• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MUTU REPRODUKSI IKAN HIAS MELALUI PEMBERIAN KOMBINASI ASAM LEMAK ESENSIAL DAN VITAMIN E

KESIMPULAN DAN SARAN

PENINGKATAN MUTU REPRODUKSI IKAN HIAS MELALUI PEMBERIAN KOMBINASI ASAM LEMAK ESENSIAL DAN VITAMIN E

DALAM PAKAN PADA IKAN UJI ZEBRA, Danio rerio

ABSTRAK

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kebutuhan vitamin E pada pakan induk ikan zebra (Danio rerio) untuk reproduksi. Empat pakan perlakuan yang isoprotein (37%) dan isokalori (3295 kcal digestible energy/kg pakan), dinamakan pakan A, B, C, dan pakan D dengan kandungan vitamin E yang berbeda diberikan kepada induk ikan zebra. Induk ikan dipelihara pada akuarium. Pakan A mengandung vitamin E terendah (9 mg vitamin E/kg pakan), sedangkan pakan B mengandung 132 mg vitamin E/kg pakan, pakan C asam mengandung vitamin E 258 mg /kg pakan, dan pakan D mengandung vitamin E 384 mg /kg pakan. Semua pakan perlakuan mempunyai kombinasi asam lemak n-3 berbanding n-6 sebesar 1:2. Ikan diberi pakan secara at satiation selama 60 hari pemeliharaan. Selama masa pemberian pakan, tingkat kematangan gonad diperiksa secara teratur. Perbedaan kandungan vitamin E pada kadar asam lemak 1,03% n-3 dan asam lemak 2,04% n-6 berpengaruh nyata secara statistik terhadap nilai diameter telur, kandungan nutrisi tubuh induk, telur, dan larva, gonado somatik indeks, lama pematangan telur, volume telur, kelangsungan hidup larva serta prosentase larva abnormal. Perbedaan kandungan vitamin E dalam pakan induk tidak berpengaruh secara statistik terhadap fekunditas, laju penyerapan kuning telur, derajat pembuahan telur, derajat penetasan telur, serta lama waktu embriogenesis. Secara umum, ikan zebra prasalin maupun pasca salin membutuhkan 258 mg vitamin E/kg pakan pada pakan dengan asam lemak 1,03% n-3 dan 2,04% n-6 serta kadar lemak total 8,26% untuk menghasilkan kinerja reproduksi yang terbaik.

49

ABSTRACT

This experiment was conducted to determine the dietary vitamin E

requirement for reproduction of broodstock zebrafish Danio rerio. Four

isonitrogenous (37% crude protein) and isocaloric (3,293 kcal digestible energy/kg

diet) practical diets, namely diets A, B, C, and D with different levels of vitamin E

were fed to zebrafish broodstock. The broodstock were cultivated in aquaria. Diet A

contained low dosage of vitamin E (9 mg vitamin E /kg diet), while diets B (132 mg

vitamin E /kg diet), C (258 mg vitamin E /kg diet), and diet D (384 mg vitamin E /kg

diet), combined respectively with 1,03 % n-3 fatty acids and 2,04 % n-6 fatty acids.

Fish were fed at satiation for 60 days using these diets. During feeding period, gonad

maturation stages were examined. The dietary with different level of vitamin E

affected the egg size, chemical content, total number of normal larvae, and survival

rate of larvae produced Result of the experiment indicated at dosage 1,03% n-3 fatty

acids and 2,04% n-6 fatty acids, zebrafish require 258 mg vitamin E/kg feed in the

diet for reproduction. The results showed that the best test feed; 258 mg vitamin E/kg

feed in the diet combined respectively with 1,03% n-3 fatty acids and 2,04% n-6 fatty

acids; improved reproductive performance of zebrafish.

50

PENDAHULUAN

Pakan khusus untuk induk ikan hias yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi untuk reproduksi di Indonesia masih sulit untuk didapatkan, sehingga umumnya pembudidaya ikan hias mempergunakan pakan alami yang ketersediaannya masih sangat tergantung kepada musim atau bahkan menggunakan pelet udang sebagai pakan induk yang belum diketahui jelas dampaknya terhadap ikan hias. Salah satu upaya awal untuk membuat pakan khusus untuk induk adalah dengan membuat suatu formula dasar pelet induk yang kandungan nutrisinya sesuai dengan kebutuhan reproduksi ikan.

