• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Dalam dokumen Pedoman Teknis Pengembangan Tebu (Halaman 18-34)

D. Pengertian

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Pengembangan Tebu melalui kegiatan Bongkar

Ratoon,yang didukung dengan kegiatan lain berupa Penataan Varietas Tebu, Operasional TKP dan PL-TKP, Pemberdayaan Petani dan Kelembagaan Petani Tebu, Bantuan Alat berupa Alat Tebang dan Muat serta Traktor dan Implementnya, Sensus Database Tebu Sistem On-line dilaksanakan dengan prinsip pendekatan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan kegiatan bongkar ratoon dengan

penyediaan bantuan benih dan pupuk majemuk serta pupuk organik yang dilaksanakan pada areal tebu keprasan (ratoon) milik petani yang sudah dikepras minimal 3 kali (setelah R3). Pengadaan benih dan pupuk dilakukan oleh Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi, mengacu kepada PERPRES No. 54 Tahun 2010 jo PERPRES No. 70 Tahun 2012 serta Pedoman Pengadaan dan Penatausahaan Barang Satker Lingkup Ditjen Perkebunan Tahun 2013.

2. Penataan Varietas Tebu

Penataan varietas tebu dilaksanakan pada wilayah binaan PG bersama-sama antara petugas Dinas yang menangani perkebunan Provinsi dan Kabupaten, pihak Pabrik Gula selaku mitra di wilayahnya dan lembaga penelitian terkait.

Kegiatan yang dilaksanakan berupa pengawalan penataan varietas dengan pendekatan wilayah binaan PG. Menentukan varietas yang akan digunakan, menyusun komposisi varietas, melaksanakan rating varietas yang dilakukan setiap tahun, capaian realisasi komposisi varietas dilapangan dengan rodmap tata varietas.

3. Pemberdayaan dan Penguatan Kelembagaan Petani dilakukan melalui peningkatan kapabilitas petani dalam hal kemampuan teknis budidaya, manajemen dan pengembangan organisasi, serta usaha Kelompok dan atau Koperasi melalui Penyuluhan/pendampingan yang dalam implementasi di lapangan.

4. Pendampingan oleh TKP dan PL-TKP yang dalam pelaksanaannya TKP dan PL-TKP mendapat honor serta bantuan operasional untuk kegiatan pendampingan, pengawalan dan monev atas kegiatan pegembangan tebu di setiap kab/kota pelaksana kegiatan tebu. Selain itu, juga diberikan bantuan biaya transportasi untuk kegiatan pembinaan dan peningkatan motivasi yang dilaksanakan di Pusat oleh Ditjen Perkebunan. TKP dan PL-TKP ditempatkan di setiap KPTR dan bertanggungjawab kepada Dinas yang membidangi

Perkebunan baik di Provinsi maupun Kabupaten. Pelaporan dilaksanakan setiap bulan dan disampaikan kepada Provinsi dengan tembusan kepada Dinas yang

membidangi Perkebunan Kabupaten dan Ditjen

Perkebunan cq. Direktorat Tanaman Semusim. 5. Bantuan Alat Tebang dan Muat Tebu

Pengadaan Alat Tebang dan Muat Tebu dilakukan oleh Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi, mengacu kepada PERPRES No. 54 Tahun 2010 jo PERPRES No. 70 Tahun 2012, Pedoman Pengadaan dan Penatausahaan Barang Satker Lingkup Ditjen Perkebunan Tahun 2013, dan Permentan No. 05/Permentan/OT.140/1/2007 tentang syarat dan tata cara pengujian dan pemberian sertifikat alat dan mesin budidaya tanaman.

Bantuan Alat Tebang dan Muat Tebu diserahkan kepada Koperasi/KPTR yang ditetapkan melalui Keputusan Kepala Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan atas usulan Kepala Dinas yang membidangi perkebunan Kabupaten/Kota, untuk dikelola dan dimanfaatkan secara bersama.

6. Bantuan Traktor

Pengadaan Traktor dan Implementnya yang merupakan Belanja Modal dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan mengacu kepada PERPRES No. 54 Tahun 2010 jo PERPRES No. 70 Tahun 2012, Pedoman Pengadaan dan Penatausahaan Barang Satker Lingkup Ditjen Perkebunan Tahun 2013 dan Permentan No. 05/Permentan/OT.140/1/2007 tentang syarat dan tata cara pengujian dan pemberian sertifikat alat dan

mesin budidaya tanaman.

