• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DASAR TEORI

2.1. Pengertian

2.1.1. Protokol Jaringan

Agar suatu komputer dapat berkomunikasi dengan komputer lain, kedua komputer tersebut membutuhkan kesepakatan tentang tata cara berkomunikasi. Tata cara atau aturan komunikasi ini yang disebut dengan protokol. Salah satu perbedaan mendasar dari berbagai protokol jaringan adalah dari segi penamaan suatu entity, seperti komputer milik si A diberi nama xxx dan printer si B diberi nama yyy.

Ada tiga protokol yang dikenal di jaringan komputer, yaitu :

a. NetBEUI (NetBIOS Extended User Interface) menggunakan aturan penamaan dengan 16 karakter dengan 15 karakter untuk nama dan satu karakter untuk tipe dari entity.

b. IPX/SPX (Internet/Sequence Packet eXchane) merupakan pengembangan dari NetBEUI dengan penambahan kemampuan routing dan remote console.

c. TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol) menggunakan aturan penamaan dengan beberapa angka numerik yang dipisahkan dengan titik (dotted decimal). TCP/IP merupakan kontrol jaringan yang paling banyak digunakan karena didorong dari kenyataan bahwa Internet menggunakan protokol TCP/IP.

Protokol yang terpasang di komputer dapat dilihat pada window Local

Area Connection Properties seperti pada Gambar 2.1. Untuk melihat window ini,

dapat dilihat pada menu Helpdesk Setting Komputer pada sub-menu Intranet[3].

Gambar 2.1. Protokol yang terpasang di komputer pada window Local Area

Connection Properties[3]

2.1.1.1. Layer pada TCP/IP

TCP/IP merupakan 2 buah protokol terpisah. TCP (Transmission Control

Protocol) berfungsi untuk manajemen pengiriman data, yaitu bagaimana caranya

agar data tersebut bisa sampai di tujuan dengan selamat dan IP (Internet Protocol) berfungsi untuk pengalamatan, yaitu bagaimana caranya membedakan antara komputer milik si A dengan printer milik si B.

Untuk IP, suatu entity (komputer, printer, server, dan lain-lain) dibedakan

dengan kombinasi beberapa angka yang dipisahkan dengan titik. Pada IP versi 4, jumlah angka yang digunakan adalah 4. Setiap angka berkisar antara 0 - 255

(berasal dari kombinasi 8 bit). Untuk melihat alamat IP yang terpasang pada komputer, dapat dilihat pada Command Prompt (Start > All Programs >

Accessories > Command Prompt) dan kemudian mengetikkan command

"ipconfig" seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Command prompt untuk melihat alamat IP yang terpasang pada komputer[3]

Pada contoh di atas terlihat bahwa alamat IP untuk komputer tersebut adalah 10.14.201.100. Alamat ini akan berbeda dengan alamat IP di komputer

user biasanya, karena satu alamat hanya boleh dimiliki oleh satu entity[3].

Internet pada mulanya didesain dengan dua kriteria utama. Dua kriteria ini mempengaruhi dan membentuk hardware dan software yang digunakan sekarang. Kriteria tersebut meliputi beberapa hal, yaitu jaringan harus melakukan komunikasi antara para peneliti di belahan dunia yang berbeda dan memungkinkan mereka dapat berbagi dan berkomunikasi mengenai penelitian mereka satu sama lain.

Riset memerlukan berbagai komputer dari beragam platform dan arsitektur jaringan yang berbeda untuk keperluan keilmuan. Untuk itu diperlukan protocol

dan bahkan sistem jaringan yang berbeda. Lebih jauh lagi, jaringan harus merupakan jaringan komunikasi yang kuat yang mempunyai kemampuan dapat bertahan dari serangan nuklir. Rancangan ini membawa ke arah desentralisasi jaringan yang terdiri dari jaringan yang terpisah, lebih kecil, jaringan yang diisolasi yang mempunyai kemampuan otomatis bila diperlukan.

Layer (lapisan pada suatu protokol) dimaksudkan untuk benar-benar

terpisah dari satu sama lain dan juga independen. Layer tidak mengandalkan informasi detail dari layer yang lain. Arsitektur rancangan ini membuat lebih mudah untuk melakukan pemeliharaan karena layer dapat didesain ulang atau dikembangkan tanpa merusak integritas stack protocol.

