• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelian Saham Secara Akuisisi Pada Perusahaan Bukan PMA Oleh Warga Negara Asing Atau Badan Hukum Asing

1. Akuisisi Perusahaan Penanaman Modal berdasarkan UUPT dan Anggaran Dasar.

Ketentuan yuridis secara umum mengenai pengambilalihan atau akuisisi yakni terdapat dalam Pasal 125 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas yang menjelaskan bahwa pengambilalihan dapat dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan. Dalam hal Pengambilalihan dilakukan oleh badan hukum berbentuk Perseroan, Direksi sebelum melakukan perbuatan hukum Pengambilalihan harus berdasarkan keputusan RUPS. Namun jika pengambilalihan dilakukan melalui direksi, maka pihak yang akan mengakuisisi menyampaikan maksudnya kepada direksi perseroan yang hendak diakuisisi.

Pasal 125 ayat (7) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa pengambilalihan saham perseroan lain langsung dari pemegang saham tidak perlu didahului dengan membuat rancangan pengambilalihan, tetapi dilakukan langsung melalui perundingan dan kesepakatan oleh pihak yang akan mengambil alih dengan pemegang saham dengan tetap memperhatikan anggaran dasar perseroan yang diambil alih.

Akuisisi perusahaan secara sederhana dapat diartikan sebagai pengambilalihan perusahaan dengan cara membeli saham mayoritas perusahaan sehingga menjadi pemegang saham pengendali. Dalam peristiwa akuisisi, baik perusahaan yang mengambil alih (pengakuisisi) maupun perusahaan yang diambil alih (diakuisisi) tetap hidup sebagai badan hukum yang terpisah.

Akibat adanya keinginan akuisisi pada PT, maka Direksi PT yang akan diakuisisi dan pihak pengakuisisi masing-masing menyusun Usulan Rencana Akusisi. Usulan Rencana Akusisi wajib mendapat persetujuan Komisaris PT yang akan diakuisisi atau lembaga serupa dari pihak pengakuisisi. Usulan Rencana Akusisi digunakan sebagai bahan penyusunan Rancangan Akuisisi yang disusun secara bersama-sama antara Direksi PT yang akan diakuisisi dengan pihak pengakuisisi. Ringkasan rancangan Akuisisi wajib diumumkan Direksi PT pengakuisisi dalam 2 surat kabar harian serta diberitahukan secara tertulis kepada karyawan PT Pengakuisisi paling lambat 14 hari sebelum pemanggilan RUPS.

Rancangan akuisisi wajib disetujui RUPS dari PT yang akan diakuisisi. Rancangan akuisisi juga harus disetujui oleh “pemegang kekuasaan” dari Pihak Pengakuisisi. Apabila pihak pengakuisisi berbentuk PT, maka rancangan akusisi harus disetujui RUPS. Pada pihak pengakuisisi berbentuk koperasi. Jika pihak pengakuisisi berbentuk yayasan maka rancangan akusisi harus disetujui rapat dewan pembina yayasan. Disetujui oleh para sekutu atau pemilik CV dan Firma.

Rancangan Akuisisi yang telah disetujui selanjutnya dituangkan dalam Akta Akuisisi yang dibuat di hadapan notaris dan ditulis dalam bahasa Indonesia. Akta Akuisisi yang sudah disahkan Notaris selanjutnya didaftarkan kepada Menkumham.

Akibat hukum dari akuisisi yaitu beralihnya hak dan kewajiban suatu perusahaan yang diakuisisi kepada pengakuisisi. Pemegang saham yang tidak setuju atas pengambilalihan persoran, diberikan hak khusus yang disebut appraisal right, yaitu hak milik pemegang saham yang tidak setuju terhadap keputusan RUPS untuk

menjual sahamnya kepada perseroan dengan harga wajar. Pemegang saham yang tidak setuju terhadap keputusan RUPS mengenai MKAPP hanya boleh menggunakan haknya sesuai pasal 62 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, dan pelaksanaan hak tersebut tidak menghentikan proses pelaksanaan MKAPP.

Apabila akuisisi PT diikuti dengan perubahan AD yang membutuhkan persetujuan Menkumham, akuisisi dianggap mulai berlaku sejak tanggal persetujuan AD oleh Menkumham. Perubahan Anggaran Dasar yang harus mendapatkan persetujuan Menkumham menurut Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas meliputi:

a. nama Perseroan dan/ atau tempat kedudukan Perseroan; b. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan; c. jangka waktu berdirinya Perseroan;

d. besarnya modal dasar;

e. pengurangan modal ditempatkan dan disetor; dan/ atau

f. status Perseroan yang tertutup menjadi Perseroan Terbuka atau sebaliknya.

Apabila akusisi PT disertai perubahan AD yang tidak memerlukan persetujuan Menkumham, akusisi dianggap mulai berlaku sejak tanggal pendaftaran akta akuisisi dalam daftar perusahaan. Di sisi lain, apabila akuisisi PT tidak mengakibatkan perubahan AD, akuisisi dianggap mulai berlaku sejak tanggal penandatanganan Akta akuisisi di hadapan notaris.

Jika ada pemegang saham yang tidak setuju dengan akuisisi suatu perseroan, maka pemegang saham tersebut oleh hukum diberikan suatu hak khususu yang disebut dengan appraisal right yaitu suatu hak yang dimiliki oleh pemegang saham

yang tidak setuju terhadap pengambilalihan tetapi mereka kalah suara dalam forum RUPS atau tindakan corporate lainnya untuk menjual saham yang dipegangnya kepada perseroan yang bersangkutan, sedangkan perseroan yang menerbitkan saham tersebut wajib membeli kembali saham perseroan yang diterbitkan tersebut dengan harga yang wajar.

2. Hal-hal yang terkait dengan peraturan penanaman modal a. Persyaratan batasan pemilikan saham asing

Persyaratan batasan pemilikan saham asing merupakan suatu ketetapan yang telah diatur dalam undang-undang penanaman modal, dimana besaran pemilikan tersebut dijelaskan dalam Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 yang telah diubah menjadi Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014.

Berikut besaran kepemilikan saham yang telah ditentukan dan atas perubahannya adalah sebagai yang dapat dijadikan dasar sebagai syarat penanaman modal di atur didalam Perpres Nomor 36 Tahun 2010 yang mana telah diubah dalam Perpres Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan adalah sebagai berikut:72

72

Perpres Nomor 36 Tahun 2010 yang mana telah diubah dalam Perpres Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan.

Tabel 1

Bidang Usaha dengan Pembatasan Kepemilikan Modal Asing Meningkat

No Bidang Usaha Kepemilikan Modal

Asing berdasar Perpres No. 36 Tahun

2010 Kepemilikan Modal Asing berdasar Perpres No. 39 Tahun 2014 A. Bidang ESDM

1 Pembangkit Listrik >10 MW maksimal 95% maksimal 95%

(maksimal 100% apabila dalam rangka kerjasama Pemerintah Swasta/ KPS selama masa konsesi)

2 Transmisi Tenaga Listrik maksimal 95% maksimal 95%

(maksimal 100% apabila dalam rangka KPS dalam rangka konsesi)

3 Distribusi Tenaga Listrik maksimal 95% maksimal 95%

(maksimal 100% apabila dalam rangka KPS dalam rangka konsesi)

Dokumen terkait