Bantuan traktor ini kemudian dijadikan sebagai barang hibah yang diterima oleh Pemerintah Daerah, melalui Dinas yang membidangi Perkebunan. Selanjutnya traktor tersebut disalurkan oleh Dinas yang

membidangi perkebunan Provinsi kepada

Koperasi/KPTR sasaran penerima bantuan yang telah ditetapkan dalam keputusan Kepala Dinas yang membidangi perkebunan tingkat Provinsi atas usulan Dinas yang membidangi perkebunan Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan luas areal bongkar ratoon. Pengaturan ekploitasi dan pemeliharaan traktor beserta implementnya menjadi tanggung jawab Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi/Kabupaten setempat.

Bantuan alat pengolah tanah berupa Traktor dan

Implement (perlengkapannya) yang merupakan

kebutuhan dasar petani tebu dalam rangka pembukaan lahan untuk perluasan areal tebu dan bongkar ratoon, diberikan guna meningkatkan produksi dan produk-tivitas tanaman dengan spesifikasi yang cocok untuk lahan perkebunan khususnya tanaman tebu.

7. Sensus Database Tebu Sistem On-line

Sensus Database Tebu Sistem On-line dilaksanakan oleh Ditjen Perkebunan dan Dinas yang membidangi perkebunan di Provinsi serta Kabupaten. Ditjen Perkebunan melaksanakan kegiatan pengadaan barang yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan yang mengacu pada PERPRES No. 54 Tahun 2010 jo PERPRES

No. 70 Tahun 2012 serta Pedoman Pengadaan dan

Penatausahaan Barang Satker Lingkup Ditjen

Perkebunan Tahun 2013. Sedangkan Dinas Provinsi dan Kabupaten melaksanakan kegiatan dengan tahapan sebagai berikut : (1) Rapat Koordinasi dan pembentukan Tim Teknis pelaksanaan kegiatan sensus database online, (2) pelaksanaan pengumpulan data yang oleh petugas yang ditunjuk melalui SK Kepala Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota yang membidangi Perkebunan,dilanjutkan dengan mengikuti pelatihan penggunaan aplikasi SIG dan Penggunaan GPS untuk dilapangan,(3) Pengolahan data yang dilakukan oleh masing-masing Provinsi dan Kabupaten/Kota serta koperasi sebagai penginput data, (4) melakukan rapat sinkronisasi dan validasi data awal di masing-masing Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

8. Pengawalan oleh Tim Teknis Provinsi dan Kabupaten berupa bimbingan teknis dan manajemen yang dimulai dariperencanaan, proses administrasi, pelaksanaan kegiatan, panen, sampai dengan pelaporan hasil kegiatan.

B. Spesifikasi Teknis

1. Bongkar Ratoon

a.Pelaksanaan Teknis Bongkar Ratoon

Secara garis besar budidaya tebu dibagi menjadi 2 sistem, yaitu reynoso dan Mekanis/ tebu lahan kering.

Sistem reynoso digunakan pada lahan sawah yang pelaksanaannya dilakukan secara manual pada bulan Mei – Agustus (Pola I). Sedangkan Sistem Mekanisasi

tebu lahan kering, teknis budidaya dilakukan secara mekanis, dan pengairannya sangat tergantung pada curah hujan, atau suplisi air hanya pada saat periode kritis, penanaman dilakukan pada bulan Oktober –

Desember (Pola II). Khusus di wilayah Sumatera Utara pelaksanaan bongkar ratoon dilaksanakan pada bulan Januari – Juni, atau mengikuti musim di masing-masing wilayah.

Teknis pelaksanaan bongkar ratoon dibedakan pada tipe pengolahan lahan, yaitu dilakukan secara manual/tenaga manusia dan dengan cara mekanis. Persyaratan lokasi kebun yang di bongkar adalah sebagai berikut :

- Lahan milik petani pemilik/penggarap yang

dibuktikan dengan keterangan kepemilikan atau bukti sewa/garapan.

- Luas lahan petani untuk kegiatan bongkar ratoon yang dibiayai APBN maksimal seluas 5 Ha.

- Lahan yang telah ditanami tebu dan sudah dikepras minimal tiga kali (setelah R3).

Sedangkan persyaratan petani pelaksana kegiatan bongkar ratoon sumber dana APBN adalah sebagai berikut :

- Petani pemilik/penggarap yang terbentuk dalam satu kelompok sasaran penerima bantuan,

- Kelompok sasaran penerima bongkar ratoon harus tergabung/menjadi anggota KPTR,

- Menyerahkan identitas petani yang dibuktikan dengan KTP atau KK atau Identitas resmi lainnya,

- Petani pemilik/pelaksana mau dan mampu

melaksanakan kegiatan bongkar ratoon sesuai standar teknis pelaksanaan bongkar ratoon.