Faktor pembatas utama pada kegiatan pemeliharaan ikan hias, khususnya kegiatan budidaya ikan hias skala massal adalah ketidaktentuan dan bervariasinya mutu reproduksi induk yang akan mempunyai dampak terhadap mutu dan jumlah benih yang dihasilkan. Keterbatasan ini dapat diperbaiki dengan melakukan perbaikan pada nutrisi induk yaitu dengan pemberian pakan bermutu yang mengandung asam lemak esensial dan vitamin yang diketahui penting untuk kebutuhan reproduksi.

Keberadaan dan komposisi nutrien berupa asam lemak dalam pakan induk merupakan faktor utama yang berperan penting bagi keberhasilan reproduksi dan kelangsungan hidup larva (Meinelt et al., 2004). Kadar lipid dan komposisi asam lemak pakan induk telah diidentifikasi sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan reproduksi dan kemampuan hidup keturunannya (larva). Untuk menjaga lipid dalam pakan terutama lemak tidak jenuh rantai panjang yang mudah teroksidasi, maka diperlukan penambahan zat antioksidan dalam pakan. Salah satu zat antioksidan yang banyak digunakan adalah vitamin E. Seperti pada kebanyakan vertebrata, kekurangan vitamin E pada induk ikan dapat mempengaruhi penampilan reproduksi, penyebab tidak matangnya gonad, rendahnya derajat tetas telur dan kelangsungan hidup benih.

Kandungan asam lemak esensial linoleat (18:2n-6) dan linolenat (18:2n-3) dalam pakan maupun dalam tubuh ikan berhubungan erat dengan kandungan vitamin E dalam pakan maupun dalam tubuh ikan (Fernandez-Palacios et al., 1998). Dengan

51 demikian perlu diketahui secara tepat peranan n-3, n-6, dan vitamin E dalam proses reproduksi ikan serta selanjutnya perlu ditentukan dosis yang tepat untuk kombinasi asam lemak n-3 dan n-6 dengan vitamin E dalam pakan untuk dapat memperbaiki kinerja reproduksi induk melalui perbaikan nutrisi.

Penelitian ini menggunakan ikan zebra (Danio rerio) sebagai hewan uji karena memiliki karakter biologi yang sesuai untuk mendukung penelitian reproduksi, diantaranya interval regenerasi pendek, telur transparan, mudah untuk dipijahkan, serta mudah dalam pemberian pakan (Maack & Segner, 2004). Ikan zebra termasuk dalam famili ikan Cyprinidae; dimana famili Cyprinidae adalah salah satu golongan ikan yang dikenal luas di kalangan pembudidaya ikan, baik sebagai ikan hias maupun ikan konsumsi.

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengkaji peran vitamin E dalam proses reproduksi ikan zebra prasalin (belum pernah memijah) maupun ikan zebra salin (sudah pernah memijah); 2) menentukan dosis optimal kombinasi asam lemak esensial n-3/n-6 dan vitamin E dalam pakan untuk memperbaiki penampilan reproduksi ikan zebra prasalin dan salin.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai peran vitamin E dalam proses reproduksi serta dosis optimal kombinasi vitamin E dan asam lemak esensial dalam pakan buatan untuk calon induk dan induk ikan zebra. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam pembuatan formula pakan induk untuk ikan hias dari jenis Cyprinidae kecil.

