PENELAAHAN PUSTAKA
A. Metode Antropometri
Antropometri merupakan metode paling umum yang digunakan untuk
menilai status gizi atau kesehatan seseorang (Preedy, 2012). Ukuran tubuh secara
khas dapat mencerminkan pejanan kumulatif terhadap pola makan seorang
individu. Ukuran ini dapat ditafsirkan dalam kaitannya dengan standar
internasional bagi pertumbuhan pada anak-anak dan bagi ukuran tubuh serta risiko
morbiditas dan mortalitas yang menyertai orang dewasa. Pengukuran antropometri
yang paling sering digunakan adalah tinggi badan, berat badan, massa tubuh,
lingkar/ sirkumferensia (misalnya lingkar pinggang/ perut, panggul, kepala, dada,
lengan), rasio lingkar (misalnya rasio pinggang-panggul atau WHR/ waist-hip
ratio), dan skinfold thickness (tebal lipatan kulit) (Gibney, Elia, Ljungqvist, and
Dowsett, 2005)
Skinfold thickness adalah suatu pengukuran untuk menilai persentase
lemak tubuh. Metode ini merupakan pengukuran yang biasa dilakukan untuk
menilai persentase lemak dalam tubuh karena metode ini sederhana untuk
dilakukan dan membutuhkan biaya yang rendah (Peterson, et al., 2003). Body
Mass Index (BMI) pada masa remaja dapat digunakan untuk memprediksi BMI
pada saat dewasa tetapi BMI tidak dapat digunakan untuk membedakan antara
massa tubuh tanpa dan dengan lemak. Skinfold thickness dapat memprediksi
dewasa. Kelebihan lemak dapat dinilai menggunakan skinfold thickness yang
dikaitkan dengan peningkatan kolesterol total dan penurunan HDL yang
menandakan peningkatan risiko terjadinya hipertensi, sindrom metabolik, dan
gangguan kardiovaskuler (Jaworski, Kułaga, Płudowski, Grajda, Gurzkowska, Napieralska, et al., 2012).
Pengukuran skinfold thickness dapat dilakukan dengan mengangkat
lipatan kulit dan lemak subkutan agar terpisah dari otot dan tulang dengan
menggunakan skinfold caliper. Umumnya, pengukuran skinfold thickness
memiliki rentang dari 5 mm-40 mm atau juga lebih (Sicar, 2008). Pengukuran
skinfold thickness dilakukan tiga kali dan dirata-rata untuk digunakan dalam
analisis. Pengukuran skinfold thickness distandarisasi untuk meyakinkan
reliabilitas dan pembacaan pada skinfold caliper dilakukan 4 detik setelah
mengaplikasikan skinfold caliper pada bagian tubuh (Bischof, Knechtle, Rust,
Knechtle, and Rosemann, 2012).
Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran tebal lemak subkutan ini
dapat dilakukan pada beberapa bagian tubuh yaitu biceps, triceps, subscapular,
midaxillary, chest, thigh, abdominal, suprailliac (Preedy, 2012). Abdominal
skinfold thickness menggambarkan persebaran lemak pada daerah abdominal.
Distribusi lemak, terutama lemak di abdominal dianggap penting dalam
perkembangan gangguan resistensi insulin, sindrom metabolik dan jantung
koroner. Lebih dari 80% dari total lemak tubuh didistribusikan dalam jaringan
adiposa subkutan dan 10-20% dalam viseral jaringan adiposa pada orang dewasa
Dua pusat jaringan adiposa di perut yaitu jaringan adiposa intra-abdominal
dan jaringan subkutan telah diselidiki dalam kaitannya dengan gangguan
metabolik. Pengukuran abdominal skinfold thickness hanya dapat memperkirakan
lemak pada jaringan subkutan dan tidak dapat digunakan untuk mengukur lemak
pada bagian yang lebih dalam, seperti lemak pada jaringan viseral. Orang
India-Asia menunjukkan bahwa peningkatan jaringan adiposa intra-abdominal, jaringan
subkutan, dan deposisi lemak pada liver, otot, dan lain-lain memiliki respon yang
tinggi terhadap terjadinya resistensi insulin, gangguna kardiovaskuler, dan
gangguan dysmetabolic. Respon tersebut penting dalam mengidentifikasi jaringan
adiposa intra-abdominal dan jaringan adiposa subkutan untuk mendeteksi
terjadinya risiko kardiovaskuler, menilai prognosis dan mengidentifikasi terapi
(Bhardwaj, et al., 2011). Pengukuran abdominal skinfold thickness dilakukan pada
bagian abdominal yang terletak 3 cm di sebelah kiri dan 1 cm di bagian bawah
pusar seperti pada gambar 1.
