• Tidak ada hasil yang ditemukan

F.1 Citra Landsat yang Digunakan

Sebelum citra Landsat digunakan, terlebih dahulu citra Landsat tersebut dikoreksi terlebih dahulu. Ada dua acuan yang dapat digunakan untuk melakukan koreksi, yaitu yang pertama adalah dengan menggunakan citra Landsat yang telah terkoreksi dalam koordinat UTM (Universal Transverse Mercator) dan yang kedua dengan menggunakan peta dasar, pada umumnya adalah peta rupa bumi. Dalam penelitian ini acuan yang digunakan untuk melakukan koreksi adalah dengan menggunakan citra Landsat yang terkoreksi dalam koordinat UTM. Citra Landsat yang telah terkoreksi dalam koordinat UTM ini didapat dari Badan Planologi Kehutanan Jakarta. Menurut keterangan salah satu stafnya, koreksi citra Landsat yang terdapat di Badan Planologi Kehutanan Jakarta ini mempunyai RMS Error 0,2. Acuannya adalah peta dasar, yaitu peta rupa bumi. Hal ini telah memenuhi ketentuan umum batas maksimal koreksi citra Landsat yaitu 0,5 yang artinya adalah kesalahan antara citra Landsat dengan kondisi aktual di lapangan maksimal sejauh 500 m. Alasan menggunakan citra Landsat yang telah terkoreksi dalam

koordinat UTM ini adalah interpreter lebih mudah dalam mencari persamaan bentuk dan ukuran titik-titik ikat yang akan diambil. Titik ikat merupakan titik yang dimungkinkan tidak berubah dalam kurun waktu tertentu. Diusahakan titik-titik ikat ini adalah pertemuan antara dua sungai, belokan sungai atau jalan, belokan danau dan lain sebagainya. Titik ikat yang diambil diusahakan juga berada di tepi kanan atas, tepi kanan bawah, tepi kiri atas dan kiri bawah agar dalam proses penggabungan citra tidak terjadi pergeseran. Dalam penelitian ini, citra Landsat yang digunakan ada enam. Rinciannya disajikan dalam Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Rincian Citra Landsat yang Digunakan

Tahun 1998 Tahun 2005

Path/row 127/61 dalam koordinat geografis Path/row 127/61 dalam koordinat UTM Path/row 126/61 dalam koordinat geografis Path/row 126/61 dalam koordinat UTM Path/row 126/62 dalam koordinat geografis Path/row 126/62 dalam koordinat UTM

F.2 Pengolahan Citra (Image restoration) F.2.1 Perbaikan Citra

Sebelum melakukan analisis citra langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan koreksi terhadap citra tersebut. Koreksi citra perlu dilakukan terhadap data mentah satelit dengan maksud untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan radiometrik dan geometrik. Koreksi radiometrik dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki bias pada nilai digital piksel yang diakibatkan oleh gangguan atmosfir ataupun akibat kesalahan-kesalahan sensor. Koreksi geometrik ditujukan untuk memperbaiki distorsi geometrik.

Dalam melakukan koreksi geometrik terlebih dahulu menentukan tipe proyeksi dan sistem koordinat yang akan digunakan. Penyeragaman data-data ke dalam sistem koordinat dan proyeksi yang sama, perlu dilakukan untuk mempermudah proses pengintegrasian data-data selama penelitian. Dalam hal ini proyeksi yang akan digunakan adalah Universal Transverse Mercator

(UTM) dan sistem koordinat geografik yang menggunakan garis latitude (garis Timur-Barat) dan garis longitude (garis Utara-Selatan).

Perbaikan distorsi geometrik dapat dilakukan dengan mengambil titik- titik ikat di lapangan atau menggunakan citra acuan yang telah terkoreksi. Langkah selanjutnya adalah melakukan proses resampling dengan metode

nearest neighborhood dimana nilai digital piksel diisikan dari citra acuan ke citra yang akan dikoreksi adalah nilai-nilai digital tiap piksel yang memiliki nilai terhadap lokasi terdekat.

