PENGECUALIAN PENGGUNAAN MATA UANG RUPIAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG
A. Teori Pengecualiaan Penggunaan Mata Uang Rupiah
Pada bab ini akan dibahas mengenai pengecualian penggunaan mata uang Rupiah dalam UU Mata Uang dalam transaksi di wilayah Negara Republik Indonesia. Dalam UU Mata Uang terdapat pengecualian dalam hal penggunaan mata uang Rupiah di dalam Wilayah Negara Indonesia. Hal itu dilakukan karena dalam hal pembentukan perundang-undangan. Terdapat asas-asas yang harus dimiliki oleh perundang-undangan agar dapat mengatur dengan baik. Ada banyak pandangan terhadap asas perundang-undangan yang baik tersebut, antara lain:
Menurut I.C. Van der vlies di dalam bukunya yang berjudul Het wetsbegrip en beginselen van behoorlijke regelgeving. Membagi asas-asas dalam pembentukan negara yang baik ke dalam asas-asas yang formal dan yang material. Asas-asas yang formal meliputi:
1. Asas tujuan yang jelas;
2. Asas organ/lembaga yang tepat; 3. Asas perlunya pengaturan; 4. Asas dapat dilaksanakan; 5. Asas Konsensus.
Asas-asas yang material meliputi:
1. Asas tentang terminologi dan sistematika yang benar 2. Asas tentang dapat dikenali
3. Asas perlakuan yang sama di dalam hukum 4. Asas kepastian hukum
5. Asas pelaksanaan hukum sesuai keadaan individual.60
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Terdapat salah satu asas yang memberikan adanya pengecualian di dalam UU Mata Uang yaitu asas dapat dilaksanakan. Asas dapat dilaksanakan adalah bahwa pembentukan peraturan perundang-undangan harus memperhitungkan efektifitas peraturan perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, yuridis maupun sosiologis. 61
Pengertian secara filosofis, yuridis maupun sosiologis. Menurut ilmu pengetahuan hukum adalah:
1. Landasan filosofis
Perundang-undangan dikatakan mempunyai landasan filosofis filisofische grondslag apabila rumusannya atau norma-normanya mendapatkan pembenaran rechtvaardiging dikaji secara filososfis. Jadi dapat dibenarkan jika dipikirkan secara mendalam. Alasan tersebut sesuai dengan cita-cita dan pandangan hidup manusia dalam pergaulan hidup bermasyarakat. Sesuai dengan cita-cita kebenaran idee der waarheid, cita-cita keadilan idee der gerechtigheid, dan cita-cita kesusilaan idee der zederlijkheid.
60
Maria Faria Indrati, Ilmu Perundang-Undangan (Yogyakarta: Kanisius, 2011), hlm.
252. 61
2. Landasan sosiologis
Suatu perundang-undangan dikatakan mempunyai landasan sosiologis. Apabila ketentuan-ketentuan sesuai dengan keyakinan umum atau kesadaran hukum masyarakat. Hal ini penting agar perundang-undangan dibuat ditaati oleh masyarakat
3. Landasan yuridis
Landasan yuridis atau disebut juga landasan hukum atau dasar hukum ataupun legalitas adalah landasan tau dasar yang terdapat dalam ketentuan- ketentuan hukum yang lebih tinggi derajatnya.62
Di luar asas-asas di atas, dalam ilmu hukum atau ilmu perundang- undangan, diakui adanya beberapa teori atau asas-asas yang selalu mengikuti dan mengawali pembentukan peraturan perundang-undangan dan secara umum teori dan asas-asas tersebut dijadikan peraturan perundang-undangan
Sebagai mana diketahui meskipun dalam Pasal 21 ayat (1) UU Mata Uang diatur secara tegas tentang kewajiban penggunaan Rupiah. Namun aturan tersebut seakan tidak berarti dengan keberadaan ketentuan ayat (2) dan Pasal 23 ayat (2) diberikan untuk keperluan pembayaran, hibah, atau untuk memenuhi kewajiban dengan valuta asing yang telah diperjanjikan secara tertulis.