Gambar 1. Pengukuran Abdominal Skinfold Thickness (Mackenzie, 2002)
Triceps skinfold thickness merupakan suatu indikator penyimpanan lemak
subkutan dan total lemak tubuh yang menyediakan informasi mengenai pola
dengan lengan yang rileks di samping badan. Triceps skinfold thickness diukur
pada bagian titik tengah lengan atas, di atas pusat dari otot trisep pada bagian
belakang lengan tangan seperti pada gambar 2 di bawah ini (Duggan, Watkins,
and Walker, 2008). Rentang normal dari pengukuran triceps skinfold thickness
pada pria yaitu 7,3 mm-12,5 mm dan pada wanita yaitu 9,9 mm-16,5 mm (Timby,
2009).
Gambar 2. Pengukuran Triceps Skinfold Thickness (Gibson, 2005)
Suprailiac skinfold thickness merupakan suatu pengukuran untuk
mengetahui persebaran lemak pada daerah di atas iliac crest pada garis
mid-axillary yang diukur dengan posisi miring 45º seperti pada gambar 3. Nilai
suprailiac skinfold thickness dikatakan tinggi jika >17,9 mm pada pria dan >19,8
mm pada wanita (Junior, Scelza, Boaventura, Custodio, Moreira, and Oliveira,
2010).
Suatu pendekatan yang berbeda untuk mengambil pengukuran skinfold
thickness dan mengubah hasil skinfold thickness ke dalam body fat percentage.
Hasil yang berbeda mungkin terlihat dengan metode yang berbeda, dan sebagai
hasilnya, skinfold thickness merupakan monitoring perubahan komposisi tubuh
yang paling tepat pada suatu individu dari waktu ke waktu dimana pengukuran
dapat langsung dikonversikan dalam bentuk body fat percentage. Jika digunakan
untuk survei suatu populasi, penting untuk memastikan konsistensi metodologi
yang digunakan dalam memperkirakan body fat percentage (National Obesity
Obsevatory, 2009).
Body fat percentage merupakan salah satu pengukuran yang paling sering
diperkirakan dalam pengukuran antropometri untuk mengetahui perkiraan lemak
di tubuh. Skinfold thickness biasanya digunakan dalam pengukuran klinis dalam
penilaian body fat percentage karena metode ini sederhana untuk dilakukan dan
biayanya murah. Walaupun skinfold thickness bukan merupakan bentuk yang
paling akurat dalam menilai body fat percentage tetapi skinfold thickness
merupakan indikator yang lebih baik dalam menilai jumlah lemak pada tubuh
daripada Body Mass Index (BMI) (Junior, et al., 2010). Dua persamaan yang
paling sering digunakan dalam perhitungan body fat percentage dikembangkan
oleh Durnin dan Womersley, serta Jackson dan Pollock (Peterson, et al., 2003).