F.2.2 Klasifikasi Citra (Image Classification)

Persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan pengklasifikasian adalah menetapkan kelas-kelas spektral yang terliput oleh citra satelit, kemudian membuat aturan penetapan klasifikasi untuk setiap piksel ke dalam kelas-kelas yang telah ditemukan. Pemilihan kelompok-kelompok piksel ke dalam kelas klasifikasi merupakan proses pemilihan objek (feature selection). Pembagian kelas klasifikasi dibuat berdasarkan kondisi penutupan lahan sebenarnya di lapangan dan dibatasi menurut kebutuhan pengklasifikasian. Tahapan klasifikasi dilakukan dengan dua pendekatan dasar klasifikasi yaitu

unsupervised classification dan supervised classification (Lillesand dan Kiefer, 1990). Uraian pengolahan citra satelit seperti tersebut diatas dapat dijelaskan melalui Gambar 3.

Gambar 3. Bagan Alir Proses Pengolahan Citra

Citra Landsat tahun 2005 yang telah terkoreksi dalam koordinat utm

Koreksi geometrik dan radiomtrik

Citra landsat tahun 1998

Pemilihan daerah penelitian Klasifikasi tak terbimbing

Penggabungan citra Ground check Klasifikasi citra terbimbing

Penggabungan citra Validasi/akurasi Peta penutupan lahan

F.2.3. Pembuatan Peta Perubahan Penutupan Lahan

Citra hasil klasifikasi ditampilkan berdasarkan waktu perekaman citra untuk menghasilkan tampilan areal perubahan penutupan lahan periode 1998 dan 2005. Data-data mengenai perubahan penutupan lahan baik data dari penampakan maupun luasan dianalisa dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

V = N2 – N1 x 100%

N1

Dengan : V = Laju perubahan (%)

N2 = Luas penutupan lahan tahun kedua (Ha)

N1 = Luas penutupan lahan tahun pertama (Ha)

F.2 Pengolahan Data Sosial Ekonomi Masyarakat

Data dari BPS yang dikumpulkan selanjutnya diolah dengan membuat model hubungan antara variabel terpengaruh (tingkat perubahan penutupan lahan hutan) dan variabel pengaruh (perubahan tiga faktor sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan) dihipotesakan sebagai berikut:

y = f(x1,x2,x3)

Bahwa besarnya tingkat perubahan penutupan lahan hutan (y) berkaitan dengan keadaan sosial ekonominya, yaitu perubahan kepadatan penduduk (x1), perubahan rata-rata jumlah anggota rumah tangga (x2), dan

perubahan jumlah petani (x3).

Untuk melihat hubungan antara variabel terpengaruh dan variabel pengaruh diatas maka dibuat kategori operasional terhadap variabel-variabel tersebut sehingga dapat digunakan untuk analisis selanjutnya. Kategori operasional penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tingkat perubahan penutupan lahan hutan yang dilihat dari besarnya perubahan penutupan lahan hutan berdasarkan hasil klasifikasi citra Landsat dengan memperhatikan nilai rata-rata dari seluruh kecamatan. Perubahan penutupan lahan hutan masing-masing kecamatan dinyatakan:

a. Rendah, bila besarnya perubahan penutupan lahan hutan dibawah rata- rata

b. Tinggi, bila besarnya sama dengan atau lebih besar daripada rata-rata perubahan penutupan lahan hutan

2. Jumlah anggota keluarga, dilihat dari nilai rata-rata keseluruhan jumlah anggota keluarga yang dinyatakan:

a. Kecil, bila jumlah anggota keluarga di bawah rata-rata keseluruhan

b. Besar, bila jumlah anggota keluarga sama dengan atau lebih besar daripada rata-rata keseluruhan

3. Kepadatan penduduk, dilihat dari besarnya kepadatan penduduk rata-rata seluruh kecamatan. Kepadatan penduduk, dinyatakan:

a. Rendah, bila kepadatan penduduk dibawah rata-rata seluruh kecamatan b. Tinggi, bila kepadatan penduduk diatas sama dengan atau lebih besar

daripada rata-rata seluruh kecamatan

Dokumen terkait