• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KEDUDUKAN NADZIR SEBAGAI PENGELOLA

C. Penguasaan Tanah Wakaf Oleh Nadzir

Tanah wakaf dalam perkembangannya masih banyak terdapat masalah baik dari segi pengelolaannya, maupun dari segi pengamanan atau penguasaannya. Tidak sedikit terdapat kasus tanah wakaf yang terjadi di tengah tengah masyarakat yang pada akhirnya terjadi peralihan penguasaan tanah wakaf yang semula merupakan aset umat dan digunakan untuk kepentingan umat menjadi penguasaan hak milik pribadi. Hal yang paling mungkin terjadi adalah penguasaan tanah wakaf oleh nadzir. hal ini dikarenakan pada saat ikrar wakaf hak pengelolaan tanah wakaf diberikan sepenuhnya kepada nadzir, bahkan kewenangan pengelolaan tersebut ada yang seumur hidup nadzir.

Penguasaan atau dikuasai disini artinya adalah dimiliki secara fisik dalam arti digarap, dihuni, namun belum tentu dia adalah pemilik atau yang punya tanah itu.

86 http://iwayansuada.wordpress.com/2009/07/15/pendaftaran-tanah-wakaf/, diakses terakhir

Boedi Harsono menyatakan bahwa pengertian penguasaan dan menguasai dapat dipakai dalam arti fisik, juga dalam arti yuridis. Juga beraspek perdata dan beraspek publik. Hak penguasaan tanah di sini merujuk pada hak penguasaan yuridis

dan fisik yang beraspek keperdataan.87

Penguasaan yuridis dilandasi hak yang dilindungi oleh hukum dan umumnya memberi kewenangan kepada pemegang hak untuk menguasai secara fisik tanah yang dihaki. Tetapi ada juga penguasaan yuridis yang biarpun memberi kewenangan untuk menguasai tanah yang dihaki secara fisik, pada kenyataannya penguasaan fisiknya dilakukan pihak lain. Misalnya kalau tanah yang dimiliki dikuasai disewakan kepada pihak lain dan penyewa yang menguasainya secara fisik. Atau tanah tersebut dikuasai secara fisik oleh pihak lain tanpa hak. Dalam hal ini pemilik tanah berdasarkan hak penguasaan yuridisnya berhak untuk menuntut diserahkannya kembali tanah yang bersangkutan secara fisik kepadanya. Dalam hukum tanah dikenal juga penguasaan yuridis yang tidak memberi kewenangan untuk menguasai tanah secara fisik. Kreditor pemegang jaminan hak atas tanah mempunyai hak penguasaan yuridis atas tanah yang dijadikan agunan, tetapi penguasaan secara fisik tetap ada pada yang empunya

tanah.88

Rumusan Pasal 1 ayat (1) UUPA menyatakan bahwa seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh rakyat Indonesia yang bersatu sebagai bangsa Indonesia. Hal ini berarti bahwa tanah di seluruh wilayah Indonesia

87Muchlis,Peralihan Penguasaan Yuridis Hak Atas Tanah Wakaf dalam Perspektif Hukum

Tanah Nasional dan Hukum Islam, www.badilag.net, diakses terakhir tanggal 4 Januari 2012.

adalah hak bersama dari bangsa Indonesia (beraspek perdata) dan bersifat abadi, yaitu seperti hak uilayat pada masyarakat Hukum Adat. Dengan demikian, hak bangsa Indonesia mengandung dua unsur, yaitu sebagai berikut:

a. Unsur kepunyaan bersama yang bersifat perdata, tetapi bukan berarti hak

kepemilikan dalam arti yuridis, tanah bersama dari seluruh rakyat Indonesia yang telah bersatu menjadi bangsa Indonesia (Pasal 1 ayat (1) UUPA)

b. Unsur tugas kewenangan yang bersifat publik untuk mengatur dan memimpin

penguasaan dan penggunaan tanah yang dipunyai bersama tersebut.89

Dikaitkan dengan tanah wakaf, maka penguasaan yuridis dan fisik atas tanah wakaf berada pada Nadzir, yaitu pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.

Adanya hak pengelolaan dalam hukum tanah nasional kita tidak disebutkan dalam UUPA, tetapi tersirat dalam penjelasan umum UUPA yang menyatakan bahwa dengan berpedoman pada tujuan yang disebutkan diatas, negara dapat memberikan tanah yang demikian (yang dimaksukan adalah tanah yang tidak dipunyai dengan sesuatu hak oleh seseorang atau pihak lain) kepada seseorang atau badan-badan dengan sesuatu hak menurut peruntukan dan keperluannya, misalnya dengan hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, atau hak pakai atau memberikan dalam pengelolaan kepada sesuatu badan penguasa ( derpatemen, jawatan atau daerah swatantra) untuk dipergunakan bagi pelaksanaan tugasnya masing-masing (Pasal 2

