• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.2 Analisis Unsur Fisik Puisi “Seonggok Jagung”

4.2.2 Pengimajinasian/pencitraan

Setelah membaca puisi “Seonggok Jagung” dan dari 8 buah pengimajian yang

dikemukakan oleh Situmorang (1981:20), ditemukakan 4 buah pencitraan yang

terdapat pada puisi tersebut, yaitu sebagai berikut.

a) Imaginasi visual (penglihatan)

Pelukisan Imaginasi visual pada puisi “Seonggok Jagung” terdapat pada bait

pertama, bait kedua, bait ketiga, bait keempat, dan bait kelima.

Bait pertama:

Seonggok jagung di kamar dan seorang pemuda yang kurang sekolahan

Pada ketiga baris tersebut, penyair mengajak pembaca seakan-akan melihat

seonggok jagung dan seorang pemuda di sebuah kamar.

Bait kedua:

Memandang jagung itu, sang pemuda melihat ladang ia melihat petani;

ia melihat panen; dan suatu hari subuh,

para wanita dengan gendongan pergi ke pasar ... Dan ia juga melihat

suatu pagi hari di dekat sumur gadis-gadis bercanda sambil menumbuk jagung menjadi maisena.

Sedang di dalam dapur tungku-tungku menyala.

Baris kedua berbunyi “sang pemuda melihat.... “ dengan membaca baris

tersebut, pembaca seakan-akan ikut melihat apa yang dilihat oleh pemuda

tersebut. Dalam hal ini, penyair ingin mengatakan perasaannya bahwa betapa

tidak adilnya dunia pendidikan bangsa kita. Melalui apa yang dilihat pemuda itu,

penyair menyampaikan bahwa dipagi hari, para wanita dengan gendongannya ke

pasar dan gadis-gadis menumbuk jagung. Secara tidak langsung penyair ingin

mengatakan, seharusnya di pagi hari para wanita berada di rumah mengurus

suami dan anak mereka. Begitu pula dengan gadis-gadis yang menumbuk jagung

seharusnya di pagi hari mereka pergi ke sekolah.

Bait ketiga:

Seonggok jagung di kamar dan seorang pemuda.

Ia siap menggarap jagung

Ia melihat kemungkinan otak dan tangan

siap bekerja.

Bait di atas menyebabkan pembaca seakan-akan melihat seonggok jagung dan

seorang pemuda di kamar yang siap menggarap jagung.

Bait kelima dan bait keenam:

Seonggok jagung di kamar

dan seorang pemuda tammat S.L.A.

Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa. Hanya ada seonggok jagung di kamarnya. Ia memandang jagung itu

dan melihat dirinya terlunta-lunta.

Ia melihat dirinya ditendang dari discotique. Ia melihat sepasang sepatu kenes di balik etalage. Ia melihat saingannya naik sepeda motor.

Ia melihat dirinya sendiri miskin dan gagal. Seonggok jagung di kamar

tidak menyangkut pada akal tidak akan menolong.

Pada kedua bait di atas, penyair mengajak pembaca untuk melihat keadaan

seorang pemuda di kamar. Pembaca seakan-akan melihat seorang pemuda yang

sedang meratapi nasibnya yang tidak seberuntung temannya. Pemuda tersebut

hanya bisa memandang dirinya yang miskin dan gagal melanjutkan sekolah, dan

pemuda itu hanya memiliki seonggok jagung di kamar.

Pada bait ke empat, bait tujuh, dan bait ke delapan puisi Seonggok Jagung tidak

terdapat imajinasi penglihatan. Penyair menunjukkan imajinasi penglihatan pada

bait kesatu sampai bait keenam.

Berdasarkan uraian di atas, dalam penulisan puisinya, Rendra

menggunakan kata yang bervariasi untuk menimbulkan efek visual atau imaginasi

visual. Kata-kata yang dimaksud umumnya kata benda seperti jagung, kamar,

sumur, dapur, seorang pemuda, petani, gadis-gadis, dan para wanita. Pada

umumnya kata benda tersebut melakukan aktivitas yang dapat diamati atau

menunjukkan sifat tertentu.

b) Imaginasi auditory (pendengaran)

Imajinasi pendengaran merupakan citraan yang mengajak pembaca seolah-olah

mendengar apa yang dikatakan penyair. Pelukisan imaginasi auditory pada puisi

“Seonggok Jagung” hanya terdapat pada bait kedelapan, sedangkan pada bait

pertama hingga bait ketujuh tidak terdapat imajinasi pendengaran. Berikut

Bait ke delapan:

Aku bertanya:

Apakah gunanya pendidikan

bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing di tengah kenyataan persoalannya ?

Apakah gunanya pendidikan bila hanya mendorong seseorang menjadi layang-layang di ibu kota kikuk pulang ke daerahnya ? Apakah gunanya seseorang

belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran, atau apa saja,

bila pada akhirnya,

ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata: “Di sini aku merasa asing dan sepi !”

Baris ke 1 bait di atas, berbunyi “Aku bertanya”. Pada baris ke 13 berbunyi “ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata:”. Kedua baris tersebut

membuat pembaca seolah-olah ikut mendengar pertanyaan penyair dan perkataan

seseorang. Pertanyaan dan perkataan yang dimaksud sangat jelas disebutkan pada

baris ke 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, dan baris ke 14.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa dalam menampilkan citra

pendengaran, penyair menggunakan tokoh yang dapat bersuara. Tokoh yang

terdapat dalam puisi tersebut yaitu, tokoh aku dan seseorang pemudah yang ingin

melanjutkan pendidikannya.

c) Imaginasi alfactory (penciuman)

Imaginasi alfactory adalah citraan yang menyebabkan pembaca seolah-olah dapat

hanya terdapat pada bait kedua, sedangkan pada bait 1, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 tidak

terdapat imajinasi penciuman. Berikut penjelasanya.

Bait kedua baris 16 dan 17:

Di dalam udara murni

tercium bau kuwe jagung

Baris ke 17 bait di atas, “tercium kuwe jagung” membuat pembaca seakan-akan ikut mencium bau kue jagung. Hal tersebut diperkuat dengan baris ke 16 bahwa

kue jagung aromanya tercium melalui udara murni.

d) Imaginasi kinaestetik (gerak)

Imaginasi kinaestetik adalah citraan gerak yang membuat pembaca

seakan-akan melakukan gerakan seperti yang dimaksudkan oleh penyair.

Pelukisan imajinasi tersebut pada puisi “Seonggok Jagung” hanya terdapat pada

bait kedua. Pada bait 1, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 tidak terdapat imajinasi gerak. Berikut

penjelasanya.

Bait kedua baris ke 11, 12, dan 13:

gadis-gadis bercanda sambil menumbuk jagung menjadi maisena

Baris puisi di atas, membuat pembaca seakan-akan ikut mengerakkan tangan

menumbuk jagung sambil bercanda.

Dokumen terkait