Prinsip dalam pembuatan suatu peraturan selain dimaksudkan untuk mengatur juga diusahakan mampu dilaksanakan, yang berarti dalam pelaksanaanya tidak boleh terlalu membebani atau membatasi. Demikian pula dalam keharusan penggunaan Rupiah, aturan ini pada prinsipnya meningkatkan
62
nilai Rupiah. Menyadari bahwa saat ini Rupiah bukanlah merupakan Hard Money dan belum pula semua negara mau menerima uang Rupiah maka teori pengecualian terhadap penggunaan Rupiah tetap diperlukan. Keharusan untuk menggunakan uang Rupiah dalam setiap transaksi apabila hal itu dilakukan di wilayah Indonesia tidak dapat diterapkan secara kaku. Terdapat situasi yang memungkinkan dilakukannya penegecualian.
Teori pengecualian diakui sebagai teori yang selalu mengikuti dan mengawali pembentukan peraturan perundang-undangan dan secara umum teori dan asas-asas tersebut dijadikan acuan dalam membentuk UU Mata Uang. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai pembebanan keharusan penggunaan Rupiah ini justru membatasi kegiatan perekonomian yang nantinya berpotensi membawa keterpurukan ekonomi bangsa. Sebagai bahan pembanding, prinsip pengecualian ini juga dianut beberapa negara lain seperti Canada.63
B. Faktor Penyebab Pengecualian Penggunaan Mata Uang Rupiah
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa pengecualian dilakukan karena Rupiah bukanlah merupakan hard money dan belum semua negara mau menerima uang Rupiah sebagai alat pembayarannya. Karena peraturan terhadap kewajiban penggunaan mata uang Rupiah tidak dapat dilakukan secara kaku. Sehingga menyebabkan keterpurukan ekonomi bangsa.
63
Ada beberapa hal yang menyebabkan adanya pengecualian penggunaan Rupiah sebagai Legal Tender antara lain:
1. Faktor wilayah
Hal ini karena batas perbatasan yang kabur, sehingga jauhnya pusat ekonomi dalam negara Republik Indonesia dan juga lemahnya nilai Rupiah terhadap mata uang di negara perbatasan..
Beberapa wilayah perbatasan daratan Republik Indonesia adalah:
a. Batas dengan Malaysia di Kalimantan dan pulau Sebatik, sekitar 2004 Kilometer, mengacu kepada perjanjian batas antara wilayah kolonial Inggris dengan Hindia Belanda, yaitu Treaty-1891 serta Konvensi 1915 dan 1928.
b. Batas dengan PNG, di Papua (Irian Jaya) sekitar 780 Kilometer, mengacu perjanjian tentang batas-batas negara antara Indonesia dengan Papua Nugini oleh Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia pada tahun 1973.
c. Batas dengan Timor-Leste, sekitar 255 Kilometer, mengacu pada perjanjian batas antara Hindia Belanda dengan Portugis pada tahun 1904 (Treaty- 1904) dan Permanent Court Award (PCA) 1914. Mengacu kepada dua produk hukum tersebut, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Timor-Leste sepakat untuk melakukan delineasi bersama, yang hasilnya disepakati pada tanggal 8 April 2005 dalam bentuk sebuah Provisional Agreement.64
64
Sobar Sutrina, Batas-batas NKRI, Makalah dalam “Seminar Nasional Batas
Wilayah”diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Teknik Geodesi FT-UGM di Yogyakarta pada tanggal 3 Mei 2005.
