• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penempatan Fasilitas Publik dan Location-allocation Models

2.3. Teori Lokasi

2.3.3. Penempatan Fasilitas Publik dan Location-allocation Models

 

harus lokasi dimana biaya minimal atau pendapatan maksimal akan tetapi merupakan lokasi dimana perbedaan diantara keduanya adalah maksimal.

Setelah mengetahui bahwa teori lokasi dari Weber dan Losch dinilai tidak memadai dalam menjelaskan pertumbuhan perkotaan dan wilayah maka Isard pada tahun 1956 mengemukakan bahwa tiap keputusan lokasi merupakan satu penyeimbang biaya-biaya yang dihadapi dan pendapatan pada keadaan ketidakpastian yang berbeda-beda. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi besarnya biaya tersebut maka faktor jarak dan aksesibilitas merupakan faktor yang terpenting dalam konteks tata ruang. Walaupun seluruh biaya bervariasi dengan waktu dan tempat, namun biaya transportasi merupakan fungsi dari jarak. Dalam hal ini Isard menekankan bahwa keputusan lokasi dari perusahaan ditentukan oleh faktor-faktor jarak, aksesibilitas dan keuntungan aglomerasi. (Ashar, 2002).

Teori Isard mempertimbangkan faktor jarak, aksesibilitas dan aglomerasi namun penentuan titik optimal dapat berada diantara titik-titik yang dicalonkan. Sehingga muncul dalil Hakimi pada tahun 1964 yang menyebutkan ‘titik optimum dari suatu jaringan yang dapat meminimumkan jumlah perkalian jarak-jarak terpendek dengan bobot dari semua simpul adalah titik yang berasal dari simpul pada jaringan’ (Rushton, 1979).

2.3.3. Penempatan Fasilitas Publik dan Location-allocation Models

Analisis lokasi dalam perencanaan wilayah sudah dikenal baik, salah satu alat analisis kuantitatif location-allocation modelling. Kerangka pikir yang digunakan berdasarkan pada masalah aksesibilitas dalam pengertian efesiensi dalam meningkatkan kualitas pelayanan, baik yang akan dibangun maupun yang sudah ada sebelumnya.

Fotheringham (1995) dan Rushton (1979) dalam Ashar (2002) menyebutkan bahwa di negara-negara berkembang keputusan lokasi hanya diambil oleh beberapa orang saja dari pejabat pemerintah atau malah kadang-kadang hanya oleh satu orang saja yaitu oleh pimpinan daerah yang dipilih lewat pemilihan yang sering kali mengabaikan hasil analisis formal dari alternatif-alternatif yang ada, keputusan akhir bisa saja karena pertimbangan politis semata atau hanya karena pertimbangan yang “asal” saja. Bahkan hasil keputusan sering sekali sangat jauh dari optimal.

   

Location-allocation model adalah metoda untuk menentukan lokasi optimal untuk penempatan fasilitas. Metoda ini secara simultan memilih suatu lokasi yang demands-nya terdistribusi secara spasial untuk optimasi beberapa kriteria yang secara spesifik dapat diukur. Issu utama yang muncul dari masalah lokasi adalah menentukan kriteria yang cocok dan objektif. Penentuan lokasi untuk private sector facilities biasanya didasarkan pada pertimbangan yang objektif dan terukur seperti untuk meminimalkan cost atau memaksimalkan profit.

Hakimi (1964) dan Swain (1970) dalam Ashar (2002) menyebutkan bahwa salah satu dari model yang paling populer untuk masalah lokasi fasilitas publik adalah metode P-Median. Masalah lokasi dapat disederhanakan dengan menghubungkan antara lokasi fasilitas dengan lokasi demands yang dapat meminimalkan bobot total jarak tempuh atau waktu tempuh sehingga dapat membantu pengguna untuk mendapatkan fasilitas terdekat.

Anggapan dasar dari metode P-Median adalah : a) pelayanan diberikan oleh simpul-simpul pelayanan, b) heterogenitas wilayah ditunjukkan oleh adanya simpul-simpul dan panjang jarak antar simpul, dan c) biaya transportasi adalah fungsi dari bobot simpul dan jarak. Metode P-Median pertama kali dipelajari pada tahun 1964 oleh Hakimi dan kemudian pada tahun 1974 Shajamadas dan H. Benyamin Fisher menggunakan metode ini sebagai salah satu cara dalam menentukan hirarki lokasi untuk satuan wilayah perencanaan daerah pedesaan di India.