Rumus perhitungan body fat percentage:
Body fat percentage pada pria= 0,39287 (jumlah dari 3 skinfold
(abdominal, triceps, dan suprailiac skinfold))- 0,00105 (jumlah dari 3 skinfold)2+ 0,15772(usia)- 5,18845
Body fat percentage pada wanita= 0,41563 (jumlah dari 3 skinfold
(abdominal, triceps, dan suprailiac skinfold))-
0,00112 (jumlah dari 3 skinfold)2+
0,03661(usia)+ 4,03653
(Schneider, Dennehy, and Carter, 2003)
Menurut American College of Sport Medicine, pengukuran skinfold
thickness pada perhitungan body fat percentage memiliki keakuratan hingga 98%,
khususnya jika pengukuran skinfold thickness dilakukan oleh orang yang terlatih
dan terampil (Rexhepi, and Brestovci, 2010). Berikut ini adalah klasifikasi nilai
normal body fat percentage pada pria dan wanita dengan usia di bawah 30 tahun:
Tabel I. Klasifikasi Nilai Normal Body Fat Percentage Pada Pria dan Wanita
(Baumagartner, Jackson, Mahan, and Rowe, 2007)
Pria Wanita
Klasifikasi Usia <30 tahun Usia <30 tahun
Tinggi >28% >32% Cukup tinggi 22%-28% 26%-32% Optimal 11%-21% 15%-25% Rendah 6%-10% 12%-14% Sangat rendah ≤5% ≤11%
B. Kolesterol Total dan HDL
Kolesterol merupakan substansi lemak yang ada pada semua sel di dalam
tubuh. Suatu partikel yang memiliki fungsi dalam pengangkutan kolesterol di
dalam darah disebut lipoprotein. Tiga dari lipoprotein yang ada yaitu low density
lipoprotein (LDL), high density lipoprotein (HDL), dan very low density
lipoprotein (VLDL). Ketiga lipoprotein tersebut merupakan penjumlahan dari
kolesterol total dengan klasifikasi kadar kolesterol total yang dapat dilihat pada
tabel II. Tubuh membutuhkan kolesterol agar tubuh dapat bekerja dengan baik.
plak, dapat berkembang semakin besar dari waktu ke waktu sehingga dapat
menyebabkan aterosklerosis (Birtcher and Ballantyne, 2004).
Tabel II. Klasifikasi Kolesterol Total (American Heart Association, 2012)
Level Kolesterol Total Kategori
<200 mg/dL Diinginkan
200-239 mg/dL Batas atas
>240 mg/dL Tinggi
Partikel HDL sering disebut dengan kolesterol baik yang dapat
meningkatkan kesehatan pembuluh darah dengan mengeluarkan kolesterol dari
jaringan dan dikirim ke hati. Di dalam hati, kolesterol tersebut akan dipecah
menjadi asam empedu dan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui tinja sehingga
tidak terjadi kelebihan kolesterol di dalam tubuh (Uranga and Keller, 2010).
Menurut studi populasi yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa kadar HDL
merupakan suatu prediktor yang kuat untuk memprediksi terjadinya gangguan
pada kardiovaskuler. Pada Framingham Heart Study, kadar HDL lebih berpotensi
kuat sebagai faktor risiko untuk penyakit jantung koroner daripada LDL (Barter,
Gotto, Phil, Larosa, Maroni, Szarek, et al., 2007). Rendahnya kadar HDL
berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner, sedangkan
tingginya kadar HDL berguna untuk melindungi jantung dari risiko penyakit
jantung koroner (Maphephu, and Kasvos, 2011). Berikut klasifikasi HDL
kolesterol:
Tabel III. Klasifikasi HDL Kolesterol (American Heart Association, 2012)
Level HDL Kolesterol Kategori
<40 mg/dL (untuk pria)
<50 mg/dL (untuk wanita) Rendah
Rasio kolesterol total/HDL merupakan indeks yang sederhana dan
berguna untuk memprediksi penyakit jantung iskemik (Lemieux, Benoit,
Couillard, Pascot, Cantin, Bergeron, et al., 2001). Rasio kolesterol total/HDL ini
diperoleh dengan membagi kadar kolesterol total dengan kadar HDL dengan
klasifikasi rasio kolesterol total/HDL yang dapat dilihat pada tabel IV. Walaupun
tidak terdapat kesepakatan secara universal, tetapi banyak ahli percaya bahwa
rasio kolesterol total/HDL dapat memprediksi penyakit jantung lebih tepat
dibandingkan dengan kolesterol saja atau HDL saja. Konsep rasio kolesterol
total/HDL dengan lebih memberikan makna karena pada rasio tersebut digunakan
dua jenis kolesterol dalam darah berupa kolesterol total dan HDL yang dapat
digunakan sebagai suatu prediktor kuat dalam menentukan risiko terjadinya
penyakit kardiovaskuler (Marquette General Health System, 2010).