Seperti halnya protokol komunikasi yang lain, maka TCP/IP juga mempunyai beberapa layer, yaitu :

a. IP (Internet Protocol) yang berperan dalam pengiriman paket data dari node ke node. IP mendahului setiap paket data berdasarkan 4 byte (untuk versi IPv4) alamat tujuan (nomor IP). Internet authorities menciptakan range angka untuk organisasi yang berbeda. Organisasi menciptakan grup dengan nomornya untuk departemen. IP bekerja pada mesin gateway yang memindahkan data dari departemen ke organisasi kemudian ke region dan kemudian ke seluruh dunia.

b. TCP (Transmission Control Protocol) berperan di dalam memperbaiki pengiriman data yang benar dari suatu clien ke server. Data dapat hilang di tengah-tengah jaringan. TCP dapat mendeteksi error atau data yang hilang dan

kemudian melakukan transmisi ulang sampai data diterima dengan benar dan lengkap.

c. Sockets yaitu merupakan nama yang diberikan kepada subrutin paket yang menyediakan akses ke TCP/IP pada kebanyakan sistem.

Aplikasi jaringan yang dapat berkomunikasi menggunakan protokol TCP/IP, aplikasi ini akan mengirimkan data melalui port yang sesuai untuk kemudian disalurkan melalui tiga layer TCP/IP yang digambarkan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Layer pada protokol TCP/IP[3]

Pada layer transport, terlihat adanya dua jenis protokol transport, yaitu TCP dan UDP (User Datagram Protocol). Perbedaan utama di antara keduanya adalah UDP lebih mementingkan kecepatan transmisi sehingga tidak mempedulikan apakah suatu data sampai dengan selamat atau tidak, sementara TCP lebih mementingkan reliabilitas, yaitu setiap data harus sampai dengan selamat[3].

2.1.1.2. Open System Interconnection (OSI)

OSI diperkenalkan dan dikembangkan oleh International Standard

Organization (ISO) dengan maksud untuk memberikan suatu standarisasi bagi

komunikasi data antar piranti (misal: komputer, terminal) yang mungkin mempunyai karakteristik yang berbeda yang terhubung ke jaringan.

Model OSI membagi fungsi komunikasi menjadi satu set hirarki layer yang terdiri dari 7 layer. Tiap layer memberi layanan yang spesifik dalam jaringan. Header-header dan layer protokol OSI, yaitu :

Aplikasi Presentasi Sesi Transport Jaringan Hubungan Data Fisik PDU Sesi PDU Presentasi

PDU Hubungan Data PDU Jaringan PDU Transport PDU Aplikasi Aplikasi Galat DLH NH DLH PH TH

Gambar 2.4. Layer protokol OSI [4]

Tiap layer terdiri dari fungsi-fungsi yang hampir sama dan antar layer mempunyai fungsi yang berbeda. Model OSI mensyaratkan bahwa fungsi setiap

Layer yang berperan penting dalam MPLS, yaitu :

a. Layer 2 (Lapisan Hubung Data/Data Link Layer)

Tanggungjawab untuk menyediakan fasilitas pengiriman bit data dari satu titik (node) ke titik lain. Node adalah piranti-piranti yang dapat berkomunikasi dan terhubung dengan jaringan. Data link layer ini lebih rendah dibanding

layer yang lain dan berfungsi menyediakan mekanisme pengalamatan yang

memungkinkan pesan yang dikirim sampai ke tujuan benar. Selain itu, menerjemahkan pesan-pesan dari layer yang lebih tinggi menjadi bit-bit yang dapat ditransmisikan oleh physical layer. Untuk layer yang lebih atas pada prinsipnya layanan yang diberikan adalah kendali dan deteksi galat, sehingga

layer di atas data link ini menganggap bahwa jalur transmisi yang akan

dilewati bebas dari galat.

Layer ini juga membentuk pesan dari layer yang lebih tinggi menjadi

bingkai data yang akan ditransmisikan melalui physical layer. Struktur bingkai secara umum pada Gambar 2.5.

