• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 Perseroran Terbatas, Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Sedangkan ketentuan Pasal 7

57

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyatakan perseroan didirikan oleh dua orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia dan setiap pendiri Perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat Perseroan didirikan. Pengertian orang dalam pengertian disini adalah dalam pengertian orang pribadi ataupun badan hukum.

Mengenai tata cara pendirian Perusahan PMA pertama tama dengan mengajukan izin Sementara untuk pendirian Perseroan Terbatas Penanaman Modal Asing (PT PMA) melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). dengan terlebih dahulu memperhatikan Perpres No. 39 Tahun 2014 untuk mengetahui apakah bidang usaha PT PMA tersebut terbuka untuk investasi asing, dan jika terbuka berapa besar komposisi penanaman modal asing yang diperbolehkan. Untuk pendirian PT PMA, harus mengajukan aplikasi kepada BKPM untuk pendaftaran penanaman modal.

Untuk lebih awal dipahami berdasarkan ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyatakan perseroan didirikan oleh dua orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia dan setiap pendiri Perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat Perseroan didirikan. Selanjutnya dalam Pasal 8 ayat 1 menyatakan akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan dengan pendirian perseroan.

Keterangan lain sebagaimana dimaksud di atas juga harus memuat sekurang-kurangnya: 58

a. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau nama, tempat kedudukan dan alamat lengkap serta nomor dan tanggal Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum dari pendiri Perseroan;

b. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama kali diangkat;

c. Nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan disetor.

Perusahaan penanaman modal yang akan melakukan kegiatan usaha wajib memperoleh izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dari instansi yang memiliki kewenangan, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang. Izin sebagaimana dimaksud diperoleh melalui pelayanan terpadu satu pintu.59

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) adalah kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan nonperizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat. 60

PTSP di bidang penanaman modal bertujuan untuk membantu penanam modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal, dengan cara mempercepat, menyederhanakan

58

Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

59 Pasal 25 ayat (5) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

60 Pasal 3 Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal.

pelayanan, dan meringankan atau menghilangkan biaya pengurusan perizinan dan nonperizinan.

Ruang lingkup PTSP di bidang penanaman modal mencakup pelayanan untuk semua jenis perizinan dan nonperizinan di bidang penanaman modal yang diperlukan untuk melakukan kegiatan penanaman modal. PTSP di bidang penanaman modal diselenggarakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Penyelenggaraan PTSP di bidang penanaman modal oleh pemerintah dilaksanakan oleh BKPM.

Dalam menyelenggarakan PTSP di bidang penanaman modal sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal: 61

a. Kepala BKPM mendapat Pendelegasian atau Pelimpahan Wewenang dari Menteri Teknis/ Kepala LPND yang memiliki kewenangan Perizinan dan Nonperizinan yang merupakan urusan Pemerintah di bidang Penanaman Modal; dan

b. Menteri Teknis/ Kepala LPND, Gubernur atau Bupati/ Walikota yang mengeluarkan Perizinan dan Non perizinan di bidang Penanaman Modal dapat menunjuk Penghubung dengan BKPM.

Urusan pemerintahan di bidang penanaman modal yang menjadi kewenangan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal terdiri atas:62

a. Penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya lintas provinsi;

61

Pasal 7 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu diBidang Penanaman Modal.

62

Pasal 7 ayat (2) huruf a Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu diBidang Penanaman Modal.

b. Urusan pemerintahan di bidang penanaman modal yang meliputi:

1. Penanaman modal terkait dengan sumber daya alam yang tidak terbarukan dengan tingkat resiko kerusakan lingkungan yang tinggi;

2. Penanaman modal pada bidang industri yang merupakan prioritas tinggi pada skala nasional;

3. Penanaman modal yang terkait pada fungsi pemersatu dan penghubung antar wilayah atau ruang lingkupnya lintas provinsi;

4. Penanaman modal yang terkait pada pelaksanaan strategi pertahanan dan keamanan nasional;

5. Penanaman modal asing dan penanam modal yang menggunakan modal asing, yang berasal dari pemerintah negara lain, yang didasarkan perjanjian yang dibuat oleh Pemerintah dan pemerintah negara lain; dan

6. Bidang penanaman modal lain yang menjadi urusan pemerintah menurut undang-undang.

Kewenangan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini diperkuat lagi dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, meliputi koordinasi:63

a. antar instansi pemerintah;

b. antar instansi pemerintah dengan Bank Indonesia;

c. antar instansi pemerintah dengan pemerintah daerah; dan d. koordinasi antar pemerintah daerah.

