• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Pembuatan Krim Ekstrak Tomat

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). Tomat mengandung likopen, -, -, -, -karoten, zeaxanthin, lutein, neurosporene,

yang mudah terabsorbsi bila digunakan secara topikal karena sifatnya yang larut lemak dan ukuran molekulnya yang relatif kecil. Satu-satunya kerugian yang diperoleh dari penggunaan likopen secara topikal adalah perubahan warna kulit menjadi kemerahan (Narendran dkk, 2013). Sediaan krim yang mengandung ekstrak tomat dapat memiliki rentang konsentrasi bahan aktif bervariasi 1-25% (Ryngler-Lwensztain, 2012), untuk itu digunakan konsentrasi zat aktif berupa ekstrak kental etil asetat tomat sebesar 1%. Namun pada penelitian selanjutnya, diharapkan dapat dilakukan orientasi dosis ekstrak pada sediaan untuk menemukan dosis efektif.

Pada dasarnya setiap sediaan farmasi terdiri dari zat aktif dan eksipien-eksipiennya. Zat aktif yang digunakan dalam formulasi krim ini adalah ekstrak tomat. Selain zat aktif, eksipien juga memegang posisi penting dalam suatu formula. Eksipien yang digunakan dalam sediaan semisolid topikal harus memiliki kemampuan untuk: 1) meningkatkan kelarutan zat aktif; 2) mengatur pelepasan dan permeasi obat; 3) meningkatkan aspek estetika sediaan; 4) meningkatkan stabilitas obat dan formulasi; serta 5) mencegah kontaminasi dan pertumbuhan mikroba (Heather dan Adam, 2012). Pada penelitian ini, Tween 80 berfungsi sebagai surfaktan, sedangkan PEG 6000 berfungsi sebagai basis dan

emulsion stabilizer (Różańska dkk, 2012).

Proses pembuatan krim dimulai dengan cara mencampurkan masing-masing bahan berdasarkan kelarutannya. Bahan-bahan yang larut dalam minyak dicampurkan dengan sesama bahan-bahan larut minyak, kemudian campuran ini disebut fase minyak (asam stearat). Bahan-bahan yang larut dalam air

dicampurkan dengan sesama bahan-bahan larut air, kemudian campuran ini disebut fase air (PEG 6000, propilen glikol, TEA, Tween 80, dan nipagin). Apabila ada bahan yang berupa padatan, pencampuran dapat dilakukan dengan cara melelehkan bahan tersebut pada suhu yang sesuai. Pada penelitian ini digunakan suhu ±70oC untuk pelelehan asam stearat dan PEG 6000. Pencampuran kedua fase selanjutnya dilakukan pada wadah hangat untuk mencegah pembekuan segera. Ekstrak kering dimasukkan sesaat sebelum penambahan aquadest untuk meningkatkan homogenitas sediaan. Pencampuran dilakukan dengan menggunakan mixer selama 1 menit dengan tujuan untuk mendapatkan kecepatan pengadukan yang konstan. Sebab, kecepatan pengadukan dapat menjadi faktor yang ikut mempengaruhi sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak tomat.

Pada sediaan topikal, asam stearat yang dicampurkan dengan alkali trietanolamin (TEA) hingga kondisi netral akan dapat membentuk massa menyerupai seperti krim ketika dicampurkan dengan air. Sabun dari asam stearat dapat berfungsi sebagai emulsifying agent.

Kulit memiliki rentang pH antara 5 dan 6,5. pH sediaan tidak hanya mempengaruhi solubilitas dan stabilitas obat dalam sediaan, tetapi dapat juga berpotensi menimbulkan iritasi, sehingga sediaan ini harus diformulasikan pada rentang pH tersebut. Oleh karena itu, perlu ditambahkan basa amin untuk meningkatkan pH sediaan, yakni dengan penambahan trietanolamin (TEA) (Heather dan Adam, 2012).

Nipagin dipilih karena memiliki spektrum yang luas, stabil pada sediaan berair dengan pH 3-6, stabil dalam proses sterilisasi dengan autoklaf, non-mutagenik, non-karsinogenik dan non-teratogenik (Rowe dkk, 2009).

Surfaktan (emulsifying agent) yang digunakan dalam pembuatan krim ekstrak tomat ini adalah Tween 80. Tween 80 digunakan secara luas pada kosmetik sebagai emulsifying agent (Smolinske, 1992). Tween 80 digunakan sebagai emulsifying agent pada emulsi topikal tipe minyak dalam air (M/A), dan berfungsi sebagai emulifying agent pada rentang konsentrasi 1-15% (Rowe dkk, 2009).