Bendera Alamat Kendali Data FCS Bendera Gambar 2.5. Struktur bingkai secara umum[4]

b. Layer 3 (Lapisan Jaringan/Network Layer)

Pada suatu internetwork tiap jaringan di dalamnya diidentifikasikan secara

unik oleh alamat jaringan. Pada network layer, pesan dari layer yang lebih tinggi akan mendapatkan penambahan header yang berupa alamat asal dan tujuan jaringan. Informasi alamat jaringan digunakan untuk mengirim pesan

ke jaringan yang benar. Proses perutean paket ke jaringan yang benar ini disebut routing. Layer jaringan mengendalikan routing dan penyambungan (switching) pesan yang tidak bergantung pada jaringan yang sedang digunakan. Layer jaringan beroperasi secara independen terlepas dari media fisik.

Pada dasarnya fungsi paling utama dari layer ini adalah melakukan penyambungan, routing, penomoran, kendali kanal logika, kendali aliran, pemecahan dan penggabungan pesan. Layer ini tidak mutlak harus digunakan dalam suatu jaringan. Jika jaringan itu hanya merupakan suatu koneksi data yang sederhana tidak memerlukan jaringan yang luas maka layer jaringan ini tidak perlu digunakan dan dapat dihilangkan. Koneksi sederhana ini misalnya koneksi titik ke titik atau multi titik ke LAN[4].

2.1.2. Konsep Dasar MPLS

Teknologi ATM dan Frame Relay bersifat connection-oriented, yaitu setiap virtual circuit harus dibentuk dengan protokol persinyalan sebelum ditransmisikan. IP bersifat connectionless, yaitu protokol routing menentukan arah pengiriman paket dengan bertukar info routing. MPLS mewakili konvergensi kedua pendekatan ini.

MPLS adalah arsitektur jaringan yang didefinisikan oleh IETF (Internet

Engineering Task Force) untuk memadukan mekanisme label swapping di layer

dua dengan routing di layer 3 untuk mempercepat pengiriman paket. Arsitektur MPLS dipaparkan dalam RFC (Request for Comments)-3031.

Gambar 2.6. Arsitektur MPLS menurut RFC 3031 [1]

Jaringan MPLS terdiri atas sirkit yang disebut Label Switched Path (LSP), yang menghubungkan titik-titik yang disebut Label Switched Router (LSR). LSR pertama dan terakhir disebut ingress dan egress. Setiap LSP dikaitkan dengan sebuah Forwarding Equivalence Class (FEC), yang merupakan kumpulan paket yang menerima perlakuan forwarding yang sama di sebuah LSR. FEC diidentifikasikan dengan pemasangan label.

Untuk membentuk LSP, diperlukan suatu protokol persinyalan. Protokol ini menentukan forwarding berdasarkan label pada paket. Label yang pendek dan berukuran tetap mempercepat proses forwarding dan mempertinggi fleksibilitas pemilihan path. Hasilnya adalah network datagram yang bersifat lebih

connection-oriented[1].

2.1.2.1. Enkapsulasi Paket

Tidak seperti ATM yang memecah paket-paket IP, MPLS hanya melakukan enkapsulasi paket IP, dengan memasang header MPLS. Header MPLS terdiri atas 32 bit data, termasuk 20 bit label, tiga bit eksperimen, satu bit

identifikasi stack, dan delapan bit TTL (Time To Live). Label adalah bagian dari

header yang memiliki panjang bersifat tetap dan merupakan satu-satunya tanda

identifikasi paket. Label digunakan untuk proses forwarding, termasuk proses

traffic engineering.

Gambar 2.7. Gambar label yang merupakan bagian dari header[1]

Sedangkan untuk letak label pada sebuah LSP dapat dilihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8. Gambar letak label pada sebuah LSP[5]

Setiap LSR memiliki tabel yang disebut label-swiching table. Tabel itu berisi pemetaan label masuk, label keluar, dan link ke LSR berikutnya. Saat LSR menerima paket, label paket akan dibaca, kemudian diganti dengan label keluar, lalu paket dikirimkan ke LSR berikutnya.

Selain paket IP, paket MPLS juga bisa dienkapsulasikan kembali dalam paket MPLS. Maka sebuah paket bisa memiliki beberapa header. Dan bit stack

pada header menunjukkan apakah suatu header sudah terletak di dasar tumpukan

header MPLS itu[1].

