• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan topik penelitian ini, baik yang berhubungan dengan metode penelitian yaitu pendekatan sistem dengan

scaling/MDS) maupun obyek yang dikaji (sumberdaya lahan kering). Menurut Fauzi dan Anna (2002) metode MDS dapat digunakan untuk melakukan analisis keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan dengan dengan cara menyusun sebanyak 47 atribut yang dipergunakan untuk menentukan nilai indeks keberlanjutan yang dikelompokkan ke dalam lima dimensi, yaitu: dimensi ekonomi, dimensi sosial, dimensi teknologi, dimensi etika, dan dimensi ekologi. Dari 47 atribut tersebut dihasilkan 15 atribut yang sensitif mempengaruhi nilai keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan di perairan pesisir DKI Jakarta. Soesilo (2003) dan Rohidin (2005) menggunakan metode MDS untuk menilai keberlanjutan pengelolaan suatu sumberdaya dengan mengelompokkan atribut ke dalam lima dimensi, yaitu: dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial-budaya, dimensi teknologi, dimensi hukum dan kelembagaan. Pengelompokkan atribut ke dalam dimensi tersebut didasarkan atas konsep dasar pembangunan berkelanjutan yang secara ekonomi harus layak, secara sosial berkeadilan, dan secara ekologi ramah lingkungan (Munasinghe, 1993).

Studi tentang pengintegrasian gender dalam usahatani lahan kering yang

dilakukan oleh Irianto et al., (2003) mengambarkan bahwa profil partisipasi,

akses, dan kontrol laki-laki lebih dominan dalam kegiatan usahatani dan manfaat yang strategis seperti lahan, pengelolaan air, pola tanam, penyuluhan pertanian serta pendidikan dan latihan. Bahkan dalam kegiatan kemasyarakatan perempuan tidak terlibat dalam pengambilan keputusan, sedangkan kegiatan domestik lebih didominasi perempuan. Akibatnya terjadi ketimpangan dan ketidakadilan gender

sektor publik, domestik, maupun kemasyarakatan. Bernard et al., (1998)

mengemukakan bahwa terjadi disparitas pembagian kerja pada usahatani ladang antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki menyumbang sebesar 458 jam (47,32%) sedangkan perempuan sebesar 510 jam (52,68%). Proses pengambilan keputusan umumnya dipengaruhi oleh dominasi keterlibatan laki-laki pada setiap tahap sistem usahatani yang dilakukan. Akses dan kontrol terhadap sumberdaya (pendidikan dan kesehatan) tidak lagi mencirikan disparitas berdasarkan jenis kelamin, kecuali akses dan kontrol terhadap sumberdaya lahan yang mengacu pada nilai anak laki-laki, dan akses terhadap sumber modal rendah.

Wasito (2004) melalui penelitiannya yang berjudul ”Aktivitas Harian Petani Berdimensi Gender dan Etnis” yang dilakukan dengan metode pemahaman pedesaan secara partisipatif (PPSP) dengan teknik pemetaan sumberdaya, diagram aktivitas rutin harian, dan analisis mata pencaharian pada beberapa desa di Sumatera Utara. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa profil kegiatan produktif perempuan pada etnis Tapanuli, Karo, dan Mandailing di daerah aslinya cukup besar, bahkan dapat dikatakan perempuan sebagai tulang punggung ekonomi keluarga. Hal ini berbeda dengan yang ada di Langkat atau Deli Serdang, dimana peran produktifnya lebih rendah. Heterogenitas etnis yang bermukim pada satu wilayah cenderung untuk merubah pola kehidupan sesuai dengan tempat tinggal saat ini. Secara rinci hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan metode dan topik penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

.

Tabel 2. Hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan topik penelitian

No. Nama

Peneliti

Waktu Penelitian

Judul Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan

1. Rohidin 2005 Desain sistem

budidaya sapi potong berkelanjutan untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Bengkulu Selatan Pendekatan sistem dengan menggunakan analisis non parametrik,

multidimensional scaling

aplikasi

Sistem budidaya sapi potong di Kabupaten

Bengkulu Selatan pada saat ini termasuk kategori cukup berkelanjutan. Dari lima dimensi yang dikaji yaitu; ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, hukum dan kelembagaan didapatkan bahwa dimensi ekonomi memiliki nilai keberlanjutan paling tinggi dan yang terendah

2. Wasito 2004 Aktivitas harian

petani berdimensi gender dan etnis

Aktivitas harian keluarga tani dikaji melalui pemahaman pedesaan secara partisipatif (PPSP) dengan teknik pemetaan sumberdaya, diagram aktivitas rutin harian, dan analisis mata pencaharian pada beberapa desa di Sumatera Utara.