Standar dalam pelaksanaan bongkar ratoon adalah sebagai berikut :

Pola tanam untuk bongkar ratoon (BR) ada 2 macam pola tanam dalam rencana tindak kegiatan BR, serta penyiapan benihnya.

1) Bongkar Ratoon secara manual/reynoso (Pola Tanam I)

 Penanaman dilakukan pada bulan Mei - Agustus (lahan pengairan teknis),

 Varietas yang digunakan Masak Awal dan Awal Tengah,

 Pengolahan Lahan  Penanaman

- Persiapan benih, sortasi benih, pemotongan bagal 2 mata, tanam.

2) Bongkar Ratoon Secara Mekanis (Pola Tanam II)  Penanaman dilakukan pada bulan Oktober –

Desember,

 Varietas yang digunakan masak tengah dan tengah lambat,

 Penanaman

- Persiapan benih, sortasi benih, pemotongan bagal 2 mata, tanam.

b.Sumber Benih Tebu

Penanaman kembali eks kebun tebu giling yang telah dibongkar menggunakan benih/bibit yang berasal dari Kebun Bibit Datar (KBD) asal Kultur Jaringan atau konvensional. Varietas yang digunakan disesuaikan dengan hasil penataan varietas.

c.Bahan Tanam Bongkar Ratoon

Kriteria dan persyaratan benih tebu yang digunakan untuk penanaman bongkar ratoon adalah sebagai berikut :

- Menggunakan benih bina varietas unggul bermutu. - Umur benih/bibit tebu 6 – 8 bulan.

- Benih/bibit berupa bagal 6 - 8 mata tunas.

- Benih/bibit tebu tidak cacat/rusak.

- Ukuran batang normal, dengan primordia akar pada lingkaran cincin stek batang belum tumbuh.

- Mata tunas masih dorman dan masih segar serta tidak rusak.

- Bantuan benih/bibit tebu dalam 1 (satu) hektar dari dana APBN tahun 2013 adalah :

 300 bos (ikatan) setara dengan 8 ton (60.000 mata),

 1 (satu) bos/ikatan = 25 batang,  1 (satu) batang = 6 - 8 mata.

- Bersertifikat dan berlabel.

- Daya tumbuh 80%.

- Siap tanam dan memenuhi standar mutu benih tebu, dengan persyaratan sesuai SNI 7312:2008 :

Tabel 1. Persyaratan Mutu Benih/Bibit Tebu

No Tolok Ukur Satuan Persyaratan Mutu

1 Vairetas - Benih bina

2 Umur bebih Bulan 6-8

3 Kesehatan benih

a. Penyakit - Sehat

b. Hama - Bebas serangan

4 Kondisi Benih

a. Bentuk - Bagal / Rayungan

b. Kesegaran - Segar

c. Mata Tunas - Dorman

d. Ukuran ruas batang (untukbagal) - Panjang 15-20 cm. Diameter >2 e. Perlakuan - - f. Kemasan - Bos/ikat 5 Label Berlabel

d.Pupuk

Dalam rangka mendukung keberhasilan kegiatan bongkar ratoon, pupuk merupakan salah satu faktor sarana produksi yang berperan penting dalam meningkatkan produksi dan mutu tebu. penggunaan pupuk yang tidak tepat dosis dan waktu dapat menyebabkan kerusakan tanaman, tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tebu dan rendemen tidak optimal serta tingginya biaya pemupukan.

Agar pemberian pupuk sesuai dengan kebutuhan hara tanaman tebu dan dapat meningkatkan produksi/ produktivitas tebu dan rendemen maka diperlukan penggunaan pupuk majemuk dengan sifat penguraian lamban dan formula yang terdiri unsur makro dan mikro.

Penggunaan pupuk majemuk dengan sifat penguraian lamban banyak digunakan oleh PTPN/PT Gula, mengingat penggunaan pupuk majemuk mempunyai banyak kelebihan dibanding pupuk tunggal yaitu aplikasinya lebih mudah, kandungan unsur haranya lebih lengkap dan seimbang, penggunaan tenaga kerja dan waktu lebih efisien.