Tabel IV. Klasifikasi Rasio Kolesterol Total/HDL (Marquette General Health
System, 2010)
Kategori Pria Wanita
Paling rendah <3,8 <2,9 Rendah 3,9-4,7 3,0-3,6 Rata-rata 4,8-5,9 3,7-4,6 Sedang 6,0-6,9 4,6-5,6 Tinggi ≥7,0 ≥5,7 C. OBESITAS
Obesitas sering didefinisikan sebagai kondisi abnormal atau akumulasi
lemak berlebih pada jaringan adiposa untuk mengetahui terjadi gangguan
kesehatan pada tubuh seseorang. Obesitas seseorang tidak hanya berdasarkan
sepanjang tubuh. Distribusi lemak akan mempengaruhi risiko pertambahan berat
badan sehingga dapat menimbulkan obesitas dan bermacam-macam gangguan
kesehatan (WHO, 2004).
Obesitas terjadi ketika seseorang mengkonsumsi makanan yang memiliki
kalori yang lebih banyak daripada kalori yang ia bakar. Tubuh membutuhkan
kalori untuk bertahan hidup dan aktif secara fisik tetapi untuk menjaga berat
badan, seseorang perlu menyeimbangkan asupan energi yang dimakan dengan
energi yang digunakan karena keseimbangan energi ini akan berujung pada
penambahan berat badan, bahkan obesitas. Ketidakseimbangan antara kalori yang
masuk dan kalori yang keluar akan berbeda pada masing-masing orang. Faktor
genetik, lingkungan, dan faktor sosial juga berpengaruh terhadap terjadinya
obesitas (National Institute of Health, 2008).
Secara umum, obesitas lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan
dengan pria. Sedangkan pada pria, prevalensi terjadinya overweight lebih tinggi.
Pada wanita, ketidakseimbangan telah diidentifikasi sebagai prediktor kenaikan
berat badan. Pada pria, faktor utama terkait penambahan berat badan merupakan
fase transisi dari gaya hidup selama remaja (latihan fisik, olah raga, dan lain-lain)
ke gaya hidup yang lebih konstan (Mataix, Frıas, Victoria, Jurado, Aranda, and
Llopis, 2005).
D. LANDASAN TEORI
Metode antropometri dapat digunakan untuk mengetahui status gizi dan
distribusi lemak tubuh (Preedy, 2012). Skinfold thickness merupakan salah satu
alternatif dari pengukuran antropometri yang digunakan untuk mengetahui
persebaran lemak pada suatu bagian tubuh. Hasil pengukuran skinfold thickness
biasanya diubah dalam bentuk body fat percentage untuk memperkirakan
distribusi lemak dalam tubuh.
Body fat percentage merupakan salah satu pengukuran yang paling sering
diperkirakan dalam pengukuran antropometri. Kelebihan lemak yang dinilai
menggunakan body fat percentage berkaitan dengan peningkatan kolesterol total
dan penurunan HDL yang menandakan peningkatan risiko terjadinya hipertensi,
sindrom metabolik, dan gangguan kardiovaskuler (Jaworski, et al., 2012).
Peningkatan kolesterol total dan penurunan HDL akan mempengaruhi nilai rasio
kolesterol total/HDL sehingga akan terjadi peningkatan rasio tersebut.
Peningkatan rasio kolesterol total/HDL dapat menyebabkan peningkatan risiko
terjadinya gangguan kardiovaskuler (Marquette General Health System, 2010).
Pada penelitian Ghorbanian (2012) telah menunjukkan adanya korelasi
antara body fat percentage terhadap rasio kolesterol total/HDL dengan nilai
r=0,202 pada responden laki-laki berusia 23-59 tahun dan pada penelitian Chang,
et al. (2000) didapatkan r=0,217 pada responden perempuan berusia 21-47 tahun.
Gambaran tentang profil lipid seseorang dapat ditentukan dari pengukuran
antropometri berupa body fat percentage dengan melihat korelasi antara dua
variabel tersebut sehingga dapat dijadikan sebagai prediktor terjadinya gangguan
E. HIPOTESIS
Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat korelasi positif yang
bermakna antara body fat percentage terhadap rasio kadar kolesterol total/HDL
pada mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang didukung oleh hasil penelitian Ghorbanian (2012) telah
menunjukkan adanya korelasi antara body fat percentage terhadap rasio kolesterol
total/HDL dengan nilai r=0,202 pada responden laki-laki berusia 23-59 tahun dan
pada penelitian Chang, et al. (2000) didapatkan r=0,217 pada responden
21