• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemetaan Daerah Rawan Kekeringan untuk Curah Hujan Rata-rata Tahunan

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penutupan/Penggunaan Lahan daerah Indramayu

5.2.1 Pemetaan Daerah Rawan Kekeringan untuk Curah Hujan Rata-rata Tahunan

Curah hujan rata-rata tahunan dari 19 titik stasiun di Kabupaten Indramayu adalah 1.471 mm/tahun. Curah hujan tertinggi adalah 1.948 mm, sedangkan curah hujan terendah ± 971 mm. Peta curah hujan rata-rata tahunan dapat dilihat pada Gambar 8. Curah hujan yang dominan turun di daerah Indramayu adalah <1500 mm/tahun, sehingga dapat diasumsikan bahwa daerah Indramayu berpotensi terjadi kekeringan bila dilihat dari parameter curah hujannya. Penyebaran kelas curah hujan <1500 mm/tahun berada di sebelah utara peta yaitu yang berbatasan dengan laut jawa, dan berada di sebelah tenggara yang berbatasan dengan Kabupaten Cirebon.

26

Gambar 8. Peta Curah Hujan Rata-Rata Tahunan

a Peta Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Beda untuk Curah Hujan Tahunan

Gambar 9 menunjukkan Peta rawan kekeringan dengan menggunakan bobot parameter berbeda dan curah hujan tahunan. Pemodelan ini menghasilkan dua kelas kekeringan, yaitu, kelas cukup rawan dan kelas rawan. Kecamatan yang berpotensi kekeringan untuk kelas cukup rawan hampir merata keseluruh wilayah dari Kabupaten Indramayu (Lampiran 3).

1. Kelas Cukup Rawan

Daerah cukup rawan ini mempunyai luasan 159.502 ha (77,24%). Curah hujan yang ada pada kelas ini berkisar antara 1501 - 2000 mm/tahun dan <1500 mm/tahun. Bentuk lahan yang banyak dijumpai dikelas ini adalah dataran Aluvial dan dataran, dengan penggunaan lahan berpotensi rawan kekeringan adalah sawah, kebun campuran, tambak, permukiman, dan perkebunan. Kemiringan lereng kelas ini berada pada kisaran 0 - 8%, drainase yang dimiliki kelas ini sangat buruk sampai buruk, dan berada pada buffer sungai >500 m.

2. Kelas Rawan

Kelas rawan mempunyai luasan sebesar 46.992 ha (22,76%) dengan curah hujan berada pada kisaran 1501 – 2000 mm/tahun dan <1500 mm/tahun. Kelas ini didominasi oleh bentuk lahan dataran Aluvial dengan kemiringan lereng 0 - 8% dan mempunyai drainase buruk sampai baik. Penggunaan lahan yang banyak dijumpai di kelas ini adalah sawah, permukiman, kebun campuran, perkebunan, dan tanah terbuka. Daerah yang berpotensi rawan kekeringan berada pada buffer sungai >500m.

Adapun luas dari masing-masing tipe penggunaan lahan menurut kelas rawan kekeringan disajikan pada Tabel 10.

Kecamatan terluas yang berpotensi rawan kekeringan untuk kelas cukup rawan sampai rawan adalah Kecamatan Gantar, Kecamatan Trisi, Kecamatan Cikedung, Kecamatan Losarang, Kecamatan Pasekan, Kecamatan Anjatan, dan Kecamatan Gabuswetan. Dari kecamatan-kecamatan ini penggunaan lahan yang akan mendapat dampak paling besar terhadap kekeringan adalah sawah, karena penggunaan lahan ini paling luas ditemukan pada tujuh kecamatan tersebut. Karakteristik utama dari kecamatan-kecamatan tersebut adalah bentuk lahan dataran aluvial, kemiringan lereng 0 - 3%, dengan drainase sangat buruk sampai baik, curah hujan <2000 mm/tahun dan berada pada buffer sungai >500m.

Tabel 10. Penggunaan Lahan/Penutupan Lahan yang Berpotensi Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Beda

Penggunaan lahan

Kelas (ha)

Cukup rawan Rawan

Hutan 7.064 448

Kebun Campuran 21.047 3.767

Lahan Terbangun 592 223

Perkebunan 13.703 2.207

Permukiman 14.185 7.127

Pertanian Lahan Kering 10 0,5

Sawah 86.288 31.16 Semak 1.076 440 Tambak 14.442 166 Tanah Terbuka 222 1.388 Tegalan 868 63,1 Total 159.502 46.992,6

28

Gambar 9. Peta Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Beda untuk Curah Hujan Tahunan

b. Peta Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Sama untuk Curah Hujan Tahunan

Gambar 10 menunjukkan peta rawan kekeringan dengan bobot parameter sama dengan empat kelas kekeringan, yaitu kelas tidak rawan, kelas cukup rawan, kelas rawan, dan kelas sangat rawan. Hampir semua kecamatan mengalami kelas cukup rawan dan rawan kekeringan, sedangkan yang mengalami kelas tidak rawan hanya tersebar di beberapa kecamatan saja (Lampiran 4).

