• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. KEDELAI NASIONAL DAN INTERNASIONAL

5.1. Kerangka Teoritis

5.1.1. Penawaran dan Permintaan

Penawaran suatu komoditi baik barang maupun jasa merupakan jumlah komoditi yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen dalam suatu pasar pada tingkat harga dan waktu tertentu. Harga dan jumlah yang ditawarkan ini mempunyai hubungan positif, yaitu jika harga naik, maka jumlah komoditi yang ditawarkan semakin banyak. Sumber penawaraan meliputi produksi pada waktu tertentu dan persediaan (stok) pada waktu sebelumnya.

Menurut Iswardono (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran suatu komoditi dapat digambarkan dengan fungsi sebagai berikut :

Qsk = f (Pk, Ps, Pi, G, T, Tx) ……….. (1) dimana :

Qsk = Penawaran komoditi

Pk = Harga komoditi bersangkutan

Suatu hipotesa dasar ekonomi menyatakan bahwa harga sejumlah komoditi mempunyai hubungan positif dengan jumlah yang ditawarkan yaitu semakin tinggi

harganya, semakin besar jumlah yang ditawarkan, cateris paribus. Dikarenakan

peningkatan harga komoditi menyebabkan peningkatan keuntungan, maka akan memacu peningkatan produksi maupun penjualan hasil produksinya. Jadi peningkatan harga dari suatu komoditi akan menyebabkan peningkatan penawaran komoditi tersebut. Dengan demikian perubahan harga suatu komoditi akan menyebabkan pergerakan sepanjang kurva penawaran.

Berbagai komoditi dapat disubtitusi dan memiliki komoditi pendukung, baik dalam produksi maupun konsumsi. Perubahan harga pada komoditi subtitusi dan komplementer (Ps) akan mempengaruhi jumlah penawaran komoditi bersangkutan.

Peningkatan harga komoditi subtitusi akan menyebabkan berkurangnya jumlah penawaran komoditi bersangkutan. Dan sebaliknya, penurunan harga komoditi subtitusi akan menyebabkan peningkatan jumlah penawaran komoditi bersangkutan. Sedangkan peningkatan harga komoditi bersangkutan, dan sebaliknya penurunan pada harga komoditi komplementer akan menyebabkan penurunan pula pada jumlah penawaraan komoditi bersangkutan.

Harga suatu faktor produksi (Pi) merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Dengan meningkatkan harga faktor produksi maka keuntungan yang diterima perusahaan akan berkurang. Hal ini menyebabkan perusahaan akan mengurangi jumlah produksinya. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa peningkatan harga faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi suatu komoditi, akan menyebabkan berkurangnya jumlah komoditi yang ditawarkan.

Jumlah komoditi yang ditawarkan juga tergantung apa tujuan perusahaan (G). Tujuan suatu perusahaan tidak hanya memaksimumkan keuntungan. Jika perusahaan lebih mementingkan volume produksi, perusahaan dapat menghasilkan dan menjual lebih banyak.

Teknologi (T) berkorelasi positif dengan jumlah yang ditawarkan. Jika perusahaan menggunakan teknologi baru, fungsi produksi akan bergeser ke atas yang berarti produksi meningkat dan kurva biaya akan bergeser ke bawah yang berarti biaya produksi berkurang. Keuntungan yang akan diperoleh menjadi lebih besar. Jadi dapat disimpulkan, jumlah komoditi yang ditawarkan dipengaruhi oleh tingkat penggunaan teknologi dalam proses produksinya.

Adanya pajak (Tx) seperti pajak penjualan, pajak penghasilan akan mengakibatkan kenaikan pada ongkos produksi sehingga mengurangi insentif untuk berproduksi. Maka penawaran komoditi tersebut akan berkurang. Sebaliknya, pemberian subsidi (Tx) akan mengurangi ongkos produksi dan meningkatkan keuntungan, sehingga penawaran komoditi tersebut akan meningkat.

Dalam pasar persaingan sempurna dengan menganggap faktor-faktor lain tetap (cateris paribus) kecuali harga barang atau jasa bersangkutan, perubahan harga komoditi tersebut dapat menyebabkan pergerakan sepanjang kurva penawaran atau terjadi perubahan jumlah komoditi yang ditawarkan dalam biaya produksi yang diakibatkan perubahan teknologi dan faktor lainnya.

