• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

E. Kerangka Berfikir

1. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau

b. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua... 63 c. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua... 66 d. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

ditinjau dari status sekolah ... 70 C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 72

1. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua ... 72 2. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua ... 74 3. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua ... 76 4. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

xvii

B. Keterbatasan penelitian... 83 C. Saran-saran ... 84

xviii

Gambar 2.1 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau Dari Status Sosioal Ekonomi Orang Tua dan Status

xix

Tabel 3.1 Nama Sekolah dan Jumlah Responden ... 28

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional ... 30

Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua... 32

Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 32

Tabel 3.5 Operasionalisasi Variabel Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 33

Tabel 3.6 Operasionalisasi Variabel Status Sekolah... 33

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kecerdasan Emosional ... 35

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ... 41

Tabel 4.2 Tingkat Pendapatan Orang Tua (ayah) ... 42

Tabel 4.3 Tingkat Pendapatan Orang Tua (ibu)... 44

Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan Orang Tua (ayah)... 45

Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Orang Tua (ibu) ... 46

Tabel 4.6 Jenis Pekerjaan Orang Tua (ayah) ... 47

Tabel 4.7 Jenis Pekerjaan Orang Tua (ibu)... 47

Tabel 4.8 Asal sekolah Siswa ... 48

Tabel 4.9 Kecerdasan Emosional Siswa ... 49

Tabel 4.10 Prestasi Belajar Siswa ... 50

Tabel 4.11 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Kecerdasan Emosional... 52

Tabel 4.12 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Prestasi Belajar... 55

xx

Lampiran I. Kuesioner ... 89 Lampiran II. Validitas dan Reliabilitas ... 95 Lampiran III. Data Induk Penelitian Prestasi Belajar... 97 Lampiran IV Data Induk Penelitian Kecerdasan Emosional ... 104 Lampiran V. Data Deskripsi Responden ... 114 Lampiran VI Daftar Distribusi Frekuensi... 121 Lampiran VII Perhitungan Mean, Median, dan Modus...162 Lampiran VIII. Pengujian Normalitas Dan Linieritas... 163 Lampiran IX Tabel F ... 173 Lampiran.X Perhitungan PAP ... 174 Lampiran XI. Data Induk Regresi ... 176 Lampiran XII. Perhitungan Regresi ... 183 Lampiran XIII Perhitungan Determinasi... 190 Lampiran XIV. Surat Ijin Penelitian... 210 Lampiran XV Surat Keterangan Penelitian ... 219

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan siswa dalam belajar tercermin dari prestasi belajarnya. Ada

banyak faktor yang diduga kuat mempengaruhi siswa dapat berprestasi dalam

belajar. Secara umum faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi

dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam dan luar diri siswa. Faktor dari dalam

meliputi faktor jasmani, faktor psikologis, faktor intelektik, dan faktor

non-intelektik. Sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa meliputi faktor

sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik, dan faktor lingkungan

keagamaan.

Telah ada banyak penelitian yang dimaksudkan untuk menginvestigasi

pengaruh faktor yang berasal dari dalam dan luar diri siswa terhadap prestasi

belajar. Penelitian ini dimaksudkan untuk menginvestigasi pengaruh faktor

non-intelektik terhadap prestasi belajar. Hal demikian penting oleh sebab

dalam beberapa kasus ditemukan bahwa siswa yang mempunyai IQ cukup

tinggi tetapi mengalami kesulitan belajar di sekolah

(http:/www1.bpkpenabur.or.id/jurnal/02/08). Hal tersebut diduga disebabkan

siswa kurang bisa mengendalikan diri, mudah stres saat mengalami berbagai

persoalan, dan tidak mampu memotivasi dirinya sendiri. Dengan kata lain

siswa memiliki tingkat kecerdasan emosional yang rendah.

Kecerdasan emosional dapat diartikan kemampuan seseorang untuk

mengenali dan mengelola segala emosi yang ada pada diri sendiri

(www.sekolahindonesia.com). Daya dan kepekaan yang dimiliki seseorang

yang mempunyai tingkat kecerdasan emosional akan memotivasi mereka

untuk mencari manfaat dan potensi yang unik pada dirinya. Dengan demikian

seseorang akan memiliki kemampuan untuk mengaktifkan aspirasi dan

nilai-nilai yang paling dalam dan kemudian mengubahnya dari yang dipikirkan

menjadi sesuatu yang harus dijalani. Hal inilah yang akan mempengaruhi

prestasi belajar seseorang. Dia akan dapat mengubah sumber-sumber energi,

informasi yang nantinya akan memotivasi dirinya dalam belajar.

Derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar diduga

kuat berbeda pada siswa yang status sosial ekonomi orang tua yang berbeda.

Status sosial ekonomi orang tua mencakup tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,

dan tingkat pendapatan. Pada siswa yang memiliki orang tua berpendidikan

tinggi diduga kuat derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi

belajar akan lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki orang tua yang

berpendidikan rendah. Hal ini disebabkan orang tua yang memiliki pendidikan

tinggi dapat mengarahkan anaknya dan mendampingi mereka dalam belajar.

Hal ini dapat memotivasi anak untuk belajar dengan lebih giat. Seorang anak

yang memiliki motivasi dan mampu memotivasi dirinya serta mampu

bersosialisasi dengan orang-orang yang ada disekitarnya dengan baik,mereka

yang bersangkutan memiliki kecerdasan emosional. Semakin tinggi tingkat

belajar anak yang lebih baik.

Pada orang tua yang memiliki pekerjaan tetap secara umum dapat

membiayai keperluan anaknya dalam hal bersekolah dibandingkan orang tua

yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Dapat dipenuhinya keperluan anak dalam

belajar membuat anak lebih termotivasi untuk lebih giat belajar. Anak juga

akan lebih percaya diri apabila bergaul dengan teman-temannya. Kepercayaan

diri anak akan mendukung anak untuk mencapai prestasi belajar yang lebih

tinggi. Hal demikian disebabkan jika anak mengalami kesulitan dalam belajar

anak tidak akan merasa malu untuk bertanya pada teman maupun gurunya.

Anak menjadi lebih mampu bersosialisasi dengan lingkungannya dan hal ini

akan meningkatkan taraf kecerdasan emosional anak yang lebih baik.

Orang tua yang mempunyai tingkat pendapatan yang tinggi dipastikan

dapat memenuhi kebutuhan anak dalam belajar. Kemampuan orang tua dalam

memenuhi kebutuhan anak dalam belajar membuat anak lebih termotivasi dan

lebih fokus pada pelajaran. Hal demikian mendukung anak untuk

meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Sedangkan jika pendapatan orang

tua rendah dapat menghambat keberhasilan anak dalam belajar. Anak

cenderung tidak termotivasi dan sulit untuk belajar karena segala fasilitas yang

diperlukan tidak tersedia. Anak juga akan merasa “minder” untuk bergaul

dengan teman-temannya. Karena diduga kuat bahwa semakin tinggi

pendapatan orang tua, derajat hubunga kecerdasan emosional dengan prestasi

belajar akan semakin tinggi.

menunjang peningkatan prestasi belajar anak yaitu status sekolah. Status

sekolah menjadi pertimbangan orang tua dalam menyekolahkan anaknya.

Sekolah negeri secara umum dianggap oleh sebagian besar anggota

masyarakat bermutu dan mempunyai fasilitas yang lengkap, dan memiliki

suasana yang nyaman untuk melakukan proses belajar mengajar. Ketersediaan

fasilitas sekolah bagi para siswa akan semakin memotivasi siswa untuk

belajar. Bobbi De Porter (2001:81) dalam http://www.bpkpenabur.or.id/

jurnal/02/082-100.pdf., berpendapat bahwa hasil belajar siswa lebih

ditentukan oleh lingkungan belajar yang menyenangkan, suasana aman dan

penuh kepercayaan antara siswa dengan instruktur. Semakin mampu seseorang

berinteraksi dengan lingkungan, semakin mahir manusia mengatasi situasi

yang menantang dan semakin mudah manusia mempelajari informasi baru.

Dampaknya prestasi belajar siswa akan meningkat. Hal ini berbeda pada

sekolah swasta yang dianggap memiliki mutu di bawah sekolah-sekolah negeri

dan memiliki fasilitas yang kurang lengkap. Dampaknya para siswa kurang

memiliki motivasi untuk belajar, sehingga prestasi belajarnya akan terhambat.

Berdasarkan uraian di atas maka bermaksud untuk menyelidiki derajat

pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar pada siswa yang

berasal dari status sosial ekonomi orang tua dan status sekolah yang berbeda.

Penulis selanjutnya menuangkan dalam judul “Pengaruh Kecerdasan

Emosional Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari Status Sosial Ekonomi

Orang Tua dan Status Sekolah”. Penelitian ini merupakan survei pada

B. Batasan Masalah

Ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi prestasi belajar.