Profil kegiatan produktif perempuan pada etnis Tapanuli, Karo, dan Mandailing di daerah aslinya cukup besar, bahkan dapat dikatakan perempuan sebagai tulang punggung ekonomi keluarga. Hal ini berbeda dengan yang ada di Langkat atau Deli Serdang, dimana peran produktifnya lebih rendah. Heterogenitas etnis yang bermukim pada satu wilayah cenderung untuk merubah pola kehidupan sesuai dengan tempat tinggal saat ini.

.

Tabel 2 (lanjutan)

No. Nama Peneliti Waktu

Penelitian

Judul Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan

3. Soesilo Setyo Budi

2003 Keberlanjutan

pembangunan pulau-pulau kecil: Studi kasus

Kelurahan Pulau Panggang dan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

Rapid appraisal multidimensional: dengan menggunakan aplikasi Rafish dan simulasi model ekonomi-ekologis.

Pembangunan pulau-pulau kecil di Kelurahan Pulau Panggang dan Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta termasuk kategori “cukup” berkelanjutan (dengan nilai indeks 50-75 dari skala indeks 0 – 100). Dari lima dimensi yang dikaji (ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, hukum dan kelembagaan) didapatkan bahwa dimensi ekonomi memiliki nilai

keberlanjutan paling rendah dan kondisi

ekonomi-ekologi di lokasi studi dalam kondisi tidak seimbang. Dalam melakukan analisis

disusun sebanyak 61 atribut. Untuk meningkatkan status keberlanjutan pembangunan pulau-pulau kecil di Kepulauan Seribu ada 22 atribut yang perlu diperhatikan diantaranya adalah sebagai berikut. 1). Tingkat pencemaran perairan, 2). Pembuangan limbah, 3). Penutupan terumbu karang, 4). Transfer keuntungan, 5). Kontribusi terhadap GDP, 6). Partisipasi keluarga dalam pemanfaatan sumberdaya, 7). Tingkat pendidikan, 8). Penggunaan alat bantu penangkapan, 9). Selektivitas alat tangkap ikan, 11). Jenis alat tangkap, 12). Adanya tokoh panutan, 13). Aturan adat dan agama/kepercayaan,

.

Tabel 2 (lanjutan)

No. Nama Peneliti Waktu

Penelitian

Judul Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan

4. Irianto Gatot, Surmaini Elza, Suhaeti Rita Bur, dan Hamdani Adang 2003 Pengintegrasian gender dalam usahatani lahan kering Untuk mendapatkan potret hubungan gender dalam sistem usahatani menggunakan M etode Harvard. Selanjutnya untuk menentukan skala prioritas pengarusutamaan gender menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP)

Profil partisipasi, akses, dan kontrol

menggambarkan bahwa laki-laki lebih dominan dalam kegiatan usahatani dan manfaat yang strategis seperti lahan, pengelolaan air, pola tanam, penyuluhan pertanian serta pendidikan dan latihan. Bahkan dalam kegiatan

kemasyarakatan perempuan tidak terlibat dalam pengambilan keputusan, sedangkan kegiatan domestik lebih didominasi perempuan. Akibatnya terjadi ketimpangan dan ketidakadilan gender sektor publik, domestik, maupun kemasyarakatan. Skala prioritas dalam pengarusutamaan gender adalah sebagai berikut : 1) laki-laki saja yang aktif pada lahan tanpa dam parit, 2) laki-laki saja yang aktif pada lahan dengan dam dan parit, 3) laki-laki dan perempuan aktif pada lahan tanpa dam parit, 4) laki-laki dan perempuan aktif pada lahan dengan dam dan parit, 5) perempuan saja yang aktif pada lahan tanpa dam parit, dan prioritas terakhir 6) perempuan saja yang aktif pada lahan dengan dam parit.

.