Tugas dan fungsi BKPM ditentukan dalam Pasal 28 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Tugas dan fungsi BKPM adalah:

a. melaksanakan tugas dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang penanaman modal;

b. mengkaji dan mengusulkan kebijakan pelayanan penanaman modal;

c. menetapkan norma, standar dan prosedur pelaksanaan kegiatan dan pelayanan penanaman modal;

d. mengembangkan peluang dan potensi penanaman modal di daerah dan memberdayakan badan usaha;

e. menyusun peta penanaman modal Indonesia; f. mempromosikan penanaman modal;

g. mengembangkan sektor usaha penanaman modal melalui pembinaan penanaman modal, antara lain meningkatkan kemitraan, meningkatkan daya saing, menciptakan persaingan usaha yang sehat, dan menyebarkan

63

Pasal 27 sampai dengan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.

informasi yang seluas-luasnya dalam lingkup penyelenggaraan penanaman modal;

h. membantu penyelesaian berbagai hambatan dan konsultasi permasalahan yang dihadapi penanam modal dalam menjalankan kegiatan penanaman modal;

i. mengoordinasi penanam modal dalam negeri yang menjalankan kegiatan penanaman modalnya di luar wilayah Indonesia;

j. mengoordinasi dan melaksanakan pelayanan terpadu; dan

k. melaksanakan pelayanan penanaman modal berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penyelenggaraan PTSP di bidang penanaman modal oleh pemerintah daerah dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/ kota. Penyelenggaraan PTSP di bidang penanaman modal oleh pemerintah provinsi dilaksanakan oleh PDPPM, sedangkan Penyelenggaraan PTSP di bidang penanaman modal oleh pemerintah kabupaten/ kota dilaksanakan oleh PDKPM. Dalam menyelenggarakan PTSP di bidang penanaman modal sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal, Gubernur memberikan pendelegasian wewenang pemberian perizinan dan nonperizinan di bidang penanaman modal yang menjadi urusan pemerintah provinsi kepada kepala PDPPM. Urusan pemerintah provinsi sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal, meliputi:64

64 Pasal 12 ayat (3) Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal.

a. Urusan pemerintah provinsi di bidang penanaman modal yang ruang lingkupnya lintas kabupaten/ kota berdasarkan peraturan perundang-undangan mengenai pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah dan pemerintah daerah provinsi; dan

b. Urusan pemerintah di bidang Penanaman Modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal yang diberikan Pelimpahan Wewenang kepada Gubernur.

Penyelenggaraan PTSP di bidang Penanaman Modal oleh pemerintah kabupaten/ kota dilaksanakan oleh PDKPM. Dalam menyelenggarakan PTSP di bidang Penanaman Modal sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal, Bupati/ Walikota memberikan pendelegasian wewenang pemberian perizinan dan non perizinan di bidang penanaman modal yang menjadi urusan pemerintah kabupaten/kota kepada kepala PDKPM. Urusan pemerintah kabupaten/ kota diatur dalam Pasal 12 ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal.

Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal dapat memberikan pelimpahan tugas kepada pemerintah kabupaten/ kota. Jenis perizinan penanaman modal, antara lain:65

a. Pendaftaran Penanaman Modal; b. Izin Prinsip Penanaman Modal;

c. Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal; d. Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal;

e. Izin Usaha, Izin Usaha Perluasan, Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal (merger) dan Izin Usaha Perubahan;

65

Pasal 11 ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal.

f. Izin Lokasi;

g. Persetujuan Pemanfaatan Ruang; h. Izin Mendirikan Bangunan (IMB); i. Izin Gangguan (UUG/ HO);

j. Surat Izin Pengambilan Air Bawah Tanah; k. Tanda Daftar Perusahaan (TDP);

l. Hak atas tanah;

m. Izin-izin lainnya dalam rangka pelaksanaan penanaman modal.