Menurut Pappas dan Hirschey (1995), permintaan adalah sejumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli konsumen selama periode tertentu sebagai berikut : Qdk = f (Pk, Ps, I, S, Pd)……….………. (2) dimana :

Qdk = Permintaan Komoditi Pk = Harga Komoditi itu sendiri

Dengan asumsi cateris paribus, peningkatan harga komoditi bersangkutan akan

menurunkan permintaan, dan sebaliknya. Permintaan dan harga komoditi bersangkutan memiliki hubungan negatif.

Perubahan harga komoditi subtitusi (Ps) akan mempengaruhi permintaan atas komoditi bersangkutan secara positif. Kenaikan harga komoditi subtitusi akan meningkatkan permintaan atas komoditi yang bersangkutan, dan sebaliknya. Sedangkan perubahan harga barang komplementer dapat mengubah permintaan komoditi bersangkutan secara negatif. Semakin tinggi harga barang komplementer, semakin rendah permintaan atas komoditi yang bersangkutan.

Kenaikan pendapatan (I) cenderung meningkatkan permintaan yang berupa barang normal, dan sebaliknya. Salah satu hal yang berpengaruh terhadap permintaan adalah selera (S). Perubahan selera terjadi dari waktu ke waktu, dan cepat atau lambat akan meningkatkan permintaan pada periode tertentu dan tingkat harga tertentu. Peningkatan jumlah penduduk (Pd) dapat meningkatkan permintaan atas suatu komoditi. Hal ini diakibatkan semakin banyak jumlah penduduk maka semakin banyak konsumen yang menginginkan suatu komoditi.

5.1.2. Elastisitas

Suatu ukuran daya tanggap yang diperlukan dalam keseluruhan pengambilan keputusan manajerial adalah elastisitas. Elastisitas didefinisikan sebagai persentase perubahan dalam peubah dependen Y yang dihasilkan dari perubahan satu persen nilai peubah independen X. Persamaan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : Elastisitas Y terhadap X = persentase perubahan dalam Y ……… (3) persentase perubahan dalam X

Sumber : (Pappas dan Hirschey, 1995)

Menurut Tomek dan Robinson (1987), elastisitas penawaran adalah persentase perubahan jumlah yang ditawarkan sebagai respon terhadap perubahan satu satuan harga dengan asumsi faktor lain dianggap konstan. Bila elastisitas bernilai nol, maka jumlah yang ditawarkan tetap dan tidak ada respon kuantitas terhadap perubahan harga. Kondisi ini disebut inelastis sempurna. Sedangkan penawaran elastis memiliki nilai lebih dari satu dan persentase perubahan kuantitasnya lebih besar dari pada persentase perubahan harganya. Penawaran komoditas pertanian pada umumnya memiliki nilai inelastik disebabkan adanya tenggang waktu antara waktu menanam dengan waktu memanen sehingga jumlah yang ditawarkan tidak segera mengikuti perubahan harga yang terjadi.

Nicholson (2002) menjelaskan, nilai elastisitas penawaran terbagi menurut rentang waktu pengambilan keputusan produsen, yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek mengacu pada periode waktu dimana produsen harus mempertimbangkan inputnya secara absolut dan tetap dalam mengambil keputusan. Sebaliknya jangka panjang merupakan periode waktu dimana produsen mempertimbangkan seluruh inputnya bersifat peubah dalam membuat keputusan. Sebagai contoh, elastisitas luas areal terhadap harga (EAP) adalah angka yang menunjukan persentase perubahan luas areal akibat perubahan harga sebesar satu persen. Misalnya EAP bernilai 2, berarti setiap peningkatan harga kedelai sebesar satu persen mengakibatkan perubahan peningkatan luas areal sebesar dua persen, atau setiap penurunan harga kedelai satu persen mengakibatkan penurunan luas areal sebesar dua persen. EAP bernilai –2, berarti setiap peningkatan harga kedelai

sebesar satu persen mengakibatkan penurunan luas areal sebesar dua persen, atau setiap penurunan harga kedelai sebesar satu persen mengakibatkan peningkatkan luas areal sebesar dua persen.