Tabel 2 (lanjutan)

No. Nama Peneliti Waktu

Penelitian

Judul Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan

5. Fauzi Syam dan

Anna Suzi 2002 Evaluasi status keberlanjutan sumberdaya perikanan: aplikasi pendekatan Rafish (Studi kasus perairan pesisir DKI Jakarta) “Rapid appraisal multidimensional: dengan menggunakan aplikasi Rafish

Ada 47 atribut yang disusun untuk mencerminkan keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan yang dikelompokkan ke dalam lima dimensi yaitu ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, dan etika. Dari 47 atribut, ada 15 atribut yang sensitif mempengaruhi status keberlanjutan masing- masing dimensi, yaitu: 1. Dimensi ekonomi:

marketable right, sector employment, dan other income; 2. Dimensi sosial: education level, environmental knowledge, fishing income; 3.

Dimensi teknologi: selective gear, on-board

handling Ice 1.5,dan gear; 4. Dimensi etika: just management, illegal fishing, dan alternative;

dan 5. Dimensi ekologi: range collapse, change

in level, dan size of fish caught. Dengan demikian, 15 atribut tersebut perlu diperhatikan agar status keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan pada masa yang akan datang dapat ditingkatkan.

.

Tabel 2 (lanjutan)

No. Nama Peneliti Waktu

Penelitian

Judul Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan

6. Matsur 2002 Potensi pemanfaatan lahan marjinal untuk pembangunan agribisnis berkelanjutan

Studi pustaka Ada tiga tipe lahan kering marjinal, yaitu: 1)

lahan kering bertanah masam yang sesuai dimanfaatkan untuk tanaman buah, perkebunan tropis, hutan produksi atau HTI; 2) lahan basah bertanah gambut dapat dimanfaatkan untuk persawahan melalui reklamasi dan pembangunan jaringan drainase yang efektif; dan 3) lahan beriklim kering yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai komoditas pertanian dan perkebunan dengan menggunakan teknik irigasi dan

konservasi air yang spesifik untuk daerah kering.

7. Prawiradisastra

Suryana

2001 Optimalisasi

pemanfaatan sumberdaya air, salah satu usaha konservasi di kawasan karst Gunung Sewu, Kabupaten Gunung Kidul.

Studi pustaka • Eksploitasi sumberdaya air di kawasan karst

Gunung Sewu tergolong mahal biayanya apalagi di musim kering.

• Menggali sumber-sumber alternatif, seperti air

hujan, air limpasan, maupun air telaga agar diperoleh sumber air yang handal dan murah eksploitasinya.

• Mengembangkan budidaya pertanian yang

tidak banyak menyerap air serta menanami lahan-lahan kosong dengan pohon yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.

.

Tabel 2 (lanjutan)

No. Nama Peneliti Waktu

Penelitian

Judul Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan

8. U. Kurnia 2001 Konservasi tanah

pada lahan kering berlereng dan terdegradasi untuk meningkatkan produktivitas tanah.

Studi pustaka • Kemunduran produktivitas (degradasi) lahan

akan terjadi dan berlanjut apabila pengelolaan lahan usahatani tanaman pangan pada lahan kering berlereng tidak disertai penerapan konservasi tanah.

• Akibat pengelolaan lahan usahatani yang tidak

tepat dan tanpa menerapkan teknik konservasi tanah, terjadi erosi dalam jumlah besar, hingga terjadi penurunan produktivitas tanah.

• Penanggulangan kerusakan tanah tidak hanya

cukup dengan mengendalikan laju erosi, melainkan harus bersama-sama dengan pemulihan (rehabilitasi) tanahnya.

9. Bachrein

Saeful, Ishaq I., dan Rufaidah V.W. 2000 Peranan wanita dalam pengembangan sistem usahatani lahan kering di Jawa Barat. Dalam mempelajari peranan wanita dilakukan tiga tahapan diagnosis, yaitu 1) aktivitas : siapa mengerjakan apa (berdasarkan waktu, tempat, dan jenis kegiatan), 2) akses dan kontrol dari anggota keluarga terhadap

•Perempuan berperanan penting dalam mendukung

keberhasilan pengembangan usahatani lahan kering berkelanjutan, dengan alasan: 57,1 persen perempuan bersama suami bertanggung jawab mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, perempuan mendominasi kegiatan reproduktif, dan perempuan mempunyai posisi yang setara dengan laki-laki (suami) dalam kegiatan usahatani, seperti pembenihan, penyiangan gulma, panen, dan pemasaran.

