Kelas Hari Tanggal Pertemuan Kegiatan Alokasi Waktu K o n tr o l Senin 29 September 2014 I Pretest 1JP Rabu 1 Oktober 2014 II Pembelajaran 1 menggunakan ceramah 6JP Selasa 5 Oktober 2014 III Pembelajaran 2 menggunakan ceramah 6JP Rabu 6 Oktober 2014 IV Pembelajaran 3 menggunakan ceramah 6JP Kamis 7 Oktober 2014 V Posttest 1JP Total 40 JP

Tabel 3.1 memperlihatkan tentang waktu pengambilan data yang dilakukan oleh peneliti untuk kegiatan penelitian. Waktu pengambilan data antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan secara bergantian. Hal ini disebabkan setiap satu pembelajaran harus dilakukan dalam satu hari atau 6 jam pelajaran. Jumlah seluruh jam pelajaran yang digunakaan dalam penelitian ini adalah 40 jam pelajaran 10 kali pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari 6 jam pelajaran, di mana setiap jam pelajaran terdiri dari 210 menit dan setiap pertemuan membutuhkan waktu 70 menit. Jumlah 10 kali petemuan tersebut terdiri dari dua kali pretest dan posttest, tiga kali pertemuan untuk kelas eksperimen, dan tiga kali pertemuan untuk kelas kontrol.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini berlangsung di SD Kanisius Ganjuran Bantul yang terletak di Jogodayoh, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, Yogyakarta..

D. Variabel Penelitian dan Data Penelitian

Penelitian ini memiliki empat variabel yaitu variabel bebas, terikat, moderator, dan kontrol. Variabel adalah segala sesuatu berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi tentang hal tersebut, sehingga dapat ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014: 60).

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah digunakannya atau tidak digunakannya model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif. Variabel bebas adalah kondisi atau karakteristik kelas yang dimanipulasikan oleh peneliti untuk menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi (Sanjaya, 2013: 95). Variabel bebas atau independence variable (dalam Noor, 2011: 49) yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa. Variabel terikat (dependent variable) adalah kondisi atau karakteristik yang berubah, akibat dimunculkan atau tidak dimunculkannya ketika peneliti mengganti variabel bebas (Sanjaya, 2013: 95). Variabel terikat yaitu faktor utama yang ingin dijelaskan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor lain (Robbins, 2009: 23).

3. Variabel Kontrol

Variabel kontrol dalam penelitian ini peneliti, jam pelajaran, dan materi pembelajaran. Variabel kontrol adalah variabel yang dikontrol oleh peneliti untul menetralisasi pengaruhnya (Sarwono, 2006: 56). Variabel yang tidak dikontrol akan mempengaruhi gejala atau fenomena yang sedang diteliti.

Peneliti yang mengajar pada kelompok eksperimen sama dengan peneliti yang mengajar pada kelompok kontrol. Peneliti bertukar hari dengan guru untuk mengajar, sehingga antara kelas eksperimen dan kontrol sudah terbiasa diajar oleh peneliti. Siswa dapat belajar seperti biasa, walaupun peneliti bergantian dengan guru kelas.

Jumlah jam pelajaran pada penelitian ini adalah sama. Masing-masing kelompok diberi perlakuan dengan waktu 5 kali pertemuan atau 22 jam pelajaran, 18 jam pelajaran untuk perlakuan dan 4 jam pelajaran untuk pretest dan posttest. Setiap pertemuan terdiri dari 6 jam pelajaran atau selama 210 menit. Waktu pelaksanaan pada penelitian ini dilakukan dengan bergantian hari, misal kelas eksperimen hari senin maka kelas kontrol hari selasa dan dilakukan dari awal jam pelajaran hingga usai jam pelajaran.

Materi dalam Kurikulum 2013 terbagi dalam beberapa tema. Tema dalam penelitian ini adalah tema Selalu Berhemat Energi yang terbagi dalam tiga subtema. Peneliti memakai 1 subtema yaitu Gaya dan Gerak. Alam Subtema Gaya dan Gerak terbagi dalam enam pembelajaran. Materi kelas eksperimen yaitu subtema 2 pembelajaran 1, 3 dan 4, dan subtema 3 pembelajaran 1. Materi kelas

kontrol yaitu subtema 2 pembelajaran 2 dan 5, dan subtema 3 pembelajaran 2.

Soal untuk pretest dan posttest dibuat sama untuk kelompok kontrol dan eksperimen, baik jumlahnya maupun bentuk soalnya. Semua hal yang dapat membuat adanya kontaminasi akan dikontrol dalam penelitian ini. Hal yang membedakan karena adanya penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada kelompok eksperimen, sedangkan kelompok kontrol tidak menerapkan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).

4. Variabel Moderator

Variabel moderator adalah variabel yang mempunyai pengaruh yang kuat antara variabel terikat dan variabel bebas. Kesimpulannya variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dan dependen (Noor, 2011: 50). Variabel moderator dalam penelitian ini adalah rata-rata skor pretest.

E. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas IV di SD Kanisius Ganjuran Bantul Yogyakarta. Seluruh siswa kelas IV berjumlah 42 siswa, dengan rincian 21 siswa kelas IVA dan 21 siswa kelas IVB. Populasi merupakan

Dokumen terkait