2. Faktor ekonomi
Dalam posisi Rupiah saat ini belum memungkinkan setiap negara mau untuk membayar atau dibayar dalam Rupiah. Maka pengaturan yang berbeda tentang kewajiban penggunaan Rupiah perlu diatur dalam sistem pembayaran untuk transaksi ekspor impor.Pengaturan ini bukan berarti pelegalan tanpa batas penggunaan uang asing dalam transaksi ekpor impor tapi lebih pada pengaturan bagaimana transaksi ekspor impor Indonesia tetap lancar tetapi tidak mengarah pada penurunan nilai Rupiah.
3. Faktor geografis
Wilayah Indonesia merupakan salah satu kawasan di dunia yang cukup diakui keindahan dan keunikan kekayaan alamnya. Hal ini membuat beberapa wilayah di Indonesia merupakan kawasan wisata yang sudah bertaraf internasional dengan segmen pasar bukan hanya penduduk pribumi tetapi juga wisatawan mancanegara dari berebagai negara di dunia.Potensi ini harus terus dikembangkan sebagai salah satu asset negara.65 Pengecualian penggunaan mata uang Rupiah untuk diperlukan karena jika kewajiban penggunaan mata uang Rupiah diberlakukan, maka hal tersebut akan menjadi halangan bagi wisatawan yang berasal dari luar negeri. Yang dapat menyebabkan penurunan pendapatan negara dari sektor pariwisata.
65
Pada kenyataanya dewasa ini tidak semua transaksi di wilayah Republik Indonesia bisa menggunakan Rupiah, tetapi seharusnya pengecualian penggunaan mata uang Rupiah adalah dengan pembatasan yang tegas, sehingga tidak mengaburkan kewajiban penggunaan Rupiah sebagai Legal tender. Pengaturan semacam ini juga dimaksudkan sebagai upaya untuk mengangkat mata uang Rupiah di dunia internasional, urgensinya adalah agar mata uang kita punya nilai di mata masyarakat dunia. Selama ini kita menyadari di luar negeri tidak semua negara menyediakan penukaran uang Rupiah Indonesia. Hal ini berarti bahwa nilai Rupiah kita terperosok jauh dari negara-negara lain.66
Keharusan untuk menggunakan uang Rupiah dalam setiap transaksi di wilayah Negara Indonesia tidak dapat diterapkan secara kaku. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara yang besar. Dan merupakan pasar bagi dunia internasional untuk melakukan kegiatan ekonomi berupa jual beli. Dengan kondisi demikian mata uang Rupiah tidak dapat selalu menjadi alat pertukaran di dalam lintas perdagangan terutama perdagangan internasional.
Sebagai negara yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Indonesia diharuskan melakukan hubungan dengan luar negeri dalam hal memenuhi kebutuhannya. Untuk itu pengecualian penggunaan mata uang Rupiah sangat bermanfaat bagi Indonesia. Sehingga dengan adanya pengecualian ini Indonesia tidak memiliki hambatan dalam melakukan transaksi dengan luar negeri.
66
Bukan saja untuk negara tetapi hal ini juga memberikan kemudahan kepada para pengusaha yang melakukan kegiatan bisnis dengan luar negeri yang selama ini sering sekali mengalami hambatan dalam melakukan transaksi untuk kegiatan bisnis yang juga nantinya dapat membantu pertumbuhan ekonomi. Negara dapat membantu hal tersebut dengan mengeluarkan peraturan terhadap daerah-daerah yang merupakan daerah perbatasan yang sering melakukan kegiatan bisnis internasional. Sehingga para pengusaha dapat terlindungi dengan adanya pengecualian penggunaan mata uang Rupiah tersebut.