Permohonan pendaftaran penanaman modal adalah permohonan yang disampaikan oleh penanam modal untuk mendapatkan persetujuan awal pemerintah sebagai dasar memulai rencana penanaman modal. Permohonan pendaftaran disampaikan ke PTSP BKPM, PTSP PDPPM, PTSD PDKPM sesuai kewenangannya.

Permohonan pendaftaran dapat diajukan oleh:

a. pemerintah negara lain dan/ atau warga negara asing dan/ atau badan usaha asing

b. pemerintah negara lain dan/ atau warga negara asing dan/ atau badan usaha asing bersama dengan warga negara Indonesia dan/ atau badan hukum Indonesia;

c. perseorangan warga negara Indonesia dan/ atau badan usaha Indonesia lainnya.

Permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada Pasal 33 ayat (1) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal, dengan menggunakan formulir pendaftaran, sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, dalam

bentuk hardcopy atau softcopy berdasarkan investor module BKPM, dengan dilengkapi persyaratan bukti diri pemohon:66

a. surat dari instansi pemerintah negara yang bersangkutan atau surat yang dikeluarkan oleh kedutaan besar/kantor perwakilan negara yang bersangkutan di Indonesia untuk pemohon adalah negara lain;

b. rekaman paspor yang masih berlaku untuk pemohon adalah perseorangan asing;

c. rekaman Anggaran Dasar (Article of Association) dalam bahasa Inggris atau terjemahannya dalam bahasa Indonesia dari penterjemah tersumpah untuk pemohon adalah untuk badan usaha asing;

d. rekaman KTP yang masih berlaku untuk pemohon adalah perseorangan Indonesia;

e. rekaman Akta Pendirian perusahaan dan perubahannya beserta pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM untuk pemohon adalah badan usaha Indonesia;

f. rekaman NPWP baik untuk pemohon adalah perseorangan Indonesia maupun badan usaha Indonesia;

g. permohonan pendaftaran ditandatangani di atas materai cukup oleh seluruh pemohon (bila perusahaan belum berbadan hukum) atau oleh direksi perusahaan (bila perusahaan sudah berbadan hukum);

66

Pasal 33 ayat (1) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal

h. Surat kuasa asli bermaterai cukup untuk pengurusan permohonan yang tidak dilakukan secara langsung oleh pemohon/direksi perusahaan;

i. ketentuan tentang surat kuasa sebagaimana dimaksud pada butir h diatur dalam Pasal 63 peraturan ini.

Pendaftaran diterbitkan dalam 1 (satu) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar.

Izin prinsip penanaman modal, yang selanjutnya disebut izin prinsip adalah izin untuk memulai kegiatan penanaman modal di bidang usaha yang dapat memperoleh fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya memerlukan fasilitas fiskal.

Permohonan izin prinsip bagi perusahaan penanaman modal asing yang bidang usahanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) dan ayat (3) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal disampaikan ke PTSP BKPM dengan menggunakan formulir izin prinsip, sebagaimana tercantum dalam Lampiran III dalam bentuk hardcopy atau softcopy berdasarkan investor

module BKPM. 67

Permohonan izin prinsip sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 34 ayat (1) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009

67

Pasal 33 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal.

tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal dilengkapi persyaratan sebagai berikut:68

a. bukti diri pemohon

1) Pendaftaran bagi badan usaha yang telah melakukan pendaftaran; 2) Rekaman akta pendirian perusahaan dan perubahannya;

3) Rekaman pengesahan anggaran dasar perusahaan dari Mentri Hukum dan HAM;

4) Rekamanan nomor pokok wajib pajak (NPWP). b. keterangan rencana kegiatan, berupa:

1) uraian proses produksi yang mencantumkan jenis bahan baku dan dilengkapi dengan diagram ulir (flow chart);

2) uraian kegiatan usaha sektor jasa.

c. rekomendasi dari instansi pemerintah terkait, bila dipersyaratkan;

d. permohonan izin prinsip disampaikan oleh direksi perusahaan ke PTSP BKPM;

e. permohonan yang secara tidak langsung disampaikan oleh direksi perusahaan PTSP BKPM harus dilampiri surat kuasa asli;

f. ketentuan tentang surat kuasa sebagaiman dimaksud pada butir e diatur dalam Pasal 63 peraturan ini.

