• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendapatan petani sesudah industri pengolahan salak

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Tingkat Pendapatan Petani Salak Sebelum dan Sesudah Ada Industri Pengolahan Salak Di Daerah Penelitian

1.2 Pendapatan petani sesudah industri pengolahan salak

Untuk mengidentifikasi pendapatan petani salak sesudah ada industri pengolahan salak dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Tabel 12. Pendapatan Petani Salak Sesudah Industri Pengolahan Salak

Sumber: Data diolah dari lampiran 7

Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa rata-rata penerimaan yang diterima oleh

setiap petani salak sesudah ada industri pengolahan salak sebesar Rp 6.338.000,00. sedangkan biaya yang harus dikeluarkan oleh setiap petani rata-

rata terdiri dari: biaya PBB sebesar Rp 27.500,00, biaya penyusutan sebesar Rp 156.616,67, biaya tenaga kerja sebesar Rp 22.8933,33 dan biaya saprodi sebesar Rp 3.896.050,00. Dimana pendapatan yang diperoleh setiap petani sebelum ada industri pengolahan salak rata-rata sebesar Rp 2.014.833,33/bulan.

Keterangan Total (Rp) Rata-rata (Rp)

Penerimaan 190.140.000,00 6.338.000,00

Biaya Tetap

1. Biaya PBB 825.000,00 27.500,00

2. Biaya Penyusutan 4.698.500,00 156.616,67 Biaya Variabel

1. Biaya Tenaga Kerja 6.868.000,00 228.933,33 2. Biaya Saprodi 116.881.000,00 3.896.050,00

Sesudah ada industri pengolahan salak, pendapatan yang diperoleh petani salak dapat dikatakan tinggi, karena jika dibandingkan dengan standart Upah Minimum Provinsi (UMP) pada saat ini yaitu sebesar Rp 905.000. Dimana pendapatan lebih tinggi (Rp 2.014.833 > 905.000). Tingginya pendapatan ini disebabkan oleh produksi yang meningkat dan harga buah salak yang juga naik.

Untuk melihat rata-rata luas lahan, harga jual dan produksi petani sesudah ada industri pengolahan salak, dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Tabel 13. Rata-rata luas lahan, harga jual dan produksi salak per petani sesudah ada industri pengolahan salak

Luas lahan (Ha) Harga jual (Rp/Kg) Produksi salak (Kg)

2,75 6.000,00 1.056,33

Sumber : Data diolah dari lampiran 1 dan 6

Dari tabel 13 dapat dilihat bahwa terjadi penambahan luas lahan, harga jual dan produksi salak dibanding sebelum ada industri pengolahan salak. Hal ini terjadi karena permintaan konsumen terhadap buah salak bertambah. Selain itu penerimaan meningkat juga terjadi karena adanya industri pengolahan salak sehingga menuntut petani untuk menambah luas lahan sehingga produksi salak yang diperoleh petani bertambah. Dengan meningkatkan harga jual salak, maka peneriman yang diperoleh petani pun meningkat.

Sedangkan total biaya yang harus dikeluarkan juga bertambah, karena biaya PBB pada saat ini naik. Hal itu terjadi karena harga lahan pada saat ini juga naik mengakibatkan biaya PBB menjadi naik. Selein biaya PBB yang harus dikeluarkan, petani juga mengeluarkan biaya sarana produksi dan biaya tenaga kerja. Untuk melihat biaya bibit yang harus dikeluarkan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 14. Biaya dan jumlah bibit salak sesudah ada industri pengolahan salak

Sumber : Data diolah dari lampiran 5

Dari tabel 14 dapat dillihat bahwa terjadi penambahan biaya sarana produksi yang harus dikeluarkan oleh petani. Hal ini terjadi karena adanya permintaan salak yang meningkat dan adanya industri pengolahan salak. Dimana hal itu berdampak kepada petani untuk menambah jumlah bibit agar produksi yang dihasilkan bertambah dan penerimaan bertambah.