Selain itu pada tahun 1974, E. Harvey, Ming Sing Hung dan I. Randal Brown menggunakan metode ini untuk mengidentifikasi dan mengaktifkan growth center bagi Sierra Leona (Ashar, 2002). Marianov dan Serra (2006) menggunakan metode P-Median ini untuk membangun model pembangunan suatu fasilitas darurat dan juga non darurat di Spanyol. Sedangkan Rahman dan Smith (2000) menggunakan metode P-Median untuk merencanakan pembangunan fasilitas kesehatan di negara berkembang.

P-Median merupakan salah satu jenis model optimasi. Model ini pada dasarnya bertujuan untuk menentukan lokasi fasilitas pelayanan atau pusat pelayanan (supply center) agar tingkat pelayanan yang diberikan oleh fasilitas dan pusat tersebut kepada penduduk (demand point) yang tersebar secara tidak merata

   

dalam suatu area menjadi optimal. Dalam model ini, pusat pelayanan (supply center) merupakan titik yang akan ditentukan lokasinya, sedang titik permintaan (demand point) merupakan lokasi yang telah ditentukan terlebih dahulu.

Dasar dari metoda P-Median adalah teori yang dikembangkan oleh Hakimi yang menyatakan bahwa titik optimum dari suatu jaringan yang dapat meminimumkan jumlah perkalian jarak terpendek dengan bobot dari semua simpul adalah titik yang berasal dari simpul pada jaringan (Rushton, 1979).

Rumus yang digunakan untuk menyatakan dalil tersebut adalah sebagai berikut:

Dimana:

Z = total jarak tempuh (total travel) n = jumlah simpul yang dianalisis

p = jumlah simpul yang dicalonkan sebagai pusat

aij = 1 jika simpul yang dilayani i lebih dekat ke simpul j daripada ke simpul pelayanan lainnya; jika tidak aij = 0

wij = bobot dari simpul yang dilayani (i)

dij = jarak terpendek antara simpul yang dilayani (i) ke simpul yang pelayanan (j)

Rumus tersebut dapat ditafsirkan menjadi meminimumkan total jarak tempuh dari simpul yang dilayani (i) ke simpul pelayanan (j) untuk m simpul pelayanan yang dipilih dari sejumlah n simpul untuk melayani sejumlah (n-m) simpul.

Berdasarkan perbandingan antara beberapa teori dan model tata ruang yang telah dibahas sebelumnya maka dipilih metode P-Median sebagai metode yang dianggap sesuai untuk menyelesaikan permasalahan penentuan lokasi pasar induk Kabupaten Bogor. Karena terdapat kesesuaian-kesesuaian dan pemenuhan terhadap anggapan dasar metoda P-Median, yaitu:

………

   

1. Penentuan lokasi pasar induk didasarkan atas simpul-simpul yang berada di dalam suatu jaringan yaitu jaringan jalan

2. Pelayanan diberikan oleh pasar induk.

Dalam pengoperasiannya metoda P-Median tidak berdiri sendiri, akan tetapi ditunjang oleh program komputer/software Java Applets P-Median Solver. Model analisis ini sejak tahun 1998 mulai diperkenalkan sebagai salah satu mata ajaran pada mata kuliah Facilities Design and Logistics oleh Professor Phill Kaminsky dari University of Berkeley, informasi lebih rinci dapat diperoleh dari kaminsky@ieor.berkeley.edu. Software P-Median Solver ini disediakan secara gratis melalui situs internet http://www.hyuan.com/java/index.html, yang untuk mengolah datanya harus dalam keadaan on line dengan situs tersebut. Program ini dapat digunakan untuk menganalisis suatu wilayah dengan jumlah simpul yang besar sampai dengan 99 simpul.

Program tersebut digunakan untuk ketepatan penentuan jalur terpendek dan penentuan pusat-pusat yang dipilih dari sejumlah simpul tidak dapat dihitung secara manual. Karena jika jumlah node dan link mecapai puluhan bahkan ratusan akan sulit dan tidak efektif dengan perhitungan secara manual. Berdasarkan pertimbangan tersebut dan mengingat banyaknya simpul yang akan dianalisis maka dipergunakan program GAMS. Kelebihan dari program GAMS adalah dapat digunakan untuk mengembangkan skenario yang dibangun dan sekaligus menguji simulasi-simulasi yang digunakan.