• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI SINGKAT GUNTUR SITOHANG

2.3 Pengertian Biografi

Luas keseluruhan desa Turpuk Limbong mencapai 8,75 Km. Wilayah ini terdiri dari, 56 ha lahan persawahan, tanah kering 80 ha, pekarangan 8 ha, dan 371 ha lahan bebas. Lahan bebas yang dimaksud yaitu pegunungan yang mengelilingi desa.

Desa Turpuk Limbong ini didiami sekitar 116 kepala keluarga. Dengan perincian, jumlah penduduk Desa Turpuk Limbong, sekitar 658 jiwa. Laki-laki 317 jiwa dan wanita 341 jiwa. Infrastruktur yang dapat ditemukan di daerah ini terdapat satu unit Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), satu unit Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), satu unit Kantor Kepala Desa, satu unit Gereja HKBP, satu unit Gereja Katolik dan satu unit Sekolah Dasar (SD). Salah satu keistimewaan desa Turpuk Limbong, yaitu desa ini merupakan salah satu desa tertua di kecamatan Harian Boho.8

2.3 Pengertian Biografi

Wikipedia.org/Biografi mengatakan, dalam disiplin sejarah, biografi dapat didefinisikan sebagai sebuah riwayat hidup seseorang. Sebuah tulisan biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa tulisan yang lebih dari satu buku. Perbedaannya adalah biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta kehidupan seseorang dan peranan pentingnya dalam masyarakat. Sedangkan biografi yang lengkap biasanya memuat dan mengkaji informasi-informasi penting, yang dipaparkan lebih detail dan tentu saja dituliskan dengan penulisan yang baik dan jelas.

8

22

Sebuah biografi biasanya menganalisis dan menerangkan kejadian-kejadian pada hidup seorang tokoh yang menjadi objek pembahasannya. Dengan membaca biografi, pembaca akan menemukan hubungan keterangan dari tindakan yang dilakukan dalam kehidupan seseorang tersebut, juga mengenai cerita-cerita atau pengalaman-pengalaman selama hidupnya.

Suatu karya biografi biasanya bercerita tentang kehidupan orang terkenal dan orang tidak terkenal, dan biasanya biografi tentang orang yang tidak terkenal akan menjadikan orang tersebut dikenal secara luas, jika di dalam biografinya terdapat sesuatu yang menarik untuk disimak oleh pembacanya. Namun demikian biasanya biografi hanya berfokus pada orang-orang atau tokoh-tokoh terkenal saja.

Tulisan biografi biasanya bercerita mengenai seorang tokoh yang sudah meninggal dunia, namun tidak jarang juga mengenai orang atau tokoh yang masih hidup. Banyak biografi yang ditulis secara kronologis atau memiliki suatu alur tertentu, misalnya memulai dengan menceritakan masa anak-anak sampai masa dewasa, namun ada juaga beberapa biografi yang lebih berfokus pada suatu topik-topik pencapaian tertentu.

Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung, bahan utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, kliping atau Koran. Sedangkan bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku, refrensi atau sejarah yang memaparkan peranan subjek biografi tertentu.

23 2.4 Biografi Singkat Guntur Sitohang

Guntur Sitohang lahir 19 desember 1936 di desa Urat Kabupaten Samosir dari pasangan B. Sitohang dan S. Simbolon. Ia merupakan anak bungsu dari tujuh orang bersaudara diantara lima anak perempuan dan dua anak laki-laki. Seperti pada umumnya masyarakat Batak Toba di Samosir, di masa hidupnya orang tua Guntur Sitohang bekerja sebagai petani dan mengajar di Sekolah Dasar Negeri yang ada di komplek perumahan tempat beliau berdomisili.

2.4.1 Masa kecil

Guntur Sitohang menghabiskan masa kecilnya di desa Urat dan Harian Boho Kabupaten Samosir. Sedikit berbeda dari saudara-saudaranya yang tergolong rajin dalam membantu orang tuanya dalam mencari nafkah, Guntur Sitohang lebih sering menghabiskan waktu dengan bermain. Menurut pengakuannya, hal itu terjadi karena posisisnya sebagai anak bungsu sehingga mendapat lebih kebebasan dari saudara-saudaranya yang lain. Keadaan tersebut membuatnya lebih leluasa bermain musik dengan teman-temannya.