C. Kegiatan yang Dikecualikan dalam Penggunaan Mata Uang Rupiah Dalam hal kegiatan yang dikecualikan dalam penggunaan mata uang Rupiah diatur di dalam Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang. Adapun kegiatan yang dikecualikan dalam penggunaan Mata Uang Rupiah tersebut adalah:
1. Transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara;
Dalam membahas mengenai kegiatan pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara maka tidak terlepas pengelolaan keuangan negara. Yang berdasarkan atas Legal Framework antara lain meliputi:
a) UUD Negara Republik Indonesia 1945
b) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Daerah c) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara d) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
e) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Propenas f) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2014 Tentang APBN
g) Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah
h) Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran kementrian Negara/lembaga
i) Peraturan Presiden Pelaksanaan APBN
j) Peraturan Presiden Rencana Pembangunan Tahunan.67
Pendapatan negara yang diperkenanakan secara yuridis tersebar dalam berbagai jenis. Hal ini dimaksudkan agar mudah dipahami substansi terhadap pendapatan negara tersebut. Adapun jenis pendapatan negara sebagai sumber keuangan negara adalah sebagai berikut:
a) Pajak negara
Yang terdiri dari pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai barang dan jasa, pajak penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, bea materai.
b) Bea dan cukai
Yang terdiri dari bea masuk, cukai gula, cukai tembakau. c) Penerimaan negara bukan pajak
Yang terdiri dari penerimaan yang besumber dari pengelolaan dana pemerintah, penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam, penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, penerimaan dari
67
W. Riawan Tjandra, Hukum Keuangan Negara (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh pemerintah, penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan denda administrasi, penerimaan berupa hibah yang merupakan hak pemerintah, penerimaan lainnya yang diatur dalam undang-undang tersendiri.68
Anggaran negara merupakan bentuk tindakan atau perbuatan hukum yang dilakukan oleh Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat. Dimana fungsi dari anggaran adalah perpaduan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan oleh presiden dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Presiden pada hakikatnya merupakan pelaksana kedaulatan rakyat di bidang pemerintahan negara sehingga berwenang mengajukan rancangan anggaran negara. Kemudian, Dewan Perwakilan Rakyat merupakan pula pelaksana kedaulatan rakyat di bidang legislasi, khususnya bidang anggaran negara. Presiden menguasai dan melaksanakan anggaran negara karena berada dalam kedudukan sebagai Chief Financial Officer (CFO).Sementara itu, menteri-menteri sebagai Chief operational Officer (COO). Kecuali Menteri Keuangan berada dalam kedudukan, baik sebagai Chief Operational Officer karena memperoleh mandat maupun Chief Financial Officer karena memperoleh delegasi dari presiden.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara Pasal 1 angka 13 dan angka 14 dapat dikatakan secara singkat bahwa pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Sedangkan belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Pasal 5 ayat (1) dikatakan bahwa “Satuan hitung
68
dalam penyusunan, penetapan, dan pertanggungjawaban APBN/APBD adalah mata uang Rupiah. Namun hal tersebut dikecualikan dalam ayat (2) yang
menyatakan bahwa “Penggunaan mata uang lain dalam pelaksanaan
APBN/APBD diatur oleh Menteri Keuangan sesuai dengan ketentuan perundang- undangan yang berlaku.
Berarti di dalam pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara dapat menggunakan mata uang selain Rupiah dalam melakukan transaksi.Dengan syarat adanya ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
2. Penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri;
Hibah adalah penerimaan daerah yang berasal dari pemerintah negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional, Pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau perorangan, baik dalam bentuk devisa, Rupiah maupun barang atau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayarkan kembali.69
Sumber- sumber hibah antara lain:
a. Hibah kepada pemerintah daerah dapat bersumber dari: 1) Pemerintah;
2) Pemerintah daerah lain;
3) Badan/lembaga/organisasi swasta dalam negeri; dan 4) Kelompok masyarakat/perorangan dalam negeri. b. Hibah dari pemerintah dapat bersumber dari:
69
www.djpk.kemenkeu.go.id/attachments/article/190/Hibah_Daerah.pdf (diakses tanggal 25 September 2014).