2.1.2.2. Distribusi Label

Untuk menyusun LSP, label-switching table di setiap LSR harus dilengkapi dengan pemetaan dari setiap label masukan ke setiap label keluaran. Proses melengkapi tabel ini dilakukan dengan protokol distribusi label. Hal ini hampir sama dengan protokol persinyalan di ATM, sehingga sering juga disebut protokol persinyalan MPLS. Salah satu protokol ini adalah LDP (Label

Distribution Protocol).

LDP hanya memiliki feature dasar dalam melakukan forwarding. Untuk meningkatkan kemampuan mengelola QoS dan traffic engineering, beberapa protokol distribusi label lain telah dirancang dan dikembangkan juga. Yang paling banyak disarankan adalah CR-LDP (Constraint-based Routing Label Distribution

Protocol) dan RSVP-TE (Resource Reservation Protocol dengan ekstensi Traffic

Engineering)[1].

2.1.3. Quality of Service (QoS)

QoS adalah kemampuan dalam menjamin pengiriman arus data penting atau dengan kata lain kumpulan dari berbagai kriteria performansi yang menentukan tingkat kepuasan penggunaan suatu layanan. Networking manager membutuhkan QoS, karena berbagai hal di antaranya adalah :

b. bisa mengontrol latency,

c. bisa menyediakan SLA (Service Level Agreement) yang dapat dikuantifikasi, d. bisa membuat beberapa level QoS untuk banyak langganan.

Dalam hubungan antara jaringan yang memiliki IP kurang, komitmen QoS yang benar sangat sulit diberikan[6]. Beberapa skema telah diajukan untuk mengelola QoS dalam jaringan IP. Dua skema utama adalah Differentiated

Service (DiffServ) dan Integrated Service (IntServ). IntServ bertujuan

menyediakan sumberdaya seperti bandwidth untuk traffic dari ujung ke ujung. Sementara DifServ bertujuan membagi traffic atas kelas-kelas yang kemudian diberi perlakuan yang berbeda[1].

DiffServ atau IntServ dengan RSVP sangat terbatas dari segi fleksibilitas dan skalabilitas dan tidak cukup memadai dalam jaringan yang muatannya berat. Layanan berorientasi sambungan memiliki kemampuan QoS dan traffic

management yang sangat kuat. MPLS menggunakan kerangka kerja berorientasi

sambungan dan memberikan landasan untuk kontrak-kontrak traffic QoS yang handal[6].

2.1.3.1. Integrated Service (IntServ)

IntServ (RFC-1633) terutama ditujukan untuk aplikasi yang peka terhadap tundaan dan keterbatasan bandwidth, seperti video conference dan VoIP. Arsitekturnya berdasar sistem pencadangan sumberdaya per aliran trafik. Setiap aplikasi harus mengajukan permintaan bandwidth, baru kemudian melakukan transmisi data. Model layanan IntServ adalah Guaranteed-service (RFC-2212),

layanan dengan batas bandwidth dan delay yang jelas. Controlled-load service (RFC-2211), yaitu layanan dengan persentase delay statistik yang terjaga. Layanan ketiga, yang paling jelek, adalah layanan best-effort, yang hanya memberikan routing terbaik, tetapi tanpa jaminan sama sekali.

Sistem pemesanan sumberdaya memerlukan protokol tersendiri. Salah satu protokol yang sering digunakan adalah RSVP (RFC-2205). Penggunaan RSVP untuk IntServ dijelaskan dalam RFC-2210. Masalah dalam IntServ adalah skalabilitas (RFC-2998). Setiap node di jaringan harus mengenali dan mengakui mekanisme ini. Juga protokol RSVP berlipat untuk setiap aliran traffic. Maka IntServ menjadi baik hanya untuk voice dan video, tetapi sangat tidak tepat untuk aplikasi semacam web yang mempunyai aliran traffic banyak tapi datanya kecil.

2.1.3.2. Differentiated Service (DiffServ)

DiffServ (RFC-2475) menyediakan diferensiasi layanan dengan membagi

traffic atas kelas-kelas, dan memperlakukan setiap kelas secara berbeda.