Faktor-faktor tersebut antara lain, faktor yang berasal dari dalam diri siswa

dan faktor yang berasal dari luar diri siswa. Penelitian ini memfokuskan pada

faktor kecerdasan emosional. Secara spesifik penulis ingin mengetahui apakah

tinggi/rendahnya derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi

belajar berbeda pada siswa yang berasal dari status sosioal ekonomi orang tua

dan status sekolah yang berbeda.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dalam penelitian ini

dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua?

2. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua?

3. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua?

4. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap

prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua.

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap

prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua.

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap

prestasi belajar ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua.

4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap

prestasi belajar ditinjau dari status sekolah.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menemukan hasil-hasil penelitian yang

memiliki kegunaan sebagai berikut :

1. Kegunaan akademik yaitu pengembangan ilmu pengetahuan yang

memungkinkan untuk mengkonfirmasi hasil-hasil penelitian terdahulu atau

teori-teori yang sudah ada.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

C. Burt dalam Fudaryanto (2002:87) mendefinisikan kecerdasan

sebagai suatu kemampuan kognitif umum yang dibawa sejak lahir. Oleh

karena nilai atau skor tes kecerdasan yang ada sering dipengaruhi oleh

lingkungan sekitar, tentulah hal ini akan memberi konsekuensi definisi

kecerdasan yang berbeda dengan kecerdasan yang ditentukan dengan

pengetesan. Sementara menurut Freeman dalam Fudaryanto (2002:89),

kecerdasan adalah kemampuan untuk beradaptasi, belajar dan kemampuan

berpikir abstrak.

Kecerdasan adalah kecenderungan untuk mengambil dan

mempertahankan pilihan yang tepat, kapasitas untuk adaptasi-adaptasi

dengan maksud memperoleh tujuan yang diinginkan dan kekuatan untuk

auto kritik. Adapun tipe-tipe kecerdasan menurut Eduard Lee Thorndike

(Fudaryanto, 2002:99) :

a. kecerdasan rill

Kecerdasan ini adalah kemampuan individu untuk menghadapi

situasi-situasi dan benda-benda rill.

b. kecerdasan abstrak

Kecerdasan abstrak adalah kemampuan manusia untuk mengerti

kata, bilangan, dan huruf, simbol-simbol, tanda, rumusan, dan

sebagainya.

c. kecerdasan sosial

Kemampuan individu untuk menghadapi dan mereaksi kepada

situasi-situasi sosial atau hidup di masyarakat.

Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak secara

seketika untuk mengatasi masalah yang di tanamkan secara berangsur –

angsur yang terkait dengan pengalaman dari waktu – kewaktu. Lebih

lanjut dalam kamus Bahasa Inggris Oxford (1995:137), emosi didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau pergolakan pikiran, suatu

keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk

bertindak (http://www.binuscareer.com).

Jenis-jenis emosi antara lain: amarah, kesedihan, rasa takut,

kenikmatan, cinta, jengkel dan malu, uraian di atas hanyalah sebagian dari

garis besar emosi itu sendiri. Ada begitu banyak emosi yang seringkali kita

rasakan, hal ini muncul dikarenakan emosi yang kita rasakan begitu

bervariasi dengan campuran emosi satu dengan yang lain, emosi yang

begitu cepat berubah (http://www.binuscareer.com).

Menurut Salovey dan Mayer dalam Stein (2002:30), kecerdasan

emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan

membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan

dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga

juga dapat diartikan kemampuan kita untuk mengenali dan mengelola

segala emosi yang ada pada diri kita (www.sekolahindonesia.com).

Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengontrol dan

menggunakan emosi, serta mengendalikan diri, semangat, motivasi sosial,

kerja sama, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Hal ini sejalan

dengan definisi kecerdasan emosional dalam

(http://info.stieperbanas.ac.id/makalah/kepekaan03). Kecerdasan

emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif

menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi,

koneksi, dan pengaruh yang manusiawi.

Dari pendapat di atas dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan

emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan

diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat serta

memotivasi diri serta membantu kita untuk menghadapi berbagai

persoalan yang muncul.

2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional

Menurut Goleman (2001:57-59) yang mengadaptasi dari Salovey dan

Mayer membedakan aspek-aspek kecerdasan emosional menjadi lima

kecakapan emosi dan sosial yaitu :

1. Mengenali Emosi Diri (emotional awareness)

Inti dan kecerdasan emosional adalah kesadaran akan perasaan diri

sendiri sewaktu kesadaran ini dilukiskan sebagai “perhatian tak

berlebihan, dan melebih-lebihkan apa yang diserap.