Kebutuhan pupuk majemuk untuk tanaman tebu dalam 1 (satu) hektar disesuaikan dengan anjuran teknologi di wilayah masing-masing. Namun dalam pelaksanaan kegiatan bongkar ratoon sumber anggaran APBN 2013, kelompok sasaran penerima bantuan bongkar ratoon hanya mendapat bantuan pupuk majemuk sebesar 200 kg per hektar dan pupuk organik sebanyak 600

kg per hektar. Kekurangan kebutuhan pupuk agar dipenuhi secara swadaya.

2. Penataan Varietas Tanaman Tebu

Penataan varietas tebu bertujuan untuk optimalisasi produktivitas melalui pengaturan penggunaan varietas tebu berdasarkan tipologi lahan yang ada, komposisi menurut kategori kemasakan. Kegiatan penataan varietas tebu dalam pelaksanaannya mengacu pada pedoman teknis penataan varietas tahun 2012. Kriteria penataan varietas adalah, sebagai berikut :

a.Varietas komersial yang digunakan di PG maksimum 9 varietas dan memiliki potensi rendemen tinggi, toleran terhadap kondisi lingkungan,

b.Rekomendasi varietas pada prinsipnya harus melalui kajian adaptasi yang meliputi kegiatan-kegiatan orientasi varietas (OrVar) dan adaptasi serta demonstrasi plot atau warung tebu (Warteb),

c.Pemilihan dan penetapan varietas yang akan dikembangkan tim teknis kabupaten melibatkan petani dan praktisi,

d.Setiap tahun menyusun, menetapkan dan men- sepakati komposisi varietas dan rating varietas, e.Varietas unggul yang dikembangkan merupakan

benih bina dan mempunyai kategori kemasakan berbeda dalam jumlah yang seimbang (Masak awal, masak tengah dan masak lambat),

f. Penataan varietas untuk BongkarRatoon (BR) dan perluasan/Plant Cane (PC) meliputi pengaturan rencana tanam, rencana tebang dan proporsi luas berdasarkan kategori kemasakan,

g.Melakukan Uji adaptasi varietas baru di wilayah binaan PG dengan pengawalan dari tim teknis kabupaten dan instansi yang kompeten,

h.Hasil uji adaptasi varietas baru/introduksi agar

dikoordinasikan kepada pusat penelitian

pengembangan perkebunan, pusat penelitian gula,

Balai Besar/BBP2TP dan ditjenbun, untuk

selanjutnya diupaya-kan pelepasan bila telah memenuhi syarat.

Tahapan pelaksanaan penataan varietas adalah :

a.Melakukan pertemuan pengawalan realisasi

penataan varietas pada masing-masing wilayah binaan PG,

b.Tim teknis Provinsi/Kabupaten melaporkan hasil pelaksanaan, sebagai berikut :

1) Hasil inventarisasi dan Identifikasi tipologi wilayah berdasarkan :

- Tekstur (B =Berat, R =Ringan)

- Ketersediaan air (P =Berpengairan, H = Tadah hujan)

- Drainase (L =Lancar, J =Jelek)

2) Penetapan proporsi kemasakan ideal sesuai tipologi wilayah PG,

3) Penetapan varietas berdasarkan tipologi dan sifat kemasakan,

4) Hasil pelaksanaan pemetaan varietas berdasarkan tipologi wilayah binaan PG,

5) Hasil pelaksanaan pemetaan realisasi varietas tertanam di wilayah binaan PG,

6) Penyusunan action plan dari kondisi saat ini menuju kondisi ideal,

7) Perencanaan tanam dan tebang yang sesuai dengan kemasakan,

8) Uji adaptasi untuk menyediakan varietas pengganti.

Pelaksanaan kegiatan Penataan Varietas pada masing-masing provinsi dilakukan secara ter- koordinasi oleh Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi, PG, tenaga ahli,Puslitbangbun, BBP2TP dan Direktorat Tanaman Semusim.

3. Pemberdayaan/Pelatihan Petani/Kelembagaan Petani

Tebu.