52

TINJAUAN PUSTAKA

Vitamin E diketahui mengandung tokoferol dan turunan-turunannya, yang memiliki rantai jenuh atau tokotrienol yang terdiri dari tiga ikatan karbon yang tidak jenuh. Salah satu yang terpenting dari tokoferol adalah α-tokoferol dengan rumus kimia C23H50O2. Tokoferol stabil terhadap panas dan asam kuat dalam kondisi tidak ada oksigen (Halver, 1989). Tokoferol alami terkandung pada minyak nabati misalnya minyak kedelai, minyak kecambah biji kapas, minyak kecambah gandum serta minyak kecambah biji-bijian yang lain. Tokoferol berperan sebagai inter dan ekstraselular antioksidan, untuk menjaga homeostatis pada metabolisme sel dan jaringan-jaringan. Sebagai antioksidan fisiologis, tokoferol berperan untuk melindungi vitamin-vitamin dan asam lemak tidak jenuh dari proses oksidasi. Peranan vitamin E sebagai antioksidan berhubungan erat dengan unsur mineral selenium dan enzim glutation peroksidase (Lehninger, 2003).

Kebutuhan dasar vitamin E untuk ikan bervariasi, bergantung pada beberapa faktor yaitu ukuran ikan, umur ikan, suhu air, persentase pertumbuhan dan komposisi pakan. Untuk jenis ikan channel catfish menurut NRC (1983) adalah 50 IU per kg pakan, sedangkan untuk jenis ikan salmonids adalah 30 IU per kg pakan. Satu International Unit (IU) vitamin E setara dengan 1 mg α-tocopherol. Gejala defisiensi vitamin E pada ikan antara lain muscular dystrophy, exudative diathesis, hematokrit rendah, depigmentasi kulit, penurunan laju pertumbuhan dan lain-lain. Hipervitaminosis vitamin E dapat menyebabkan laju pertumbuhan yang rendah, reaksi keracunan pada organ hati dan kematian (Halver, 2002).

Vitamin memainkan peranan penting dalam fisiologi reproduksi ikan, burung dan mamalia. Takeuchi et al. (1988) menguji efek kontribusi vitamin E pada tubuh ikan, pemijahan, penetasan telur dan kematian benih. Didapatkan hasil bahwa pada induk yang diberi pakan dengan kadar vitamin yang rendah tidak memijah, sedangkan yang diberi pakan dengan kadar vitamin E yang lebih tinggi induk memijah. Vitamin E juga berfungsi untuk mendukung peran enzim sitokrom P450 mensintesis kolesterol untuk pembentukan hormon reproduksi, dalam hal ini estradiol. Hormon 17β-estradiol menstimulasi sintesis vitelogenin di hati. Pentingnya peranan vitamin E untuk reproduksi juga ditemukan pada beberapa jenis ikan, seperti carp, rainbow trout

53 dan read seabream (Furuichi, 1988). Umumnya konsentrasi vitamin E dalam telur tinggi dan konsentrasi vitamin E rendah pada jaringan tubuh induk setelah pemijahan, sehingga diduga beberapa fungsi fisiologi terkait dengan vitamin E pada saat pemijahan, pembuahan dan penetasan telur.

Ikan membutuhkan lipid sebagai sumber energi, struktur sel dan memelihara keutuhan membran sel (Watanabe, 1988). Selain berperan sebagai sumber energi, lipid juga merupakan sumber asam lemak esensial pada ikan. Hubungan positif antara kelangsungan hidup dengan konsentrasi lipida total telur telah ditunjukkan oleh Vladimiriv dalam Tang dan Affandi (2001) untuk ikan Rutiulus rutiulus dan Abramis brama, begitu juga pada udang cina diyakini bahwa kandungan lemak telur dapat meningkatkan daya tetas telur dan hidup larva. Lemak merupakan aspek nurtisi pakan yang paling penting dan sangat esensial dalam meningkatkan mutu telur, karena asam lemak telur merupakan cadangan makanan dengan konversi energi yang paling tinggi. Meningkatnya level lemak dari 12% ke 18% pada pakan induk ikan Siganus guttatus dapat meningkatkan fekunditas dan derajat penetasan telur (Duray et al., dalam Izquierdo et al., 2001), meskipun efek ini dapat juga disebabkan oleh meningkatnya kandungan asam lemak esensial pada pakan. Menurut Watanabe et al., (1984ab), faktor utama nutrien yang mempengaruhi penampilan reproduksi ikan adalah kandungan asam lemak esensial dalam pakan.