.

Tabel 2 (lanjutan)

No. Nama Peneliti Waktu

Penelitian

Judul Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan

sumberdaya, 3) akses dan kontrol terhadap manfaat (keuntungan). Aktivitas kerja laki-laki dan perempuan yang diamati ada tiga jenis, yaitu kerja produkti, kerja reproduktif, dan kerja sosial. Pengumpulan dan Analisis data menggunakan Rapid Appraisal of Agriculutural Knowledge System (RAAKS)

• Faktor-faktor yang mendorong peranan

Perempuan dalam pengembangan usahatani di lahan kering antara lain: 1) suami-istri secara bersama bertanggung jawab untuk mencari nafkah, 2) perempuan bekerja atas kemauan sendiri, 3) perempuan bekerja atas dorongan suami, dan 4) pekerjaan terbaik bagi perempuan dalam membantu suami adalah sebagai petani. Faktor-faktor yang menghambat peran

perempuan dalam pengembangan usahatani di lahan kering antara lain: 1) rendahnya pendidikan dan keterampilan, 2) rendahnya akeses terhadap teknologi, 3) upah yang diterima lebih rendah daripada laki-laki, 4) akses anak perempuan terhadap pendidikan rendah, dan 5) belum ada teknologi khusus untuk perempuan

10. Mulyono Daru 1999 Konservasi lahan

dengan sistem budidaya lorong (Alley cropping) di daerah transmigrasi Kuro Tidur, Bengkulu. Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan dan tiga ulangan dalam tiga musim tanam.

• Sisa tanaman merupakan sumber bahan

organik yang dapat berupa akar, batang, daun, maupun bagian lain dari tanaman pagar. Oleh karena itu budidaya lorong merupakan

teknologi murah dan mudah dijangkau oleh petani untuk diterapkan di daerah pertanian, khususnya di lahan kering.

.

Tabel 2 (lanjutan)

No. Nama Peneliti Waktu

Penelitian

Judul Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan

• Dengan pengolahan yang baik, pemberian

pupuk, kapur, dan bahan organik akan

meningkatkan produktivitas tanah. Pemberian kapur 2,5 ton per ha dan bahan organik 5,0 ton per ha akan meningkatkan hasil kedelai 28,9 persen, dan meningkatkan hasil jagung 2,5 ton per ha, dan bahan organik 10,0 ton per ha akan meningkatkan hasil kedelai 38,6 persen dan meningkatkan hasil jagung 54,9 persen.

Flemengia congesta merupakan tanaman pagar yang baik sebagai sumber bahan organik 11. Bernard B. D,

Ekowati Chasana, dan Sofyan Bachmid

1998 Perspektif gender pada

sistem usahatani ladang suatu studi di Desa Kabiarat Tanibar Selatan, Maluku Tenggara Penelitian dilaksanakan pada MT 1997/1998 terhadap kelompok tani kooperator kegiatan adaptif teknologi tanaman sela pada usahatani jambu mente. Analisis gender ditelususri dari : a) deskripsi profil,

• Terjadi disparitas pembagian kerja pada

usahatani ladang antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki menyumbang sebesar 458 jam (47,32%) sedangkan perempuan sebesar 510 jam (52,68%).

• Proses pengambilan keputusan umumnya

dipengaruhi oleh dominasi keterlibatan pada setiap tahap sistem usahatani yang dilakukan.

• Akases dan kontrol terhadap sumberdaya

.

Tabel 2 (lanjutan)

No. Nama Peneliti Waktu

Penelitian

Judul Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan

pola pembagian kerja, dan curahan tenaga kerja, b) deskripsi proses dan pola pengambilan keputusan keluarga, c) deskripsi akses dan kontrol petani dan anggota keluarga terhadap sumberdaya lahan,

keterampilan/pendidikan, kesehatan dan konsumsi, d) deskripsi persepsi masyarakat terhadap keterlibatan petani dan anggota keluarga, serta e) deskripsi kendala- kendala yang dihadapi petani dan anggota keluarga dalam kegiatan usahatani.

mencirikan disparitas berdasarkan jenis kelamin, kecuali askes dan kontrol terhadap sumberdaya lahan yang mengacu pada nilai anak laki-laki, dan akses terhadap sumber modal rendah.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Dokumen terkait