2. Mengelola Emosi (managing emotion)

Emosi bukan untuk ditekan, karena setiap perasaan mempunyai nilai

dan makna.

3. Memotivasi diri sendiri (self motivation)

Kecerdasan emosional dapat berupa kecakapan utama apabila kita

dapat mengelola tingkat jalan mempertinggi kemampuan lainnya

misalnya antusiasme, semangat, tekun, gigih, dan ulet.

4. Mengenal emosi orang lain (managing empati)

Akar permasalahan disini adalah empati yang artinya, ikut

merasakan bagian orang lain. Suatu kemampuan empati dapat

ditumbuhkan sejak bayi, dengan mulai belajar menyetarai emosi.

5. Membina hubungan (social comunication)

Salah satu kunci kecakapan sosial adalah seberapa baik atau buruk

seseorang menggunakan tata krama tampilan.

B. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri

seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru

berkat pengalaman dan latihan (Hamalik,1983:21). Menurut Sumadi

Suryabrata (1984:324), prestasi belajar merupakan nilai yang tercantum

mengenai kemajuan atau prestasi siswa selama masa tertentu. Sedangkan

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:1190), prestasi belajar adalah

penguasaan ketrampilan terhadap mata pelajaran yang diberikan melalui

hasil tes.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Prestasi belajar yang dicapai seseorang individu merupakan hasil

interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam

dirinya (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal).

Menurut Ahmadi (1991:130-131), faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar adalah:

1. Faktor internal.

a. Faktor jasmaniah baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh misalnya, pengelihatan, pendengaran dan struktur tubuh.

b. Faktor fisiologis baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh:

1). faktor intelektik yang meliputi faktor potensial seperti

kecerdasan dan bakat.

2). faktor non intelektik, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu

seperti sikap, kebiasaan, minat, emosi dan motivasi.

c. Faktor kematangan fisik dan psikis

2. Faktor eksternal

a. Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah, dan lingkungan masyarakat.

dan kesenian.

c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan

iklim.

d. Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.

C. Status Sosial Ekonomi Orang Tua

1. Pengertian Status Sosial Ekonomi Orang Tua.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:1461), status adalah

keadaan atau keadaan orang atau badan dalam hubunganya dengan

masyarakat sekelilingnya. Status soioal ekonomi orang tua juga diartikan

sebagai suatu kedudukan yang dimiliki yang nantinya akan digunakan

untuk pemenuhan kebutuhan keluarga. Status sosial ekonomi orang tua

meliputi:

a. Tingkat Pendidikan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:232), pendidikan

adalah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok

orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran

dan peralatan. Dalam hal ini tingkat pendidikan orang tua dapat

diklasifikasikan menjadi (Siagian, 1987:185).

1). Tingkat Pendidikan Dasar. Pendidikan dasar merupakan

pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan

kemampuan serta memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar

2). Pendidikan Menengah. Pendidikan menengah adalah pendidikan

yang diselenggarakan untuk melanjutkan atau meluaskan

pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi bagian

dari organisasi masyarakat yang memiliki kemampuan untuk

mengadakan hubungan timbal balik.

3). Pendidikan Tinggi. Pendidikan tinggi adalah kelanjutan dari

pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan

peserta didik menjadi masyarakat yang memiliki kemampuan

akademik atau profesional.

b. Jenis Pekerjaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:722), pekerjaan

merupakan hal-hal yang diperbuat, diusahakan atau dikerjakan, tugas

kewajiban. Jenis pekerjaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1). Pekerjaan Pokok

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:1177), pekerjaan

pokok merupakan mata pencaharian yang terutama.

2). Pekerjaan Sambilan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:722), pekerjaan

sambilan merupakan pekerjaan yang bukan pekerjaan pokok atau

utama. .

c. Pendapatan

Pendapatan atau penghasilan adalah segala bentuk balas karya yang

terhadap proses produksi (Gilarso, 1994:62). Menurut Mulyono

(1982:92-93) pendapatan dan penerimaan keluarga dapat berbentuk :

1) Pendapatan berupa uang, yaitu segala penghasilan berupa uang

yang sifatnya reguler dan diterima sebagai balas jasa.

2) Pendapatan berupa barang yaitu segala penerimaan yang

reguler akan tetapi tidak selalu berbentuk jasa, tetapi sifatnya

dapat diterima dalam bentuk barang dan jasa.

3) Lain-lain yaitu penerimaan barang atau jasa yang biasanya

membawa perubahan dalam keuangan rumah tangga.