Basis yang akan digunakan dalam pembuatan krim ekstrak tomat ini adalah PEG 6000. Krim yang baik hendaknya memenuhi kriteria aman, nyaman, dan efektif. PEG bersifat stabil di udara dan tidak mengiritasi kulit. PEG merupakan bahan larut air dan mudah dihilangkan dari kulit hanya dengan pencucian, sehingga banyak digunakan sebagai basis salep (Rowe dkk, 2009). Emulsi merupakan suatu sistem yang kurang stabil secara termodinamis (Voorhees, 1985). Oleh karena itu, diperlukan adanya bahan-bahan yang mampu meningkatkan stabilitas emulsi. PEG juga dapat berfungsi sebagai emulsion stabilizer (Różańska dkk, 2012).

Propilen glikol berfungsi sebagai humektan pada sediaan topikal. Humektan ini dapat menjaga kelembaban kulit dengan mekanisme menyerap lembab yang ada di lingkungan (Rowe dkk, 2009).

Sebelum melakukan proses optimasi, perlu dilakukan orientasi formula terlebih dahulu. Proses orientasi formula ini bertujuan untuk melihat apakah

faktor yang akan diteliti mampu memberikan perubahan respon yang linear sekaligus menentukan level rendah dan level tinggi dari faktor yang akan digunakan. Grafik hasil orientasi jumlah Tween 80 terhadap respon viskositas dan ukuran droplet krim ekstrak tomat dapat dilihat pada gambar 7 dan gambar 8.

Gambar 7. Grafik orientasi pengaruh Tween 80 terhadap viskositas

Gambar 8. Grafik orientasi pengaruh Tween 80 terhadap ukuran droplet 0 50 100 150 200 250 300 0 2,5 5 7,5 10 12,5 15 V is k o si ta s (d .P a .s ) Jumlah Tween 80 (g)

Pengaruh Tween 80 terhadap

Viskositas Krim

20 25 30 35 40 45 0 2,5 5 7,5 10 12,5 15 U k u ra n d ro p le t ( μ m ) Jumlah Tween 80 (g)

Pengaruh Tween 80 terhadap Ukuran

Droplet Krim

Pada gambar 7 dan gambar 8, dapat dilihat bahwa jumlah Tween 80 memberikan pengaruh pada respon viskositas dan ukuran droplet krim ekstrak tomat. Pada gambar 7, diketahui bahwa pada Tween 80 sejumlah 2,5 gram, 5 gram, dan 7,5 gram memberikan perubahan yang linear terhadap respon viskositas krim ekstrak tomat. Pada gambar 8, diketahui pula bahwa Tween 80 sejumlah 2,5 gram, 5 gram, 7,5 gram, dan 10 gram memberikan perubahan yang linear terhadap ukuran droplet krim ekstrak tomat. Oleh karena itu, dapat ditentukan level rendah dan level tinggi dari penggunaan Tween 80 sebagai surfaktan dalam optimasi krim ekstrak tomat. Dari gambar 7 dan gambar 8, diperoleh irisan jumlah Tween 80 sebesar 2,5 gram (level rendah) hingga 7,5 gram (level tinggi).

Orientasi level rendah dan level tinggi juga dilakukan untuk faktor PEG 6000. Grafik hasil orientasi jumlah PEG 6000 terhadap respon viskositas dan ukuran droplet krim ekstrak tomat dapat dilihat pada gambar 9 dan gambar 10.

Gambar 9. Grafik orientasi pengaruh PEG 6000 terhadap viskositas 0 50 100 150 200 250 300 0 2 4 6 8 10 12 V is k o si ta s (d .P a .s ) Jumlah PEG 6000 (g)

Pengaruh PEG 6000 terhadap

Viskositas Krim

Gambar 10. Grafik orientasi pengaruh PEG 6000 terhadap ukuran droplet Pada gambar 9 dan gambar 10, dapat dilihat bahwa jumlah PEG 6000 memberikan pengaruh pada respon viskositas dan ukuran droplet krim ekstrak tomat. Pada gambar 9, diketahui bahwa pada PEG 6000 sejumlah 2 gram, 4 gram, 6 gram, dan 8 gram memberikan perubahan yang linear terhadap respon viskositas krim ekstrak tomat. Pada gambar 10, diketahui pula bahwa PEG 6000 sejumlah 2 gram, 4 gram, dan 6 gram memberikan perubahan yang linear terhadap respon ukuran droplet krim ekstrak tomat. Dari gambar 9 dan gambar 10, diperoleh irisan jumlah Tween 80 sebesar 2 gram (level rendah) hingga 6 gram gram (level tinggi).

D. Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Krim Ekstrak Tomat

Dokumen terkait