1. Kelas Tidak Rawan

Daerah dengan kelas kekeringan tidak rawan mempunyai luasan paling kecil yaitu 144 ha (0,07%) dari total luasan daerah penelitian. Daerah ini mempunyai curah hujan 1501 - 2000 mm/tahun. Penggunaaan lahan yang dominan dalam kelas ini adalah tambak, perkebunan, dan kebun campuran, dengan kemiringan lereng 0 - 3%. Kelas ini mempunyai bentuk lahan dataran Aluvial dengan drainase sangat buruk dan berada pada buffer sungai 0 - 100 m.

2. Kelas Cukup Rawan

Daerah cukup rawan ini memiiliki luasan yang paling besar yaitu 157.476 ha (76,26%). Curah hujan yang dominan di kelas ini adalah <1500mm/tahun dan 1500 - 2000mm/tahun. Penggunaan lahan yang banyak dijumpai adalah sawah, kebun campuran, tambak, perkebunan, dan permukiman. Kemiringan lereng kelas ini berkisar antara 0 - 8%. Bentuk lahan adalah dataran Aluvial, mempunyai drainase sangat buruk sampai buruk, dan berada pada buffer sungai >500 m. 3. Kelas Rawan

Kelas rawan mempunyai luasan sebesar 48.651 ha (23,56%) dengan curah hujan yang dominan adalah <1500mm/tahun dan 1500 - 2000 mm/tahun. Penggunaan lahan yang banyak mengalami rawan kekeringan adalah sawah, permukiman, kebun campuran, perkebunan, dan tanah terbuka. kemiringan lereng 0 - 8 % dan mempunyai drainase baik sampai buruk. Kelas ini didominasi oleh bentuk lahan dataran Aluvial dan berada pada buffer sungai >500m.

4. Kelas Sangat Rawan

Kelas sangat rawan mempunyai luasan sebesar 223 ha (0,11%) dari total luasan. Curah hujan pada kelas ini berada pada kisaran 2001 – 2500mm/tahun dengan penggunaan lahan yang berada pada keadaan sangat rawan adalah tanah terbuka. Kemiringan lereng pada kelas sangat rawan adalah 8 – 15% dengan bentuk lahan perbukitan dan berada pada buffer sungai >500m.

Luas dari masing-masing tipe penggunaan lahan menurut kelas rawan kekeringan disajikan pada Tabel 11, dimana penggunaan lahan yang dominan berpotensi kekeringan adalah penggunaan lahan sawah.

Secara umum karakteristik wilayah dari kelas cukup rawan sampai sangat rawan kekeringan untuk bobot parameter sama dan curah hujan tahunan adalah curah hujan <1500mm/tahun dan 1500 - 2000 mm/tahun, bentuk lahan dataran aluvial, penggunaan lahan sawah, kelas kemiringan 0 – 15%, berdrainase sangat buruk sampai baik dan berada pada buffer >500m. Kecamatan terluas yang berpotensi kekeringan untuk kelas cukup rawan sampai sangat rawan adalah Kecamatan Trisi, Kecamatan Gantar, Kecamatan Losarang, Kecamatan Cikedung, Kecamatan Kroya, Kecamatan Anjatan, Kecamatan Tukdana, Kecamatan Sukra,

30

Kecamatan Haurgeulis dengan penggunaan lahan sawah yang paling besar yang akan mendapat dampak dari kekeringan.

Gambar 10. Peta Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Sama untuk Curah Hujan Tahunan

Tabel 11. Penggunaan Lahan/Penutupan Lahan yang Berpotensi Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Sama

Penggunaan lahan

Kelas (ha)

Tidak Rawan Cukup rawan Rawan Sangat Rawan

Hutan 7.064 448

Kebun Campuran 21.302 3.512

Lahan Terbangun 384 431

Perkebunan 94 14.178 1.638

Permukiman 13.280 8.032

Pertanian Lahan Kering 9 2

Sawah 84.967 32.481 Semak 874 641 Tambak 49 14.424 134 Tanah Terbuka 121 1.265 223 Tegalan 868 63 Total (Ha) 143 157.476 48.651 223

5.2.2 Pemetaan Daerah Rawan Kekeringan untuk Curah Hujan Rata-rata