• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian atau penelitian yang melibatkan teknik penerjemahan dan penerjemahan modalitas telah dilakukan oleh para ahli di bidang penerjemahan. Silalahi (2009) melakukan penelitian tentang dampak teknik, metode,dan ideologi penerjemahan pada kualitas terjemahan teks medical-surgical nursing dalam bahasa Indonesia. Berkaitan dengan teknik penerjemahan, hasil temuannya mengungkapkan bahwa dalam menerjemahkan teks medical-surgical nursing, delapan teknik penerjemahan diterapkan yaitu teknik harfiah (literal), peminjaman murni, peminjaman alamiah, calque, transposisi, modulasi, penghilangan, dan penambahan. Selanjutnya, metode penerjemahan yang dipilih penerjemah dalam menerjemahkan teks medical-surgical nursing ini adalah metode penerjemahan literal, setia, dan semantik. Di samping itu, dia jua menemukan bahwa penggunaan teknik penerjemahan dan pemilihan metode penerjemahan lebih dilandasi oleh ideologi foreignisasi dalam menerjemahkan teks medical-surgical nursing. Berkaitan dengan kualitas terjemahan, dari aspek keakuratan, hasil temuannya mengungkapkan bahwa 64,75% isi teks medical-surgical nursing diterjemahkan secara akurat, 26,05% kurang akurat, dan 9,20% tidak akurat. Dari aspek keberterimaan, 75,86% berterima, 17,44% kurang berterima dan

6,70% tidak berterima. Sementara itu, dari aspek keterbacaan, 96,29% isi teks mempunyai tingkat keterbacaan tinggi dan 3,71% mempunyai tingkat keterbacaan sedang. Di samping itu, penelitian ini mengadopsi teori menganalisis teknik penerjemahan dan juga parameter penilaian kulitas terjemahan baik dari segi keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan.

Al Mukhaini (2008) melakukan penelitian tentang penterjemahan ungkapan-ungkapan modal yang terdapat dalam teks undang-undang dari bahasa Inggris ke bahasa Arab dan sebaliknya. Hasil temuannya mengungkapkan bahwa kedua bahasa itu menjelaskan ungkapan-ungkapan modal dalam bentuk yang berlainan, meskipun demikian, kedua bahasa tersebut dapat juga menjelaskannya melalui sintaksis dan semantik. Penelitian yang dilakukan oleh Al Mukhaini memiliki kemiripan dalam objek penelitian – yaitu modalitas – dan sumber data – yaitu undang-undang – akan tetapi, penelitian ini mangambil data dari Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut. Perbedaannya adalah bahwa penelitian yang dilakukan oleh Al Mukhaini memfokuskan analisis pada level sintaksis dan semantis, sementara penelitian ini memfokuskan pada analisis kesepadanan makna dan kualitas terjemahan.

Selanjutnya, Susanti (2010) melakukan penelitian tentang penerjemahan unsur modalitas yang terdapat dalam film Memoirs of a Geisha. Dia menemukan 14 tipe modalitas yang terdiri atas 9 tipe simple modal dan 4 tipe periphrastic modal. Tidak setiap unsur modal yang terjadi diartikan secara leksikal oleh penerjemah dan ada pula yang tidak diterjemahkan sama sekali. Meskipun demikian, penonton tetap dapat memahami maksud para tokoh dengan mengikuti alur dialog dan visualisasi adegan pada film tersebut, sehingga fungsi modalitas

tetap tersampaikan. Penelitian yang dilakukan oleh Susanti memberi kontribusi secara teoritis yang berkenaan dengan jenis-jenis modalitas.

Berikutnya, Susiati (2008), melalui artikelnya pada jurnal Langue Volume 2 Nomor 2 yang berjudul “Kesepadanan Makna dalam Penerjemahan Modalitas Bahasa Inggris ke dalam Bahasa”, mengungkapkan tingginya tingkatan kesepadanan makna yang terdapat pada penerjemahan modalitas yang terdapat pada terjemahan novel “Harry Potter and the Chamber of Secrets (Harry Potter dan Kamar Rahasia)”, yaitu 73,38%. Selanjutnya, sebanyak 13,70% modalitas diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan makna yang wajar, dan 12,92% sisanya diterjemahkan dengan makna yang tidak sepadan. Dia menyarankan bahwa penerjemahan modal bahasa Inggris ke dalam pengungkap modalitas bahasa Indonesia sebaiknya dilakukan tidak hanya dengan memerhatikan konteks linguistiknya tetapi juga konteks situasi yang menyertai peristiwa yang diungkapkan oleh kalimat yang ingin diterjemahkan, seperti bentuk tenses dalam bahasa Inggris apakah bentuk kala kini, lampau, atau kala akan. Penelitian yang dilakukan oleh Susiati sangat berkontribusi kepada penelitian ini karena menyangkut salah satu tujuan penelitian ini, yaitu analisis kesepadanan makna dari penggunaan modalitas. Dengan demikian, penelitian ini akan dapat melengkapi keterbatasan yang terdapat pada penelitian Susiati ataupun mempertajam analisis kesepadanan makna pada terjemahan.

