• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEOR

POLA: PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF ( PPR)

F. Penelitian Sebelumnya

Kegiatan pembelajaran sangat penting bagi perkembangan kognitif anak usia sekolah. Dalam kegiatan pembelajaran inilah anak 6 – 11 tahun, usia sekolah dasar mengalami perkembangan kognitif. Menurut Peaget ( Syamsu Yusuf, 2008 : 4-6 )

berpendapat bahwa perkembangan manusia dapat digambarkan dalam konsep fungsi dan stuktur. Fungsi merupakan mekanisme biologis bawaan yang sama bagi setiap orang atau kecenderungan-kecenderungan biologis untuk mengorganisasi pengetahuan ke dalam struktur kognisi, dan untuk beradaptasi terhadap berbagai tantangan lingkungan. Tujuan dari fungsi-fungsi tersebut adalah menyusun struktur kognitif internal. Sementara struktur merupakan interelasi ( saling berkaitan ) system pengetahuan yang mendasari dan membimbing tingkah laku intelegen. Struktur kognitif diistilahkan denan konsep skema, yaitu seperangkat keterampilan, pola-pola kegiatan yang fleksibel yang anak dapat memahami lingkungan.

Skema merupakan aspek yang fundamental dalam teori Piaget, namun sangat sulit dipahami secara koprehensif. Piaget meyakini bahwa intelegensi bukan sesuatu yang dimiliki anak, tetapi yang dilakukan anak. Anak memahami lingkungan hanya melalui perbuatan ( melakukan sesuatu terhadap lingkungan ).intelegensi lebih merupakan proses daripada tempat penyimpanan informasi yang statis. Dalam hal ini Piaget memberikan contoh tentang bagaimana berkembangnya pengetahuan anak tentang bola.Pengetahuan itu diperoleh melalui kegiatan- kegiatannya dalam memperlakukan bola tersebut, seperti memegang, menendang, dan melempar.Kegiatan-kegiatan ini merupakan kegiatan skema. Dengan demikian, skema itu terdiri atas dua elemen, yaitu obyek yang ada di lingkungan( seperti bola), dan reaksi anak terhadap obyek.

Menurut Wasty Soemanto ( 1984 ), skema ini berhubungan dengan ( a ) refleks : bernapas, makan dan minum; dan ( b ) skema mental : skema klasifikasi ( pola

tingkah laku yang dapat diamati seperti sikap ) dan operasi ( pola tingkah laku yang dapat diamati ).

Dalam membahas fungsi-fungsi, Piaget mengelompokkannya seperti berikut : 1. Organisasi, yang merujuk kepada fakta bahwa semua struktur kognitif

berinterelasi, dan berbagai pengetahuan baru harus diselaraskan ke dalam system yang ada.

2. Adaptasi, yang merujuk kepadakecenderungan organism untuk menyelaraskan dengan lingkungan. Adaptasi ini terdiri atas dua subproses : (1) Asimilas, yaitu kecenderungan untuk memahami pengalaman baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada, seperti: seorang anak kecil memanggil semua orang dewasa pria dengan sebutan “Daddy” ( bapak ); (2) Akomodasi, yaitu perubahan struktur kognitif karena pengalaman baru baru. Ini terjadi apabila informasi yang baru itu sangat berbeda atau terlalu kompleks yang kemudian diintegrasikan ke dalam struktur yang ada. Dapat juga diartikan sebagai “mengubah struktur kognitif yang ada untuk menyesuaikan atau menyelaraskan dengan pengalaman baru”. Seperti pada awal perkembangan, anak cenderung untuk mengisap setiap obyek yang berada di dekatnya, namun pada akhirnya dia belajar bahwa tidak semua obyek dapat diisap.

Keadaan saling mempengaruhi antara asimiliasi dan akomodasi melahirkan konsep konstruktivisme, yaitu bahwa anak secara aktif menciptakan (mengkreasikan) pengetahuan, dalam arti anak tidak hanya menerima pengetahuan

secara pasif dari lingkungannya. Menurut Piaget, perkembangan kognitif (inteligensi ) itu meliputi empat tahap atau periode, yaitu :

TABEL 1. 1

Tahapan Perkembangan Kognitif Menurut Piaget

PERIODE USIA DESKRIPSI PERKEMBANGAN

1. Sensorimotor 1-2 tahun

Pengetahuan anak diperoleh melalui interaksi fisik, baik dengan orang atau obyek (benda). Skema-skemanya baru terbentuk reflex-

refleksnsederhana, seperti: menggenggam atau mengisap

2. Praoperasional 2-6 tahun

Anak mulai menggunakan symbol- simbol untuk merepresentasikan dunia (lingkungan) secara kognitif. Symbol-simbol itu seperti kata-kata dan bilangan yang dapat

menggantikan obyek, peristiwa dan kegitan (tingkah laku yang tampak)

3. Operasi Konkret 6-11 tahun

Anak sudah dapat membentuk operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat menambah,

ini memungkinkan untuk dapat memecahkan masalah secara logis.