Kegiatan Pemberdayaan/PelatihanPetani/Kelembagaan Petani Tebu yang difasilitasi oleh APBN T.A. 2013 dilaksanakan oleh Satker Pengelola Dana Tugas Pembantuan (TP) Provinsi. Penggunaan dana TP yang dilakukan secara swakelola yang didahului dengan

Trainning Need Assesment (TNA) pelatihan

menggunakan tenaga ahli/pakar dibidangnya

Pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan petani tebu mempunyai beberapa spesifik teknis yang dibutuhkan yaitu :

a.Penyiapan narasumber/pengajar

Narasumber/pengajar pada kegiatan pemberdayaan

petani tebu adalah praktisi/pakar yang

berpengalaman dan menguasai materi yang akan dilatih, meguasai metodologi yang relevan dengan materi yang dilatih dan memiliki rasa pengabdian dan tanggung jawab. Fasilitator bisa berasal dari

Pusat penelitian atau lembaga lain yang

berkompoten terkait dengan tanaman tebu. b.Peserta Pelatihan

Peserta pelatihan adalah petani/kelompok tani tanaman tebu.

c.Metode

Metoda yang digunakan pada pemberdayaan

pekebun dan penguatan kelembagaan petani

tebu/kelompok tani menggunakan pendekatan

pembelajaran orang dewasa (andragogy) yang meliputi; ceramah, diskusi, curah pendapat, tanyajawab, praktek lapangan, studi kasus.

d.Materi Pelatihan

Materi yang disampaikan pada pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan petani tebu disesuaikan dengan hasil Analisa Kebutuhan

Pelatihan (TNA) yang telah dilakukan di wilayah masing-masing.

e.Lokasi Pelatihan

Lokasi/tempat pelaksanaan pelatihan adalah pada wilayah pengembangan tanaman tebu.

f. Jumlah Peserta

Jumlah peserta pelatihan dalam satu kelas terdiri dari 25 – 40 orang.

g.Evaluasi

Setelah pelatihan dilaksanakan maka perlu dilakukan evaluasi terhadap peserta maupun terhadap fasilitator/pengajar.

h.Pelaporan

1) Pelaporan rencana pelaksanaan pemberdayaan/

pelatihan disampaikan kepada Direktorat

Tanaman Semusim.

2) Pelaporan akhir pelaksanaan pemberdayaan/ pelatihan disampaikan ke Direktorat Tanaman Semusim.

4.Bantuan Alat Tebang dan Muat Tebu

Bantuan Alat Tebang dan Muat Tebu merupakan pemberian fasilitasi dalam bentuk alat tebang 5 unit yang dilengkapi dengan alat pembersih daun 1 unit dan conveyor 1 unit untuk pengangkat hasil panen tebu ke

angkutan. Alat tersebut bermanfaat untuk

dan tebu siap giling yang memenuhi kriteria MBS (Manis, Bersih, dan Segar) yang pengadaannya bersifat kontraktual sesuai dengan jenis belanjanya (Belanja

Peralatan dan Mesin untuk diserahkan kepada

Masyarakat). Adapun spesifikasi teknis dari alat tebang dan muat tebu adalah sebagai berikut :

- Memiliki produktivitas minimal 2 ton per jam untuk alat muat tebu,

- Daya muat lebih dari 80 kg dengan ketinggian angkut 2,5 meter,

- Memiliki produktivitas lebih dari 5 ton per jam untuk alat pembersih tebu,

- Tingkat kotoran kurang dari 3 %, tingkat

kehilangan/kerusakan kurang dari 25 %, dan tingkat penyelesaian pembersihan tebu 97 %,

- Untuk alat tebang memiliki spesifikasi : alat ringan dan mudah dioperasikan serta memiliki produktivitas tebang 0,2 – 0,3 hektar/hari.

5.Bantuan Traktor dan Implement

Bantuan alat pengolah tanah berupa Traktor dan

Implement (perlengkapannya) yang merupakan

kebutuhan dasar petani tebu dalam rangka pembukaan lahan untuk perluasan areal tebu dan bongkar ratoon, diberikan guna meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman dengan spesifikasi yang cocok untuk lahan perkebunan khususnya tanaman tebu.

6.Sensus Database Tebu Sistem On-line a. Kegiatan Pusat (Ditjen Perkebunan)

- Melakukan Rapat Persiapan awal Kegiatan

Database Tebu Sistem Online

- Pengembangan Basisdata Non Komoditas

- Pengembangan Aplikasi SIG Tebu

- Pelaksanaan Kegiatan

- Workshop Pengembangan Database Tebu

b. Provinsi/ Kabupaten atau Kota

- Melakukan Rapat Koordinasi Persiapan

Pelaksanaan

- Pelaksanaan Kegiatan yang berupa pengumpulan data dan pengimput data.

III.PELAKSANAAN KEGIATAN

Dalam dokumen Pedoman Teknis Pengembangan Tebu (Halaman 18-34)

Dokumen terkait