2.4.2 Pendidikan

Pada tahun 1948 Sekolah Dasar (SD) masih bernama Sekolah Rakyat (SR). Hal ini justru terbilang unik sebab di tahun itu untuk pertama kalinya mendaftarkan diri memulai sekolah di Sekolah Rakyat 6 Harian Boho. Sementara usia nya pada saat itu sudah memasuki sebelas tahun. Di tahun kedua setelah duduk di bangku kelas dua, nama sekolah rakyat berganti menjadi Sekolah Dasar (SD) .

24

Enam tahun menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar , Guntur Sitohang melanjutkan pendidikannya di Sekolah Guru Biasa (SGB) di kecamatan Harian Boho. Sekolah Guru Biasa merupakan sekolah kejuruan yang berada satu tingkat diatas Sekolah Dasar, dimana pada masa itu lulusan SGB dapat menjadi tenaga pengajar di Sekolah Dasar.

2.4.2 Latar belakang keluarga

Guntur Sitohang menikah pada tahun 1964 dengan Tiamsah Habeahan yang merupakan teman sekolahnya sejak Sekolah Guru Biasa. Pasangan ini memiliki 11 anak yang terdiri dari 5 orang laki-laki dan 6 orang perempuan , ditambah satu orang anak perempuan yang merupakan anak angkat.

Anak pertama adalah seorang wanita yang bernama Megawati Sitohang yang lahir pada tahun 1964 berdomisili, di Jambi pekerjaan ibu rumah tangga. Pendidikan terakhir tamat SMA. Anak ke dua beliau bernama Baktiar Sitohang yang lahir pada tahun 1966. Namun pada usia 42 tahun mengalami sakit dan akhirnya meninggal. Pendidikan terakhir adalah SMA. Anak ke tiga bernama Lasnur Maya Sitohang yang lahir pada tahun 1968, berdomisili di Jakarta. Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan pendidikan terakhir SMA. Anak ke empat bernama Martogi Sitohang yang lahir pada tahun 1970. berdomisili di Jakarta dan menjadi seorang musisi tradisional Batak Toba yang cukup terkenal. Pendidikan terakhir S-1 dari Universitas Sumatera Utara Departemen Etnomusikologi. Anak ke lima bernama Junihar Sitohang lahir pada tahun 1972, berdomisili di Medan. Anak ini memiliki bakat lengkap yang diwariskan ayahnya sebagai pemusik dan pembuat alat musik. Pendidikan terakhir adalah SMA. Anak

25

ke enam bernama Rumonang Sitohang yang lahir pada tahun 1976 berdomisili di Medan dan pendidikan terkhirnya adalah tamatan SMA. Yang berikutnya adalah Hardoni Sitohang yang merupakan anak ke tujuh yang lahir pada tahun 1978 berdomisili di Medan, pendidikan terakhir Sarjana Seni dari Universitas Negeri Medan. Hardoni Sitohang juga telah banyak berkarya dengan mengkolaborasikan alat musik tradisional Batak Toba dengan alat musik Barat. Anak ke delapan bernama Naldy Sitohang yang lahir pada tahun 1980 berdomisili di Jakarta, pekerjaan pengusaha cafe, pendidikan terakhir Sarjana Hukum dari Universitas Riau. Anak ke sembilan bernama Senida Sitohang yang lahir pada tahun 1982 berdomisili di Pangururan, pekerjaan ibu rumah tangga. Kemudian anak kesepuluh bernama Martahan Sitohang yang lahir pada tahun 1984 berdomisili di Medan pekerjaan sebagai pemusik tradisional Batak Toba. Pendidikan terakhir S-1 dari Universitas Sumatera Utara Departemen Etnomusikologi. Anak bungsu bernama Elfrida Sitohang yang lahir pada tahun 1987 berdomisili di Desa Turpuk Limbong, pekerjaan ibu rumah tangga dan telah menyelesaikan perkuliahannya di Institut Pertanian Bogor (d3).

Keseluruhan anak beliau mendukung penuh kegiatan orang tua mereka. Mereka sering membantu ayahnya dalam mengerjakan pembuatan alat musik tradisional Batak Toba. Sejak kecil anak-anak dari Guntur Sitohang tidak pernah dimanjakan dan dibiasakan hidup mandiri dan juga diajarkan bermain alat musik tradisional Batak Toba. Sebagai orang Kristen, Guntur Sitohang selalu membawa anak-anaknya ke gereja setiap minggunya.