Lipid digunakan sebagai sumber energi selama embriogenesis pada ikan, khususnya pada stadia akan menetas. Kandungan lipid pada telur ikan rainbow trout menurun sebanyak 50% selama perkembangan atau pertumbuhan. Glikogen dan lipid adalah sumber energi utama dan lipid telah digunakan pada saat seluruh proses embriogenesis, khususnya pada stadia larva. Defisiensi Essential Fatty Acid (EFA) dapat menyebabkan efek kerusakan pada ikan dan efek negatif pada penampilan reproduksinya. Tanda-tanda kekurangan asam lemak esensial juga, hampir selalu menyebabkan pembengkakan, hati menjadi pucat dan anemia. Begitu pula dengan kematian, terutama pada ikan-ikan muda dan ikan yang sedang dalam masa pertumbuhan kematian mengalami peningkatan jika ikan ini kekurangan asam lemak esensial (Halver, 2002).

54 Ikan air tawar memerlukan n-6 yang lebih tinggi untuk proses reproduksinya, sedangkan ikan air laut memerlukan n-3 yang lebih tinggi. Hal ini terkait dengan kemampuan ikan air tawar yang mempunyai enzim elongase. Dimana, ikan air tawar mampu memperpanjang ikatan atau rantai asam lemak esensial. Asam lemak ikan air tawar telah lama diketahui berbeda secara signifikan dengan ikan air laut. Kelimpahan asam lemak 20:5n-3 (EPA) dan khususnya 22:6n-3 (DHA) pada keduanya, minyak ikan air tawar mengandung proporsi yang tinggi dari asam dienoic dan trienoic, terutama 18:2n-6 (linoleat) dan 18:3n-3 (linolenat), sedangkan pada ikan air laut mengandung proporsi yang lebih besar asam tetraenoic terutama 20:4n-6 (aracidonat). Sebaliknya, konsentrasi dari 20:5n-3 (EPA) dan 22:6n-3 (DHA) agak menurun pada ikan air tawar jika dibandingkan dengan ikan air laut (Halver, 2002).

Induk ikan yang memasuki fase pematangan oosit akan dipengaruhi oleh hormon trofik hipotalamus dan kelenjar pituitari (Tang dan Affandi, 2001). Folikel yang sedang tumbuh mensintesis dan mensekresi hormon steroid kedalam peredaran darah. Salah satu jenis hormon steroid adalah estradiol-17β yang merangsang sintesis dan mengangkut vitelogenin ke gonad. Hubungan vitamin E dengan vitelogenin dalam perkembangan oosit antara lain melalui prostaglandin. Prostaglandin disintesis secara enzimatik dengan menggunakan asam lemak esensial. Vitamin E dapat mempertahankan keberadaan asam lemak karena fungsi vitamin E antara lain adalah sebagai antioksidan. Vitamin E dan asam lemak esensial dibutuhkan secara bersama untuk pematangan gonad ikan, dan dosis vitamin dalam pakan akan bergantung kepada kandungan asam lemak esensial yang berbeda dalam pakan.

Perkembangan gonad atau oogenesis ialah tranformasi oogonia menjadi oosit. Komponen utama oosit berasal dari senyawa vitelogenin berbobot molekul tinggi asal darah yang disintesis di dalam hati (Nagahama, 1987). Sebelum terjadi pemijahan ukuran gonad semakin besar dan berat, begitu pula butir telur yang ada didalamnya. Berat gonad akan mencapai maksimum saat ikan akan memijah, kemudian akan turun dengan cepat selama pemijahan berlangsung sampai selesai.

Nagahama (1987) menyatakan ada tiga tipe ovari yaitu: (1) ovari sinkron/serempak, yaitu perkembangan oosit dalam ovari berkembangan bersama (sinkron), keluar bersama dan sesudah itu mati. (2) ovari sinkron sebagian, yaitu ovari

55 memiliki lebih dari dua kelompok oosit pada berbeda tahap perkembangan, umumnya memijah setahun sekali dan relatif pendek. (3) ovari tidak sinkron yang memiliki oosit pada semua tingkat perkembangan. Tipe ini banyak ditemukan pada spesies ikan tropis yang memijah dalam waktu dan musim yang panjang. Tingkat kematangan gonad merupakan pengelompokan kematangan gonad berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi pada pekembangan gonad dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1) pengelompokan berdasarkan morfologi dan 2) berdasarkan histologi.

