• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Uji Pendahuluan

Pada penelitian ini jenis hepatotoksin karbon tetraklorida. Karbon tetraklorida ini diberikan dengan dosis tertentu yang dapat memberikan efek terhadap hepar tikus. Adanya respon dari pemberian hepatotoksin ini ditandai dengan kenaikan tinggi serum ALT dan AST yang menandakan adanya kerusakan pada hepar tikus. Karbon tetraklorida merupakan hepatotoksin yang dapat menyebabkan terjadinya perlemakan hati atau degradasi melemak. Kenaikan serum ALT dan AST dari pemberian karbon tetraklorida dibandingkan dengan kondisi normal adalah sekitar 3-4 kali (Zimmerman, 1999). Hal ini berbeda dengan hepatotoksin yang digunakan, misalnya seperti paracetamol yang kenaikan serum ALT dan AST mencapai 10-20 kali lipat. Hal ini disebabkan karena, kemampuan parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati sampai pada tahap nekrosis akut.

Dosis yang digunakan pada penelitian ini, yaitu 2 ml/kg BB, dengan pelarut yang digunakan adalah olive oil. Adapun perbandingan yang digunakan adalah 1:1. Penetapan dosis ini berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Janakat, Al-Merie (2003). Pada penelitian ini, pemberian CCl4 dengan dosis 2 ml/kg BB diberikan secara intraperitonial.

2. Penentuan dosis ekstrak metanol-air daun M. tanarius

Pada penelitian ini digunakan ekstrak metanol-air daun M. tanarius.

Penetapan dosis yang digunakan, didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Windrawati (2013) dimana dosis ini memiliki efek hepatoprotektif yang paling

baik. Selain itu, penetapan dosis juga berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adrianto (2010). Dosis yang digunakan sebesar 3840 mg/kgBB yang diberikan secara peroral dengan pelarut yang digunakan adalah CMC Na. Pelarut CMC Na yang digunakan 1 gram dalam 1 ml aquadest yang kemudian dicampurkan dengan ekstrak metanol-air daun M. tanarius.

3. Penentuan waktu pencuplikan darah

Pada penelitian dengan waktu jangka pendek dilakukan penentuan waktu pencuplikan darah pada rentang waktu tertentu, yaitu 24 jam dan 48 jam. Hal ini bertujuan untuk melihat keefektifan hepatotoksin dalam bekerja dan memberikan respon maksimal pada dosis 2 ml/kg BB. Dari pengujian ini akan didapatkan waktu optimal terjadinya peningkatan serum ALT dan AST. Karbon tetraklorida diujikan pada tikus dengan dosis 2 ml/kg BB dengan waktu pencuplikan darah pada jam ke-24 dan 48. Namun sebelum hepatotoksin diujikan, serum darah tikus diambil dahulu dan sebagai jam ke-0. Hal ini bertujuan supaya dapat dibandingkan sebelum diberikan senyawa uji dan setelah diberi perlakuan. Hasil yang didapatkan dari pengujian ini adanya aktivitas serum ALT yang dapat dilihat pada tabel I serta gambar VI.

Tabel I. Aktivitas serum ALT setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/kg BB pada selang waktu 0, 24 dan 48 jam

Selang Waktu (jam) Purata Aktivitas serum ALT ± SE (U/L)

0 73,2 ± 12,9

24 246,4 ± 17,0

48 102,0 ± 14,6

Gambar 6. Diagram batang rata-rata aktivitas ALT-serum sel hati tikus setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/kg BB pada selang waktu 0, 24 dan 48 jam

Dari data tabel I dan gambar VI diagram batang tersebut, diketahui bahwa aktivitas serum ALT pada jam ke 0 sebelum perlakuan, jam ke-24 dan jam ke-48 secara berturut-turut adalah 73,2 ± 12,9; 246,4 ± 17,0 dan 102,0 ± 14,6 U/L. Dapat diketahui bahwa aktivitas serum ALT pada pencuplikan darah jam ke-24 dengan pemberian perlakuan karbon tetraklorida dosis 2 ml/kg BB lebih tinggi dibandingkan dengan pencuplikan darah pada jam ke 0 dan jam ke-48.