Identifikasi kelas dilakukan dengan memasang semacam kode DiffServ, disebut

Differentiated Service Code Point (DSCP), ke dalam paket IP. Ini dilakukan tidak

dengan header baru, tetapi dengan menggantikan field TOS (type of service) di

header IP dengan DS field, seperti yang dispesifikasikan di RFC-2474. Dengan

cara ini, klasifikasi paket melekat pada paket dan bisa diakses tanpa perlu protokol persinyalan tambahan. Gambar DSCP pada IPv4 dan IPv6 dapat dilihat pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9. Gambar DSCP pada IPv4 dan IPv6[5]

Jumlah kelas tergantung pada provider, dan bukan merupakan standar. Pada traffic lintas batas provider, diperlukan kontrak traffic yang menyebutkan pembagian kelas dan perlakuan yang diterima untuk setiap kelas. Jika suatu

provider tidak mampu menangani DiffServ, maka paket ditransferkan apa adanya

sebagai paket IP biasa, namun di provider berikutnya, DS field kembali diakui oleh provider. Jadi secara keseluruhan, paket-paket DiffServ tetap akan menerima perlakuan lebih baik. DiffServ tidak memiliki masalah skalabilitas. Informasi DiffServ hanya sebatas jumlah kelas, tidak tergantung besarnya traffic (dibandingkan IntServ). Skema ini juga dapat diterapkan bertahap, tidak perlu sekaligus ke seluruh jaringan[6]. Contoh MPLS dengan DiffServ dapat dilihat pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10. Gambar MPLS dengan DiffServ [5]

Untuk dapat lebih memahami perbedaan dari IntServ dan DiffServ, dapat dilihat pada Tabel 2.1.

2.1.3.3. Konsep pengukuran QoS dalam jaringan MPLS

Pengukuran berbasis pada komponen rute dalam hal ini LSP yang dilewati oleh paket tersebut sehingga traffic paket tersebut dalam jaringan MPLS dapat ditentukan. Pengukuran QoS dalam jaringan MPLS akan sangat sulit apabila data jaringan MPLS tidak diketahui. Hal ini dikarenakan jaringan akses dalam MPLS merupakan jaringan IP dengan sistem connectionless, sedangkan QoS merupakan bagian dari sistem connection oriented. Pengukuran QoS dalam jaringan MPLS dilakukan dengan cara menjaga agar setiap paket yang dikirim dalam jaringan selalu berada dalam jalur rute atau LSP. Untuk itu router dalam MPLS selalu dilengkapi dengan sistem agar bisa memonitor traffic dari setiap paket. Sistem monitoring dalam router MPLS berupa feature yang disediakan oleh Cisco IOS berupa IP Precedence, CAR (Commited Access Rate), WRED (Weighted Random

Early Detection), ataupun WFQ (Weighted fair Queuing).

Proses pengukuran yang terjadi dalam ELSR, dimulai dengan paket masuk yang diklasifikasikan dengan CAR. Kemudian paket dideteksi kongestinya dengan WRED, jika melebihi batas WRED maka paket akan dibuang. Lalu dilakukan perhitungan parameter QoS dengan WFQ. Terakhir dilanjutkan ke LSR.

Ada tiga parameter utama QoS yang dapat diukur dalam jaringan MPLS. Ketiga parameter tersebut ialah bandwidth, service rate, dan delay time. Pengukuran parameter QoS tersebut dapat ditentukan sebelum sebuah paket dikirim dalam jaringan MPLS. Pengukuran ketiga komponen QoS MPLS tersebut bertujuan agar sebuah service provider bisa mendistribusikan kemampuan yang

dimiliki oleh jaringan dengan jumlah rute yang ingin dibangun. Adapun tiga parameter utama QoS dalam jaringan MPLS ialah sebagai berikut .

a. Bandwidth

Dalam jaringan MPLS penentuan besarnya bandwidth untuk setiap rute bagi sebuah paket sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan dalam MPLS setiap jaringan akses harus memiliki akses bandwidth yang pasti untuk setiap traffic yang akan dijalankan. Dalam MPLS akses bandwidth ini ditentukan oleh feature CAR yang akan menandai setiap paket yang datang ke jaringan MPLS dengan label yang disesuaikan dengan feature IP Precedence yang akan menentukan prioritas paket tersebut dikirimkan ke dalam jaringan. Hal ini akan sangat berhubungan dengan alokasi bandwidth bagi setiap rute MPLS atau LSP. Jika sebuah LSP memiliki bandwidth yang kecil, maka LSP akan memiliki prioritas pertama untuk mengirimkan paket yang ada dalam LSP, disesuaikan dengan nilai IP Precedence.