1) Pendapatan APBN;
2) Pinjaman Luar Negeri;dan/atau 3) Hibah Luar Negeri.
c. Hibah dari Pinjaman Luar Negeri dan Hibah Luar Negeri dapat bersumber dari pemerintah negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional dan/atau donor lainnya.70
Transaksi penerimaan dan pemberian hibah dari atau ke luar negeri. Sama halnya dengan dengan transaksi anggaran pendapatan dan belanja negara disebabkan karena hibah merupakan salah satu sumber APBN/APBD. Maka sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Maka dapat menggunakan mata uang asing. Dalam pelaksanaan APBN/APBD yang diatur oleh menteri keuangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam Peraturan Pemerintah No 2 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penerimaan dan atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan atau Hibah Luar Negeri pasal 6 ayat (1). Dalam rangka perencanaan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri Presiden menetapkan Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar Negeri selama 5 (lima) tahun, berdasarkan usualan Menteri dan Menteri Perencanaan yang disusun dengan prioritas bidang pembangunan yang dapat dibiayai dengan pinjaman luar negeri.
70
3. Transaksi perdagangan internasional;
Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri, maka perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan ini disebabkan oleh faktor-faktor antara lain:
a. Pembeli dan penjual terpisah oleh batas-batas kenegaraan.
b. Barang harus dikirim dan diangkut dari suatu negara ke negara lainnya melalui bermacam peraturan seperti pabean, yang bersumber dari pembatasan yang dikeluarkan oleh-oleh masing-masing pemerintah. c. Antara satu negara dengan negara lainnya terdapat perbedaan dalam
bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan, hukum dalam perdagangan dan sebagainya.71
Setiap negara yang melakukan perdagangan dengan negara lain tentu akan memperoleh manfaat bagi negara tersebut. Manfaat tersebut antara lain:
1. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri.
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktor faktor tersebut diantaranya: kodisi geografi, iklim, tingkat
71
Mahmul Siregar dalam Kuliah Transaski Bisnis Internasional di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Tanggal 14 Februari 2014.
penguasaan IPTEK. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.
2. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi.
Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.
3. Memperluas pasar dan menambah keuntungan.
Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinya (alat produksinya) dengan maksimal karena khawatir akan terjadi kelebihan produksi. Yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin- mesinnya secara maksimal dan menjual kelebihan produk ke luar negeri. 4. Transfer teknologi modern
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efisien dan cara-cara manajemen yang lebih modern.72
Setiap negara dalam kehidupan di dunia ini pasti melakukan pasti melakukan interaksi dengan negara-negara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk perdagangan antar negara atau yang lebih dikenal dengan istilah perdagangan internasional. Beberapa alasan yang
72
menyebabkan terjadinya perdagangan antar negara atau perdagangan internasional antara lain:
1. Revolusi informasi dan transportasi
Ditandai dengan berkembangnya era informasi teknologi, pemakaian sistem berbasis komputer serta kemajuan dalam bidang informasi, penggunaan satelit serta digitalisasi pemprosesan data, berkembangnya peralatan komunikasi. 2. Interdepedensi kebutuhan
Masing-masing negara memiliki keunggulan serta kelebihan di masing- masing aspek, bisa ditinjau dari sumber daya alam, manusia, serta teknologi. Kesemuanya itu akan berdampak pada ketergantungan antara negara yang satu dengan yang lainnya.
3. Liberalisasi ekonomi
Kebebasan dalam melakukan transaksi serta melakukan kerja sama memiliki implikasi bahwa masing-masing negara akan mencari peluang dengan berinteraksi melalui perdagangan antar negara.
4. Azas keunggulan komparatif
Keunikan suatu negara tercermin dari apa yang dimiliki oleh negara tersebut yang tidak dimiliki oleh negara lain. Hal ini akan membuat negara memiliki keunggulan yang dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan bagi negara tersebut.