Karena penggunaan tenaga kerja bertambah, sehingga biaya yang harus dikeluarkan untuk tenaga kerja menjadi lebih banyak karena upah tenaga kerja juga naik. Untuk melihat rata-rata upah tenaga kerja, dapat dilihat dari tabel berikut ini

Tabel 15. Rata-rata upah tenaga kerja per tahapan per orang sesudah ada industri pengolahan salak

Tahapan Jumlah Tenaga Kerja (Orang)

Upah Tenaga Kerja Anak (Rp/orang) Upah Tenaga Kerja (Rp/orang) Pengolahan lahan dan penanaman 107 8.000,00 20.000,00 Pemeliharaan 84 8.000,00 18.000,00 Panen 93 8.000,00 12.000,00 Pembersihan 71 8.000,00 10.000,00 Pemasaran 67 8.000,00 22.000,00 Total 422 45.000,00 82.000,00

Sumber : Data diolah dari lampiran 4

Dari tabel 15 dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kerja dan upah tenaga kerja bertambah. Hal ini terjadi karena luas lahan yang bertambah, sehingga memerlukan tenaga kerja yang banyak dan petani juga mengeluarkan upah tenaga kerja yang tinggi.

Harga Bibit (Rp) Jumlah bibit

Sedangkan pengeluaran untuk sarana produksi juga meningkat, karena harga bibit salak pada saat ini juga mahal dan bibit salak juga bertambah. Sehingga biaya yang harus dikeluarkan juga besar. Namun, dengan besarnya biaya usaha tani yang dikeluarkan dapat memberikan keuntungan atau pendapatan yang besar bagi petani salak.

Untuk mengidentifikasi pendapatan petani salak sebelum dan sesudah ada industri pengolahan salak digunakan analisis uji beda dengan t-hitung. Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang berpasangan (berhubungan).

Pendapatan petani salak sebelum dan sesudah ada industri pengolahan salak jika dihitung menggunakan uji beda (T-test) dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 16. Pendapatan petani salak sebelum dan sesudah ada industri pengolahan salak

Untuk mengetahui perbedaan pendapatan petani salak sebelum dan sesudah ada industri pengolahan salak, dengan menggunakan uji beda rata-rata. Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang berpasangan (berhubungan) atau sebuah sampel tetapi mengalamai dua perlakuan yang berbeda (Paried Sampel T-test).

Sumber: Data diolah dari lampiran 8

Uraian Sebelum Sesudah t-hitung t-tabel Ket Pendapatan 817.318,89 2.014.833,3 -5.896 2.045 Hipotesis diterima

Dari tabel 16 dapat dilihat bahwa pendapatan petani salak sebelum ada industri pengolahan salak adalah 817.318,89 dan sesudah industri pengolahan salak adalah 2.014833,3.

Berdasarkan hasil analisis uji beda rata-rata pendapatan petani sebelum dan sesudah ada industri pengolahan salak diperileh bahwa t-hitung = -5.896 dengan demikian berarti t-hitung lebih kecil dari t-tabel = -2.045 (@ ½ 0.05) maka keputusan hipotesis adalah hipotesis diterima pada tingkat kepercayaan 95 % artinya terdapat perbedaan nyata antara pendapatan petani sebelum dan sesudah industri pengolahan salak, dimana sesudah industri pengolahan salak pendapatan petani salak semakin meningkat dibandingkan dengan sebelum ada industri pengolahan salak. Hal ini menunjukan bahwa ada dampak Industri Pengolahan Salak terhadap tingkat pendapatan, maka hipotesis 1 diterima.

Sehingga dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan nyata antara pendapatan petani sebelum dan sesudah industri pengolahan salak. Dimana hal ini terjadi karena harga jual dan permintaan terhadap buah salak pada saat tahun sebelumnya rendah dibanding dengan harga jual dan permintaan buah salak pada saat sekarang. Selain itu, dikarenakan adanya satu industri pengolahan salak yang berdiri di sekitar daerah penelitian yang dapat memberikan dampak positif kepada petani salak di sekitar daerah penelitian terutama berdampak kepada tingkat pendapatan petani.

2. Tingkat Kesempatan Kerja Sebelum dan Sesudah Ada Industri

Dokumen terkait