Vitelogenesis adalah proses induksi dan sintesis vitelogenin dihati oleh hormon estradiol-17β, serta penyerapan vitelogenin yang terbawa aliran darah ke dalam oosit. Agar oosit dapat berkembang, seluruh tahapan proses ini harus berlangsung secara berurutan dan teratur. Secara lengkap proses vitelogenesis didalam tubuh ikan digambarkan sebagai berikut. Estradiol-17β sebagai stimulator dalam biosintesis vitelogenin diproduksi oleh lapisan granulosa pada folikel oosit dibawah pengaruh gonadotropin. Estradiol-17β yang dihasilkan menstimulasi sintetis Vitelogenin kemudian dilepaskan kedalam darah, dan secara selektif vitelogenin ini diserap oleh oosit. Disamping itu estradiol-17β darah juga memberikan rangsangan balik terhadap hipofisis dalam pembentukan gonadotroin, dan terhadap hipotalamus dalam menghasilkan GnRH (Nagahama, 1987).

Vitelogenin adalah bakal kuning telur yang merupakan komponen utama dari oosit yang sudah tumbuh dan dihasilkan di hati. Vitelogenin ini berupa glikofosfoprotein yang mengandung kira-kira 20% lemak, terutama fosfolipid, trigliserida dan kolestrol. Sintesis vitelogenin dalam tubuh ikan berlangsung di hati. Aktifitas vitelogenin ini meyebabkan nilai GSI dan HSI ikan meningkat (Shilo & Sarig, 1989; Tang & Affandi, 2001).

Pakan berfungsi sebagai sumber energi digunakan antara lain untuk hidup, pertumbuhan dan untuk proses perkembangan (reproduksi). Energi mula-mula digunakan untuk pemeliharaan tubuh, pergantian jaringan tubuh yang rusak, pertumbuhan dan selanjutnya untuk reproduksi (Tang & Affandi, 2001). Pakan merupakan komponen penting dalam proses pematangan gonad karena dalam vitelogenesis terjadi akumulasi nutrisi dalam sel telur yang membutuhkan nutrien pada akhir proses tersebut, dan kualitas telur sangat ditentukan oleh pakan.

56 Sekitar tiga per empat zat pada tubuh ikan adalah protein. Protein tersusun dari rantai panjang asam amino di mana asam aminonya berikatan dengan kelompok karboksil. Protein dan kandungan asam aminonya diperlukan untuk pertumbuhan, pemeliharaan jaringan tubuh, pembentukan enzim dan beberapa hormon serta antibodi dalam tubuh, disamping juga berperan sebagai sumber energi. Protein merupakan komponen esensial yang dibutuhkan untuk reproduksi. Protein merupakan komponen utama dari kuning telur (Kamler, 1992). Telah ditemukan bahwa kandungan protein dalam pakan mempengaruhi penampilan reproduksi. Seperti contoh, pada pakan yang rendah protein dan tinggi kalori menyebabkan menurunnya penampilan reproduksi pada ikan red seabream (Izquierdo et al., 2001). Menurut Izquierdo et al. (2001) keseimbangan protein khususnya asam amino dalam pakan dapat memperbaiki proses sintesis vitelogenesis.

Cadangan makanan yang paling penting untuk telur teleost adalah protein kuning telur yang dikombinasikan dengan phospolipid dan kemungkinan kombinasi metabolismenya. Saat pembakaran protein, dominan terjadi pada saat periode penetasan telur dan pada saat yang bersamaan terjadi penurunan kadar kabohidrat total. Setelah menetas, fase utama adalah pertumbuhan, dimana kuning telur mengalami pengenceran dalam waktu yang cukup lama hingga dimulainya proses pembakaran lemak trigliserida dalam kuning telur. Oleh karena itu, protein sangat dibutuhkan sebagai sumber materi untuk bentuk embrio dan sebagai bahan bakar petumbuhan, sedangkan lemak lebih penting sebagai bahan bakar. Menurut Watanabe et al. (1984a) induk yang diberi pakan dengan kandungan protein yang rendah, kekurangan phosfor dan kekurangan EFA akan menghasilkan telur- telur yang abnormal. Hal ini menyebabkan rendahnya derajat penetasan telur.