Pengukuran bandwidth dalam setiap LSP MPLS akan sangat memperhatikan besarnya bandwidth yang ada dalam jaringan akses yang mengirimkan sebuah paket, dengan jaringan akses yang menerima paket tersebut. Pengukuran bandwidth dilakukan dalam ELSR, dengan paket tersebut masuk ke dalam jaringan.

Untuk mengukur bandwidth proporsional dalam jaringan MPLS, harus diketahui dahulu bandwidth jaringan akses yang merupakan sumber dari paket yang akan dikirimkan dalam jaringan MPLS dan dimasukkan sebagai bandwidth

ingress ELSR. Harus diketahui pula bandwidth jaringan akses yang merupakan

tujuan dari paket tersebut setelah dilewatkan dalam jaringan MPLS sebagai sebuah bandwidth egress ELSR.

b. Service Rate

Service rate merupakan rate atau kecepatan pengiriman paket yang masuk

ke dalam jaringan. Service rate juga diukur dalam ELSR sebuah LSP jaringan MPLS dan dipergunakan untuk mengetahui berapa kecepatan pengiriman paket dalam sebuah LSP MPLS. Tujuan pengukuran service rate ialah untuk mendukung feature WRED sehingga apabila kongesti terjadi dalam jaringan MPLS, service rate dapat diturunkan sampai semua paket yang dikirimkan sampai di alamat tujuan. Proses pengukuran service rate memperhatikan nilai feature IP

Precedence untuk mengetahui besarnya weighted atau beban paket yang

dikirimkan dalam sebuah LSP berdasar nilai IP Precedence yang dimiliki oleh setiap paket yang dikirimkan. Besarnya nilai IP Precedence sesuai dengan nilai

feature IP Precedence yang telah ditetapkan dengan model IEEE 8021.

c. Delay Time

Delay time merupakan waktu yang diperlukan sebuah paket yang

dikirimkan melalui jaringan MPLS dari sebuah ingress ELSR ke egress ELSR.

Delay time merupakan bagian dari feature WFQ untuk menentukan waktu

pengiriman paket dalam sebuah LSP. Dengan adanya delay time maka sebuah paket yang masuk ke dalam sebuah LSP dapat diperkirakan waktu tiba di tujuan.

Pengukuran waktu delay sangat diperlukan agar sebuah service provider dapat mengatur pengiriman paket disesuaikan dengan delay paket tersebut untuk sampai ke alamat tujuan, sehingga paket yang dikirimkan dapat disesuaikan dengan kemampuan service rate yang dimiliki setiap LSP jaringan MPLS. Untuk mengukur delay time pengiriman sebuah paket, besarya nilai IP Precedence paket yang dikirimkan sangat diperlukan. Karena dengan mengetahui nilai IP

Precedence akan diketahui pula nilai minimum discard threshold paket yang

dikirimkan tersebut.

Pengukuran delay time pengiriman paket dalam sebuah LSP sangat ditentukan oleh nilai minimum discard threshold paket dan maksimum discard

threshold serta service rate LSP itu sendiri. Nilai minimum discard threshold

paket ditentukan oleh nilai IP Precedence setiap paket yang dikirimkan disesuaikan dengan standar WRED yang digunakan.

Dengan mengetahui besarnya bandwidth, service rate, dan delay time pengiriman paket dalam LSP maka kemampuan QoS jaringan MPLS dalam mengirimkan suatu paket dapat dianalisa sehingga proses pengiriman paket dapat diperkirakan terlebih dahulu. Pengukuran parameter QoS dalam jaringan MPLS diperlukan sehingga paket yang dikirimkan dalam setiap LSP dapat ditentukan disesuaikan dengan besarnya nilai bandwidth dan service rate setiap LSP yang sangat menentukan delay time pengiriman sebuah paket dalam LSP. Untuk mengetahui besarnya bandwidth, service rate, dan delay time pengiriman sebuah paket dalam LSP jaringan MPLS harus dibuat suatu program simulasi[2].

Dokumen terkait