Menurut keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No.

150/KEP/2006 tentang Penetapan Upah Minimum Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta Tahun 2007 memutuskan bahwa upah minimum

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007 sebesar Rp.

500.000 (lima ratus ribu rupiah) per bulan.

D. Status Sekolah

Sekolah merupakan lembaga informal yang digunakan dalam proses belajar

mengajar. Menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.

061/U/1993 pasal 1, Sekolah Menengah Umum (SMU) dibagi menjadi dua

yaitu, sekolah negeri dan sekolah swasta. SMU negeri adalah SMU yang

diselenggarakan oleh pemerintah. Sedangkan SMU swasta merupakan SMU

E. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari

tingkat pendapatan orang tua

Prestasi belajar merupakan nilai yang tercantum dalam rapor dan

merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan

atau prestasi siswa selama masa tertentu (Sumadi Suryabrata, 1984:324).

Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar

adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional menurut Salovey dan

Mayer dalam Stein (2002:30) adalah kemampuan untuk mengenali

perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran,

memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara

mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.

Seorang anak yang dapat mengendalikan emosinya dengan baik

maka ia akan dapat berinteraksi dengan baik, baik itu dengan

teman-temanya maupun dengan guru dan dengan orang-orang yang berada di

lingkungannya. Ruang kelas lebih merupakan situasi sosial daripada

situasi akademis. Anak yang canggung secara sosial akan cenderung salah

dalam membaca situasi dan salah tanggap terhadap kondisi kelas serta

terhadap gurunya dan anak yang lain. Rasa canggung dan kecemasan

tersebut akan mengakibatkan terganggunya kemampuan untuk belajar

dengan baik. Seorang anak menjadi merasa tidak nyaman berada di dalam

kelas dan hal ini dapat menyebabkan anak kurang berkonsentrasi dalam

memecahkan masalah yang timbul pada saat anak mengerjakan soal.

Kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, menahan diri terhadap

kepuasan dan, mengendalikan dorongan hati merupakan landasan bagi

keberhasilan individu. Apabila seorang anak sudah cukup merasa puas

dengan apa yang diperolehnya dan tidak mau lagi mencoba untuk

menambah kemampuanya, maka hal ini akan dapat menghalangi siswa

untuk dapat mencapai prestasi yang lebih baik. Apabila seseorang mampu

mengendalikan emosinya dengan baik maka orang tersebut akan lebih

mampu untuk mengendalikan diri dengan lebih baik sehingga ketika

bertindak mereka akan menggunakan pemikiran yang matang. Pada

dasarnya emosi adalah sebuah kekuatan yang luar biasa. Apabila emosi

dapat dikendalikan dengan baik, maka hal tersebut dapat menjadi sumber

energi belajar. Penelitian Diah Arum (2005:48 ) membuktikan bahwa ada

pengaruh yang positif antara kecerdasan emosional terhadap prestasi

belajar dan hasil penelitian. Tadius Sudarna (2007:92) juga mendukung

pernyataan itu bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang,

maka semakin tinggi tingkat keberhasilan seseorang dalam belajar.

Derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

diduga berbeda pada siswa yang berasal dari orang tua yang tingkat

pendapatanya berbeda. Diduga bahwa orang tua yang memiliki tingkat

pendapatan yang tinggi dapat menunjang pendidikan anak dengan

menyediakan fasilitas belajar anak. Keadaan seperti ini diharapkan dapat

emosional anak. Hal demikian disebabkan anak akan merasa bahagia dan

lebih tenang karena segala keperluanya dalam belajar telah terpenuhi,

sehingga anak akan lebih terpusat pada pelajarannya, maka dapat

mendukung anak untuk meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Dengan

demikian anak menjadi termotivasi dan lebih berkonsentrasi dalam

belajar, sehingga prestasi belajar anak akan meningkat pula. Sedangkan

pada orang tua yang pendapatanya rendah akan sulit untuk memenuhi

kebutuhan anaknya dalam belajar. Hal ini dapat mengakibatkan motivasi

anak dalam belajar menjadi menurun dan anak akan merasa kurang

percaya diri, maka hal ini dapat mangganggu konsentrasi anak dalam

belajar yang akan mengakibatkan terhambatnya pencapaian prestasi

belajar anak.

2. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari

tingkat pendidikan orang tua

Prestasi belajar merupakan nilai yang tercantum dalam rapor dan

merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan

atau prestasi siswa selama masa tertentu (Sumadi Suryabrata, 1984:324).

Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar

Dokumen terkait