57

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini selama enam bulan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis proksimat bahan pakan dan pembuatan pakan dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis asam lemak dilakukan di Laboratorium Kimia Terpadu. Analisis vitamin E dilakukan di Laboratorium INMT, Fakultas Peternakan IPB. Pemeliharaan dan pemijahan ikan dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pembuatan preparat histologis dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Foto perkembangan embrio dilakukan di Laboratorium Pembenihan Ikan Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis kualitas air dilakukan dilakukan di Laboratorium Lingkungan Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Ikan Uji

Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah induk dara atau prasalin yaitu calon induk ikan zebra yang belum pernah memijah serta induk salin yaitu induk ikan zebra yang sudah pernah memijah. Ikan prasalin berasal dari petani ikan hias Depok, Jawa Barat dengan umur sekitar 25 hari serta memiliki bobot tubuh awal rata- bobot awal 0,1134 ± 0,03556 g/ekor. Sedangkan induk salin mempunyai bobot awal rata-rata 0,728 ± 0,063 g/ekor. Induk salin yang digunakan adalah induk ikan zebra yang berumur 10 hari setelah pemijahan kedua. Induk salin maupun induk prasalin didatangkan dari petani ikan hias Depok, Jawa Barat.

Pakan Uji

Pakan yang dipakai dalam penelitian tahap ini terdiri atas empat macam pakan perlakuan yang isoprotein (37,06%-37,72%) dan isoenergi (289,93-295,18 kkal/100g) dan memiliki komposisi vitamin E target yang berbeda–beda yaitu 9, 132, 258 dan

58 384 mg/kg pakan. Vitamin E yang digunakan sebagai perlakuan adalah dalam bentuk

α–tocopherol. Perbandingan antara asam lemak n-3 dan n-6 di dalam pakan tetap yaitu 1:2. Komposisi pakan dapat dilihat di Tabel 10, sedangkan hasil analisis proksimat dan vitamin E pakan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 10 Komposisi pakan tiap perlakuan

Bahan Pakan Perlakuan Vitamin E (mg/ kg pakan)

A ( 0 mg ) B ( 125 mg ) C ( 250 mg ) D ( 375 mg ) Tepung Ikan 25,0000 25,0000 25,0000 25,0000 Tepung Kedelai 35,7375 35,7375 35,7375 35,7375 Tepung Pollard 24,4384 24,4384 24,4384 24,4384 Minyak Ikan1 1,4390 1,4390 1,4390 1,4390 Minyak Jagung1 3,3373 3,3373 3,3373 3,3373 Vitamin Mix 2 1,5000 1,5000 1,5000 1,5000 Vitamin E 0,0000 0,0250 0,0500 0,0750 Tapioka 5,0475 5.0225 4,0075 4,9725 Mineral Mix3 3,0000 3,0000 3,0000 3,0000 Choline Chloride 0,5000 0,5000 0,5000 0,5000 Total 100,0000 100,0000 100,0000 100,0000 Keterangan:

1. Sumber asam lemak n-3 dan n-6 2. Takeuchi, 1988

3. Takeuchi, 1988

Berdasarkan hasil analisis, ternyata kandungan Vitamin E dalam pakan adalah 9 mg vitamin E/kg pakan untuk pakan A, 132 mg vitamin E/kg pakan untuk pakan B, 258 mg vitamin E/kg pakan untuk pakan C, serta 384 mg vitamin E/kg pakan untuk pakan D.

Tabel 11 Komposisi proksimat pakan dalam persentase bobot kering (%)

Perlakuan (mg vitamin E/kg pakan)

A (0) B (125) C (250) D (375) Proksimat Protein 37,42 37,72 37,56 37,06 Lemak 8,74 8,22 8,26 8,55 Abu 10,12 9,99 9,88 9,76 Serat Kasar 6,94 6,93 7,69 6,14 BETN 36,75 37,14 36,60 38,49 DE (kkal/100 g pakan)* 293,64 291,47 289,93 295,18 C/P (kkal/ g protein) 7,85 7,73 7,72 7,97 Vitamin E (mg/kg pakan) 9,00 132,00 258,00 384,00 Keterangan: DE = Digestible Energi yang diperhitungkan dari 1 g protein = 3,5 kkal; 1 g lemak = 8,1 kkal; 1 g karbohidrat = 2,5 kkal (NRC, 1983).

