• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh perbedaan metode terhadap keragaman dimensi tegakan diuji dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap ( RAL ), dimana penerapan berbagai metode sampling sebagai perlakuan dengan jumlah unit contoh yang tidak sama, pengujian dengan RAL ini untuk mencari ada atau tidaknya perbedaan antar metode konvensional baik dengan metode TSa 6, TSa 8, TSa 10, TSb 6, TSb 8 maupun TSb 10.

Hasil perhitungan pendugaan volume, jumlah pohon dan luas bidang dasar tegakan pada setiap KU dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Lampiran 7. Dari data hasil perhitungan tersebut kemudian dilakuan analisis ragam. Hasil analisis ragam berbagai metode sampling dalam pendugaan volume pohon, jumlah pohon, dan Luas bidang dasar tegakan setiap KU disajikan pada Lampiran 4. Dari hasil analisis ragam tersebut, kemudian di buat rekapitulasi hasilnya dan di sajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Rekapitulasi hasil analisis ragam pada setiap KU pada taraf 5 %

Pendugaan Hasil

KU V KU VI KU VII

Volume pohon Sangat Nyata Sangat nyata Sangat nyata

Jumlah pohon Sangat nyata Sangat nyata Sangat nyata

Tegakan

Berdasarkan pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata dugaan dimensi tegakan (volume, jumlah pohon, dan luas bidang dasar tegakan) pada setiap KU yang dihasilkan dari ketujuh metode unit contoh adalah. Berbeda nyata pada taraf 5 %.

Rata-rata dari ketujuh metode unit contoh yang di cobakan memberikan hasil sama. Untuk mengetahui metode tree sampling yang memberikan nilai rata-rata dugaan dimensi tegakan yang berbeda dengan metode konvensional (kontrol), maka dilanjutkan dengan uji Dunnett. Dalam uji Dunnett ini dibutuhkan sebuah nilai tunggal untuk dijadikan sebagai pembanding.

Mengingat setiap metode jumlah unit contohnya berbeda, maka nilai pembanding Dunnett tersebut perlu dikoreksi dengan faktor pengganda C yang besarnya dirumuskan sebagai berikut: C = 2 1 1 1 n n +

Dimana: n = jumlah ulangan untuk setiap metode

i = Metode TSa 6, Tsa 8, Tsa 10, TSb 6, TSb 8,TSb 10 j = Metode konvensional

Hasil uji Dunnett pada setiap metode dapat dilihat pada Lampiran 5 . Rekapitulasi hasil dari uji Dunnett tersebut disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Rekapitulasi hasil uji Dunnett pada setiap KU

Pendugaan Metode Hasil

KU V KU VI KU VII

Volume tegakan

TSa 6 Tidak nyata Nyata Tidak nyata

TSa 8 Tidak nyata Nyata Tidak nyata

TSa 10 Tidak nyata Nyata Tidak nyata

TSb 6 Tidak nyata Nyata Nyata

TSb 10 Tidak nyata Nyata Tidak nyata

Jumlah pohon

TSa 6 Tidak nyata Nyata Tidak nyata

TSa 8 Tidak nyata Nyata Tidak nyata

TSa 10 Tidak nyata Nyata Tidak nyata

TSb 6 Tidak nyata Nyata Tidak nyata

TSb 8 Tidak nyata Nyata Nyata

TSb 10 Tidak nyata Nyata Nyata

Luas Bidang

Dasar tegakan

TSa 6 Tidak nyata Nyata Tidak nyata

TSa 8 Tidak nyata Nyata Tidak nyata

TSa 10 Tidak nyata Nyata Tidak nyata

TSb 6 Tidak nyata Nyata Nyata

TSb 8 Tidak nyata Nyata Nyata

TSb 10 Tidak nyata Nyata Tidak nyata Dari hasil uji Dunnet pada Tabel 11. terlihat bahwa di dalam pendugaan dimensi tegakan (volume pohon, jumlah pohon dan luas bidang dasar tegakan) pada KU V dan KU VII hampir semuanya memberikan hasil yang tidak nyata terhadap metode konvensional kecuali pada metode TSb 6 dan TSb 8 memberikan hasil yang nyata, baik pada pendugaan jumlah pohon, volume tegakan maupun pada pendugaan luas bidang dasar. Pada KU VI memberikan hasil yang nyata terhadap metode konvensional baik itu pendugaan volume, jumlah pohon maupun luas bidang dasar.

Berdasarkan uraian tersebut diatas tersebut, maka metode tree sampling dapat digunakan untuk menggantikan metode konvensional, karena metode tersebut lebih praktis pelaksanaannya.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Metode yang digunakan dalam pendugaan volume dan luas bidang dasar pada KU V yang memiliki sampling error terkecil adalah metode TSb 10 pohon dengan nilai masing-masing sebesar 15,40 % dan 12,99 %, sedangkan untuk pendugaan jumlah pohon yaitu Metode TSa 6 pohon sebesar 10.59 %, sedangkan nilai efisiensi relatif yang paling besar dihasilkan dalam menduga volume dan luas bidang dasar adalah metode TSb 10 pohon dengan nilai masing-masing sebesar 1085,19 % dan 1019.18 %, serta untuk menduga jumlah pohon pada TSb 6 dengan nilai sebesar 1241,76 %.

2. Pada KU VI dalam menduga volume dan jumlah pohon metode yang memiliki sampling error terkecil adalah metode TSb 6 pohon dengan nilai masing-masing sebesar 8.15 % dan 5.11 %, sedangkan dalam pendugaan luas bidang dasar metode TSb10 pohon sebesar 7.04 %. Untuk efisiensi relatif, metode yang menghasilkan nilai tinggi adalah metode TSb 6 pohon sebesar 1085.67 % dan 1075.52 % yaitu pada pendugaan volume pohon dan jumlah pohon, sedangkan pada pendugaan luas bidang dasar dengan nilai sebesar 976.82 % dengan menggunakan TSb 10 pohon.

3. Untuk KU VII metode TSb 8 pohon menghasilkan nilai sampling error yang kecil dengan nilai sebesar 14.14 % pada pendugaan volume. Pada pendugaan jumlah pohon dan luas bidang dasar nilai sampling error terkecil pada metode TSb 10 pohon dengan nilai masing-masing sebesar 16.23 % dan 10.04 %. Sedangkan pada KU VII metode yang mempunyai nilai efisiensi relatif terbesar untuk pendugaan volume adalah metode TSb 8 pohon sebesar 1792.71 %, pada pendugaan jumlah pohon dan luas bidang dasar adalah metode TSb 10 yang memiliki efisiensi relatitif dengan nilai masing-masing sebesar 638.16 % dan 2920.86 % .

4. Dari semua butir diatas dapat disimpulkan bahwa metode TSb (1hektar, 1 plot) 10 pohon baik untuk KU VII dan KU V untuk pendugaan dimensi tegakan. Untuk KU V pada penduga jumlah pohon hanya baik di duga oleh Tsa 6 pohon. Pada KU VI penduga dimensi tegakan berupa volume tegakan dan jumlah pohon hanya baik di duga oleh TSb 6 pohon, sedangkan pada KU VII dalam menduga volume tegakan hanya baik di duga oleh metode TSb 8 pohon. Oleh karena itu metode tree sampling dengan 1 plot 1 hektar dapat diterapkan di wilayah kerja PT. Perhutani khususnya PT. Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten disamping metode konvensional.

Dokumen terkait