Sementara itu, Lian dan Jiang (2014) melalui artikelnya pada jurnal Theory and Practice in Language Studies Volume 4 Nomor 3 yang berjudul “A Study of Modality System in Chinese-English Legal Translation from the Perspective of SFG”, melakukan kajian terhadap sistem modalitas yang digunakan dalam terjemahan Undang-undang dari bahasa Cina ke Bahasa Inggris.

Dalam artikelnya, dia menggunakan pendekatan Tata Bahasa Sistemik Fungsional. Dia menemukan ada tiga fitur anomie (kurangnya standar sosial atau etika yang biasa dalam sebuah individu atau kelompok) yang menonjol dalam terjemahan operator modal bahasa Inggris ke bahasa Cina dalam teks salah satu undang-undang yang ada di Cina. Pertama, penerjemah terlalu banyak menggunakan modalitas „shall‟ yang dapat melemahkan tingkatan proposisi modalitas pada undang-undang tersebut. Kedua, Penerjemah cenderung salah menemukan bentuk padanan modalitas bahasa Inggris dalam bahasa Cina. Ketiga, penerjemah salah dalam penggunaan rumusan “shall/should + predicate expansion form” yang mengubah nilai obligasi yang terdapat di dalam undang-undang tersebut.

Kajian selanjutnya dilakukan oleh Knezevic dan Brdar (2011) yang dipublikasikan pada jurnal Jezikoslovlje Volume 12 Nomor 2 dengan judul “Modals and modality in translation: a case study based approach”. Mereka menemukan terdapatnya peluang untuk melakukan teknik shift (pengalihan) dalam menerjemahkan modalitas bahasa Kroasia ke dalam bahasa Inggris. Hal ini dibuktikan dari keterbacaan teks yang diterjemahkan tersebut meskipun mengandung terjemahan modalitas dengan teknik pengalihan makna modalitas yang disesuaikan dengan kaidah yang terdapat dalam BSa.

Kajian lainnya dilakukan oleh Baker, K. M. Bloodgood, B. J. Dorr, C. Callison-Burch, N. W. Filardo, C. Piatko, L. Levin, dan S. Miller (2012) yang dipublikasikan pada jurnal Computational Linguistics yang berjudul “Use of Modality and Negation in Semantically-Informed Syntactic MT”.

Pada kajian ini, mereka melibatkan mesin penerjemah dalam menganalisis terjemahan modalitas dan negasi secara semantis dan sintaksis. Mereka menemukan bahwa informasi semantis dan sintaksis dapat meningkatkan mutu terjemahan.

Kajian berikutnya dilakukan oleh Badran (2001) yang dipublikasikan pada jurnal Nottingham Linguistic Circular Volume 16 dengan judul “Modality and Ideology in Translated Political Texts”. Dia menemukan bahwa penerjemahan modalitas dari teks bahasa Arab ke bahasa Inggris memiliki beberapa pola perbedaan yang dimasukkan ke dalam tiga kategori. Pola perbedaan ini berpengaruh pada pemahaman pembaca pada BSa sehingga juga menyebabkan perbedaan ideologi dalam teks terjemahan tersebut.

Kajian-kajian di atas berkontribusi positif kepada penelitian yang akan saya lakukan ini. Bentuk-bentuk kontribusi kajian-kajian tersebut di antaranya adalah bagaimana bentuk terjemahan teks undang-undang yang pernah dianalisis oleh penel;iti-peneliti sebelumnya (Al Mukhaini, 2008; Lian dan Jiang, 2014). Di samping itu, kontribusi yang diperoleh adalah berupa bentuk-bentuk terjemahan modalitas yang terdapat pada berbagi jenis teks, baik teks yang berupa undang-undang maupun teks umum (Badran, 2001; Knezevic dan Brdar, 2011; Susiati, 2008). Berikutnya, kontribusi yang diperoleh berkaitan dengan aspek-aspek penilaian kualitas teks terjemahan (Silalahi, 2009). Sementara itu, temuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah teknik penerjemahan dan kualitas terjemahan modalitas dalam terjemahan UNCLOS 1982 dari bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia.

Dokumen terkait