59

Rancangan Perlakuan

Penelitian ini merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dikerjakan untuk mengetahui peran vitamin E dalam memperbaiki penampilan reproduksi ikan zebra yang belum pernah memijah (prasalin) serta ikan zebra yang sudah pernah memijah (salin) yang ditambahkan pada pakan buatan dengan kandungan asam lemak esensial terbaik untuk induk ikan zebra. Formula pakan dasar yang digunakan dalam penelitian tahap kedua ini menggunakan pakan terbaik hasil penelitian tahap pertama

Penelitian ini terdiri dari dua rangkaian penelitian yaitu (a) penelitian untuk mengetahui hubungan antara peran asam lemak esensial dengan vitamin E pada pakan buatan dalam memperbaiki penampilan reproduksi ikan zebra yang belum pernah memijah (prasalin) serta (a) penelitian untuk mengetahui hubungan antara peran asam lemak esensial dengan vitamin E pada pakan buatan dalam memperbaiki penampilan reproduksi ikan zebra yang sudah pernah memijah (salin). Matrik penelitian tahap kedua dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Matrik penelitian

Ikan Dara (Pra Salin) Ikan Salin Vitamin E 0 mg/kg pakan Perlakuan A Perlakuan A Vitamin E 125 mg/kg pakan Perlakuan B Perlakuan B Vitamin E 250 mg/kg pakan Perlakuan C Perlakuan C Vitamin E 375 mg/kg pakan Perlakuan D Perlakuan D Keterangan:

1. Ikan dara adalah ikan zebra yang belum pernah memijah (prasalin), ikan salin adalah ikan zebra yang sudah pernah memijah

2. Perbandingan asam lemak esensial n-3/n-6 dalam pakan sesuai dengan hasil penelitian tahap pertama

Pemeliharaan Ikan Uji

Wadah pemeliharaan berupa akuarium berukuran 60 x 50 x 40 cm sebanyak 12 buah akuarium yang dilengkapi dengan sistem resirkulasi untuk penelitian menggunakan ikan dara serta 12 buah akuarium berukuran 60 x 50 x 40 cm dipergunakan untuk penelitian menggunakan ikan salin. Sebelum digunakan, akuarium beserta tandon berkapasitas 2 ton dibersihkan dan dipersiapkan terlebih dahulu. Pada awal pemeliharaan dilakukan analisis kualitas air media pemeliharaan. Suhu air pada wadah pemeliharaan berkisar antara 29-31 °C dan akuarium dilengkapi dengan thermostat untuk menjaga kestabilan suhunya. Untuk menjaga kualitas air

60 tetap baik maka setiap hari dilakukan penyiponan, yaitu pada pagi hari sebelum pakan diberikan.

Pemeliharaan ikan zebra dilakukan dengan kepadatan 25 ekor dalam setiap akuariumnya. Selama pemeliharaan, ikan zebra diberi pakan dalam bentuk pasta secara at satiation dengan frekuensi pemberian 4 kali sehari, yaitu pada jam 07.00, 11.00, 14.00 dan 15.00 WIB. Ikan zebra dipelihara sampai siap memijah. Untuk mengetahui perkembangan kematangan gonadnya maka dilakukan sampling bobot dan GSI sebanyak 3 ekor/ulangan.

Pemijahan dilakukan pada saat ikan zebra telah siap memijah. Induk betina telah siap untuk dipijahkan apabila nilai GSI sudah di atas 20% dan umumnya juga memiliki ciri ukuran perut yang lebih besar dan bila disentuh bagian anal akan terasa lembek. Apabila ada induk betina yang siap memijah dari setiap perlakuan, maka induk tersebut dipindahkan ke akuarium pemijahan. Wadah pemijahan berupa

Dokumen terkait