4. Operasi Formal

11 tahun sampai dewasa

Periode ini merupakan operasi mental tingkat tinggi. Di sini anak (remaja) sudah dapat berhubungan dengan peerstiwa-peristiwa hipotesis atau abstrak dan memecahkan masalah melalui pengujian semua alternatif yang ada.

Pendapat Piaget yang tertuang di atas , selaras dengan teori Taksonomi Bloom yang mengemukakan segenap usaha pendidikan seyogyanya diarahkan untuk terjdinya perubahan siswa secara menyeluruh, dengan mencakup semua kawasan tingkah laku. Semua kawasan tingkah laku itu meliputi: ranah kognitf, adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak); ranah afektif, adalah ranah yang mencakup segala sesuatu yang terkaitan dengan emosi , misalnya perasaan, nilai penghargaan, semangat, minat, motivasi, dan sikap ; ranah psikomotorik, adalah ranah yang berkaitan dengan aspek- aspek keterampilan yang melibatkan fungsi system syaraf dan otot ( neuronmucular system ) dan fungsi psikis.

Pada teori Taksonomi Bloom ini, dalam setiap masing-masing ranahnya memiliki jenjang proses berfikir yang berbeda-beda, diantaranya:

1. Ranah Kognitif, terdiri dari enam jenjang proses berfikir yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, sintesi, dan evaluasi.

2. Ranah Afektif, terdiri dari lima kategori ranah yang diurutkan mulai dari perilaku yang sederhana sampai yang paling kompleks, diantaranya yaitu penerimaan, responsive, nilai yang dianut, organisasi, dan karakterisasi. 3. Ranah Psikomotorik, terdiri dari lima kategori yang diurutkan yaitu

kesiapan, meniru, membiasakan, adaptasi, dan menciptakan.

Teori Piaget dan teori Taksonomi Bloom, kedua memiliki kesamaan dalam pola berfikir yang dibutuhkan pada tahap perkembangan anak usia belajar, terutama di kelas rendah / kelas 3 usia 7-9 tahun. Kesamaan yang dimiliki dalam hal pola berfikir adalah pada setiap tahapan perkembangan anak dibutuhkan ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ketiga ranah tersebut diharapkan ada pada setiap perkembangan anak usia belajar.

PPR sebagai salah satu model / pendekatan yang dibutuhkan dalam perkembangan dan proses pembelajaran yang bertujuan supaya anak memiliki kecerdasan pikiran dan hati secara integral. Paradigm Pedagogi Reflektif ( PPR ) dalam proses belajar mengajarnya yaitu menyaturagakan pendidikan nilai dan pembentukan pribadi ke dalam kurikulum yang ada dan bukan menambah pelajaran/mata pelajaran baru. Tujuan utama dari PPR ini adalah menciptakan manusia-manusia muda yang sungguh unggul dan berkarakter secara manusiawi. Untuk menciptakan tujuan tersebut maka menggunakan 3 kompetensi yang mendukung proses pembelajaran anak yaitu meliputi aspek kognitif (competence), suara hati (conscience) dan bela rasa (compassion); atau yang biasa dikenal dengan istilah 3C. Competencemerupakan

kemampuan penguasaan kompetensi secara utuh atau kemampuan kognitif. Kemampuan kognitif dalam hal ini adalah kemampuan siswa untuk menyelesaikan soal yang diberikan pendidik dengan nilai yang baik. Consciencemerupakan kemampan afektif, kemampuan kepekaan dan ketajaman hati nurani.Ketajaman hati nurani ini dapat berupa kesadaran untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Compassionkemampuan membentuk pribadi manusia secara utuh melalui proses yang unggul, sehingga bakat dan kemampuan dalam berbagai aspek kehidupan dapat berkembang secara optimal.

Paradigma Pedagogi Reflektif ( PPR ) dengan Piaget dan Taksonomi Bloom, dari ketiganya memiliki keterkaitan dalam hal perkembangan dan proses belajar anak. Dimana pada setiap model yang dikembangkan dari ketiganya memliki kesamaan, diantaranya: dalam teori Piaget, perkembangan dan proses belajar anak, dipengaruhi oleh kognitif, tingkahl laku anak, daya kreasi anak, sedangkan menurut Taksonomi Bloom, perkembangan dan proses belajar anak dipengaruhi oleh kognitif, afektif, dan psikomotorik anak. Keterkaitannya dengan PPR yaitu dalam proses belajar anak sudah menyaturagakan ketiga hal tersebut yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik ke dalam 3C, Competence merupakan kemampuan penguasaan kompetensi secara utuh atau kemampuan kognitif, Conscience merupakan kemampan afektif, kemampuan kepekaan dan ketajaman hati nurani, dan Compaasion kemampuan membentuk pribadi manusia secara utuh yang dapat mengembangkan bakat dan kemampuan dalam berbagai aspek kehidupan secara optimal.

Dokumen terkait