5. Kebutuhan devisa
Perdagangan internasional juga dipengaruhi oleh faktor kebutuhan akan devisa suatu negara. Dalam memenuhi segala kebutuhannya setiap negara harus
memiliki cadangan devisa yang digunakan dalam melakukan pembangunan, salah satu sumber devisa adalah pemasukan dari perdagangan internasional.73
Dalam perdagangan internasional dikenal adanya prinsip dalam hukum perdagangan internasional diperkenalkan oleh sarjana hukum perdagangan internasional yaitu Aleksander Goldstain. Memperkenalkan tiga prinsip dasar tersebut dasar tersebut, yaitu prinsip kebebasan para pihak dalam berkontrak (the principle of the freedom of contract), prinsip pacta sunt servanda; dan prinsip penggunaan arbitrase.74
Berkenaan dengan transaksi perdagangan internasional terhadap pengecualian penggunaan mata uang adalah prinsip kebebasan para pihak dalam berkontrak (the principle of the freedom of contract). Dalam kebebasan berkontrak sebenarnya merupakan prinsip universal dalam hukum perdagangan internasional. Setiap sistem hukum pada bidang hukum dagang mengakui kebebasan para pihak ini untuk membuat kontrak-kontrak dagang.
Kebebasan tersebut mencakup bidang hukum yang cukup luas. Meliputi kebebasan untuk melakukan jenis-jenis kontrak yang para pihak sepakati. Termasuk pula kebebasan untuk memilih forum penyelesaian sengketa dagangnya. Mencakup pula kebebasan untuk memilih hukum yang akan berlaku terhadap kontrak. Kebebasan ini sudah barang tentu tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, kepentingan umum, kesusilaan, kesopanan, dan persyaratan yang ditetapkan oleh masing-masing sistem hukum.75
73
Ibid.
74
Aleksander Goldstain, The New Law of Merchant (JBL, 1961), hlm. 12.
75
Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
Melihat dari prinsip dasar kebebasan berkontrak dan tujuan dari perdagangan internasional tampak bahwa UU Mata Uang memberikan pengaturan terhadap pengecualian terhadap penggunaan mata uang Rupiah dalam hal diatur dalam kontrak. Dalam Pasal 23 ayat (2) UU Mata Uang menyatakan bahwa dikecualikan untuk pembayaran atau untuk penyelesaian kewajiban dalam valuta asing yang telah diperjanjikan secara tertulis di Wilayah Kesatuan Republik Indonesia.
4. Simpanan di bank dalam bentuk valuta asing;
Valuta asing adalah mata uang negara lain yang dimiliki oleh perorangan, instansi swasta atau pemerintah suatu negara. Bagi negara yang mengeluarkan, mata uang tersebut adalah mata uang domestic (national currency), merupakan alat penukar dan pembayaran yang sah di negara tersebut.76
Valuta asing baru akan mempunyai arti, apabila suatu valuta dapat ditukarkan terhadap valuta lainnya. Dengan pengertian tersebut maka terdapat dua macam sistem pertukaran valuta asing atau disebut sebagai konvertabilitas, yaitu pertukaran dengan suatu pembatasan dan pertukaran tanpa pembatasan. Pertukaran tanpa pembatasan artinya apabila baik penduduk maupun bukan penduduk suatu negara dapat menukarkan valuta negara yang bersangkutan ke dalam valuta asing dengan nominal tanpa batas.77
Perekonomian modern saat ini menganggap valuta asing dapat sebagai komoditi, yaitu sama dengan komoditas lain seperti logam mulia (emas), properti dan komoditas lainnya yang dapat diperdagangkan ke seluruh mancanegara.
76
Wiene Sandyawati, Valuta Asing Jurus Ampuh Dalam Kebutuhan Dana Jangka Pendek
Investor (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm. 14. 77
Dalam melaksanakan transaksi valuta asing, bank harus mengusahakan (maintain) dalam beberapa mata uang dunia. Bank devisa mengadakan hubungan korespondensi dengan bank-bank lain untuk keperluan transaksi valuta asing, baik yang menyangkut perdagangan internasional maupun ekspor/impor.