Atas permohonan sebagaimana dimaksud pada Pasal 34 ayat (1) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal, diterbitkan izin prinsip dengan tembusan kepada:69

a. Menteri Dalam Negeri; b. Menteri Keuangan;

c. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia u.p. Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum;

d. Menteri yang membina bidang usaha penanaman modal yang bersangkutan;

e. Menteri Negara Lingkungan Hidup [bagi perusahaan yang diwajibkan AMDAL atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)/Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)];

68Pasal 34 ayat (1) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal.

69

f. Menteri Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil dan Menengah (bagi bidang usaha yang diwajibkan bermitra);

g. Gubernur Bank Indonesia;

h. Kepala Badan Pertanahan Nasional (bagi penanaman modal yang akan memiliki lahan);

i. Duta Besar Republik Indonesia di negara asal penanam modal asing; j. Direktur Jenderal Pajak;

k. Direktur Jenderal Bea dan Cukai;

l. Direktur Jenderal Teknis yang bersangkutan; m. Gubernur yang bersangkutan;

n. Bupati/ walikota yang bersangkutan; o. Kepala PDPPM;

p. Kepala PDKPM.

Izin prinsip diterbitkan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya permohonan dengan lengkap dan benar. Permohonan izin prinsip untuk penanaman modal dalam negeri diajukan oleh:70

a. Perseorangan warga negara Indonesia;

b. Perseroan Terbatas (PT) dan/ atau perusahaan nasional yang seluruh sahamnya dimiliki oleh warga negara Indonesia;

c. Commanditaire Vennootschap (CV), atau Firma (Fa), atau usaha perseorangan;

d. Koperasi;

e. Yayasan yang didirikan oleh warga negara Indonesia/ perusahaan nasional yang seluruh sahamnya dimiliki oleh warga negara Indonesia; atau

f. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau Badan Usaha Milik Daerah.

Permohonan izin prinsip sebagaimana dimaksud pada Pasal 35 ayat (1) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal disampaikan oleh pemohon ke Perizinan Terpadu Satu Pintu Badan Koordinasi Penanaman Modal

70 Pasal 35 ayat (1) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal

(PTSP BKPM), Perizinan Terpadu Satu Pintu Penanaman Modal Perangkat Daerah Provinsi bidang Penanaman Modal (PTSP PDPPM), Perizinan Terpadu Satu Pintu Penanaman Modal Perangkat Daerah Kabupaten/Kota bidang Penanaman Modal (PTSP PDKPM) sesuai kewenangannya dengan menggunakan formulir izin prinsip,

sebagaimana tercantum dalam Lampiran III dalam bentuk hardcopy atau softcopy

berdasarkan investor module BKPM. Izin prinsip diterbitkan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya permohonan dengan lengkap dan benar. Permohonan izin prinsip untuk penanaman modal dalam negeri diajukan oleh:71

a. perseorangan warga negara Indonesia;

b. Perseroan Terbatas (PT) dan/atau perusahaan nasional yang seluruh sahamnya dimiliki oleh warga negara Indonesia;

c. Commanditaire Vennootschap (CV), atau Firma (Fa), atau usaha perseorangan;

d. Koperasi;

e. Yayasan yang didirikan oleh warga negara Indonesia/perusahaan nasional yang seluruh sahamnya dimiliki oleh warga negara Indonesia; atau

f. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau Badan Usaha Milik Daerah.

71 Pasal 35 ayat (1) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal.

C. Pembelian Saham Secara Akuisisi Pada Perusahaan Bukan PMA Oleh

Dokumen terkait