Pada pencuplikan darah 24 jam didapatkan peningkatan serum ALT 3-4 kali dari nilai normal yang dibandingkan terhadap jam ke-0 (73,2 ± 12,9U/L). Pada pencuplikan darah 48 jam mengalami kenaikkan serum ALT hampir 2 kali dari nilai normal, karena peningkatan aktivitas serum ALT tertinggi sudah memenuhi kriteria terjadinya hepatotoksisitas, dan pada jam ke-48 sudah terjadi penurunan aktivitas ALT dan maka tidak dilakukan lagi pengukuran pencuplikan

darah pada jam ke-72. Selain itu dari uji statistik, dapat diketahui bahwa kenaikan serum AST pada jam ke-24, menunjukkan perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan data pada jam ke-0 dan ke-48 yang dapat dilihat pada tabel III.

Tabel II. Aktivitas serum AST setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/kg BB pada selang waktu 0, 24 dan 48 jam

Selang Waktu (jam) Purata Aktivitas serum AST ± SE (U/L)

0 151,2 ± 14,2

24 596,2 ± 25,3

48 188,6 ± 3,2

Keterangan: SE = Standard Error

Gambar 7. Diagram batang rata-rata aktivitas AST-serum sel hati tikus setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/kg BB pada selang waktu 0, 24 dan 48 jam

Untuk data tabel II dan gambar VII dari aktivitas serum AST juga menunjukkan adanya peningkatan pada pencuplikan darah 24 jam dibandingkan dengan pencuplikan darah pada jam ke-0 dan jam ke-48. Dapat diketahui bahwa aktivitas serum AST pada jam ke 0 sebelum perlakuan, jam ke-24 dan jam ke-48 secara berturut-turut adalah 151,2 ± 14,2 U/L; 596,2 ± 25,3 U/L dan 188,6 ± 3,2 U/L. Nilai AST menggambarkan adanya kenaikan aktivitas serum AST pada jam ke-24 sebesar 3-4 kali dari nilai normal AST-serum yang dibandingkan terhadap jam ke-0 (151,2 ± 14,2 U/L), sedangkan pada jam ke-48, kenaikan aktivitas serum sebesar 1-2 kali dari jam ke-0. Pada jam ke-48 sudah terjadi penurunan aktivitas serum. Maka, dari data tersebut, kenaikan serum yang paling tinggi adalah pada jam ke-24. Kenaikan 3-4 kali sudah dapat dikategorikan terjadinya hepatotoksisitas. Berikut ini, hasil statistik perbedaan kenaikan akivitas serum ALT pada waktu pencuplikan darah jam ke-0, 24 dan 48.

Tabel III. Perbedaan kenaikan aktivitas serum ALT setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/kg BB pada waktu pencuplikan darah jam ke-0, 24 dan 48

BB= berbeda bermakna (p<0,05); TB = berbeda tidak bermakna (p>0,05)

Dari tabel tersebut, terdapat kenaikan aktivitas serum ALT yang menunjukkan perbedaan yang bermakna pada waktu pencuplikan darah jam ke-24 bila dibandingkan dengan jam ke-0 dan 48.

ALT Jam ke-0 Jam ke-24 Jam ke-48

Jam ke-0 BB TB

Jam ke-24 BB BB

Tabel IV. Perbedaan kenaikan aktivitas serum AST setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/kg BB pada waktu pencuplikan darah jam ke-0, 24 dan 48

BB= berbeda bermakna (p<0,05); TB = berbeda tidak bermakna (p>0,05)

Dari data tersebut serum ALT dan AST secara statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna pada pencuplikan darah jam ke-24 (p<0,05) dibandingkan dengan pencuplikan darah jam ke-0 dan jam ke-48. Oleh sebab itu, pada penelitian jangka pendek dipilih waktu pencuplikan darah hewan uji pada jam ke-24 setelah induksi CCl4 dengan dosis 2 ml/kgBB.

D. Efek Hepatoprotektif Jangka Pendek Ekstrak Metanol-Air Daun M.

Dokumen terkait