89Arie Sukantie Hutagalung dan Markus Gunawan, Kewenangan Pemerintah di Bidang

ayat 4). Berkaitan dengan hal itu, kekuasaan negara atas tanah-tanah ini pun sedikit atau banyak dibatasi pula oleh hak ulayat dari kesatuan-kesatuan masyarakat hukum,

sepanjang menurut kenyataan hak uilayat itu masih ada.90

Hak pengelolaan dalam sistematika hak-hak penguasaan atas tanah tidak dimasukkan dalam golongan hak-hak atas tanah. Pemegang hak pengelolaan memang mempunyai kewenangan untuk menggunakan tanah yang diberikan hak bagi keperluan usahanya, tetapi itu bukan tujuan pemberian hak tersebut kepadanya. Tujuan utamanya adalah bahwa tanah yang bersangkutan disediakan bagi penggunaan oleh pihak-pihak lain yang memerlukan. Bagian-bagian tanah hak pengelolaan dapat diberikan kepada pihak lain dengan hak milik, hak guna bangunan atau hak pakai. Pemberiannya dipakai oleh pejabat Badan Pertanahan Nasional yang berwenang, atas usul pemegang hak pengelolaan yang bersangkutan. Sebagaimana halnya dengan tanah negara, selama dibebani hak-hak atas tanah tersebut, hak pengelolaan yang bersangkutan tetap berlangsung. Setelah jangka waktu hak guna hak bangunan atau hak pakai yang dibebankan itu berakhir, tanah yang bersangkutan kembali dalam penguasaaan sepenuhnya dan pemegang hak pengelolaan. Hak pengelolaan

didaftarkan dan diterbitkan sertipikat sebagai tanda bukti haknya.91

Jenis hak yang dilekatkan terhadap tanah wakaf bergantung pada peruntukan tanahnya. Jika tanah wakaf dimaksudkan untuk keagamaan dan sosial, maka diberikan status hak milik khusus, sebagaimana diatur dalam UUPA Pasal 49 ayat (1)

90 Ibid. hal. 53 91 Ibid, hal.50

”Hak milik tanah-tanah badan keagamaan dan sosial sepanjang dipergunakan untuk usaha dalam bidang keagamaan dan sosial, diakui dan dilindungi”. Tanah objek wakaf yang telah dilekati sesuatu hak atas tanah tertentu itu, selanjutnya didaftarkan menurut ketentuan pendaftaran tanah wakaf, sehingga memiliki kepastian hukum.

A.P. Perlindungan menyatakan “Hak atas tanah wakaf yang sudah diberikan

kepada usaha sosial dan keagamaan, hanya ada right to use saja, sedangkan right to

disposal-nya tidak ada, karena dianggap ditariknya hak atas tanah tersebut dari peredaran lalu lintas ekonomi, sehingga tidak boleh diasingkan ataupun dijadikan

jaminan hutang.92Tanah wakaf yang diberikan dengan status hak milik khusus badan

keagamaan, mempunyai sifat yang sama dengan hak milik pada umumnya. Namun perbedaannya, tanah wakaf yang berstatus hak milik itu dikuasai oleh lembaga keagamaan dan dikeluarkan dari obyek perdagangan, karena pemanfaatannya adalah bersifat kekal dan abadi.

Setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, walaupun belum terevaluasi, namun kemungkinan akan terjadinya penyalahgunaan tanah wakaf oleh nadzir masih cukup besar, apalagi kalau pengawasan terhadap nadzir tidak berjalan maksimal. Hal ini bisa terjadi karena menurut Pasal 39 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, setiap bidang tanah wakaf yang didaftarkan dan disertipikatkan atas nama Nadzir.

92A.P. Perlindungan, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria. Citra Aditya Bakti,

Beberapa contoh kasus berubahnya status penguasaan tanah wakaf menjadi milik pribadi dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Alun-alun Kota Bandung dan tanah disekitar Masjid Agung Kota Bandung

yang saat ini ditempati toko-toko dan Hotel, konon berdasarkan informasi dari saksi-saksi, tanah-tanah tersebut merupakan tanah wakaf, yang merupakan kesatuan dari tanah masjid Agung Kota Bandung. Dengan dibangunnya toko- toko dan hotel, berarti tanah tersebut sekarang statusnya bukan lagi tanah wakaf, melainkan telah menjadi milik perseorangan atau perusahaan.

2. Gedung di Jalan Tanjungan Kota Surabaya, berdasarkan informasi tanah

tersebut semula merupakan tanah wakaf dan sekarang menjadi gedung gedung pertokoan yang dimiliki orang-orang warga Negara Indonesia (WNI)

keturunan Cina, India dan lain lain.93

D. Tanah Wakaf yang Dikuasai Nadzir di Kecamatan Lueng Bata Kota Banda