26

Sebagai pemusik Batak Toba yang cukup diakui, Guntur Sitohang mempunyai proses belajar yang cukup panjang. Hal ini terjadi karena disamping sebagai pemusik beliau juga dikenal sebagai pembuat alat musik. Pembelajaran tersebut mencakup proses mengenal, melatih diri hingga berkarya tidak hanya dalam bermain alat musik, namun juga membuat alat musik.

Awal mula beliau mengenal alat musik Batak Toba adalah dimulai pada masa kanak-kanak. Salah seorang bapatua (abang bapak) dari Guntur Sitohang yaitu Mangumbang Sitohang adalah salah seorang pemain musik Opera Batak. Dari sinilah awal mula Guntur Sitohang mencuri kesempatan memainkan alat musik berdasarkan yang dilihatnya. Seiring perjalanan Guntur Sitohang dalam bermain alat musik, beliau mulai mencoba membuat alat musik. Dalam hal ini alat musik pertama yang dibuat adalah sarune etek. Hal ini dikarenakan karena pada awalnya setiap pertunjukan beliau lebih sering memainkan alat musik sarune etek ketimbang alat musik Batak Toba lainnya.

Guntur Sitohang tidak memiliki guru yang mengajarnya dalam membuat alat musik melainkan belajar sendiri. Beliau mencoba membuatnya dengan cara memperhatikan alat musik yang sudah ada sebagai pedoman dalam pembuatannya. Setelah proses membuat alat musik sarune etek berhasil, kemudian beliau mencoba membuat alat musik lainnya seperti sulim, hasapi, garantung, taganing. Awalnya alat musik yang dibuatnya hanya dipakai orang dekat ataupun grup Opera Batak dimana beliau juga sebagai anggota didalamnya.

Namun tanpa disadari kualitas dari alat musik yang dibuatnya tergolong baik dan tahan lama. Hingga akhirnya permintaan untuk hasil karyanya mulai

27

berdatangan dari beberapa grup musik Batak Toba di beberapa daerah di luar Samosir. Pada umumnya para pemusik tersebut mendapat informasi dari mulut ke mulut tentang kualitas yang baik dari hasil karya Guntur Sitohang.

Sampai saat ini Guntur Sitohang masih aktif dalam membuat alat musik namun tidak seaktif dulu. Disamping usianya yang semakin tua, kondisi kesehatan beliau juga menjadi salah satu faktor yang menjadi penghalang dalam membuat alat musik tradisional Batak Toba.

2.4.4 Alat musik Batak Toba yang dikuasai

Pada awal belajar bermain alat musik, Guntur Sitohang belajar bermain

garantung. Beliau belajar bermain garantung dari apa yang dilihatnya karena

belum mempunyai guru yang mengajarinya bermain garantung. Melihat bakat dan kemauan belajar yang tinggi dari Guntur Sitohang, bapatua nya menghadiahkan sebuah garantung asl-asaln yang belum beraturan.

Dukungan inilah yang dimanfaatkan Guntur untuk belajar lebih giat lagi. Walaupun belajar secara otodidak, seiring berjalannya waktu beliau semakin mahir memainkan alat musiknya. Bukan hanya garantung saja, bahkan alat musik lainnya seperti sulim, hasapi dan sarune etek.

Hingga saat ini beliau sudah menguasai seluruh alat musik Batak Toba. Mulai dari garantung, sulim, hasapi, sarune etek, sarune bolon, taganing, sordam, tulila, saga-saga dan lain-lain. Bahkan dalam hampir setiap ada acara kebudayaan Batak Toba yang diadakan pemerintah pusat maupun daerah, beliau selalu diundang untuk bermain alat musik. Hal inilah yang membuat beliau diberi

28

julukan sebagai guru kesenian, karena selain mahir bermain dan membuat alat musik, beliau juga pandai mengajar koor (paduan suara). Disamping itu beliau juga ditunjuk sebagai penilik kebudayaan yang bertugas untuk melihat dan mengontrol kebudayaan sampai beliau pensiun.

BAB III

Dokumen terkait