• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Pengujian Efek Anti Inflamasi

Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan efek anti inflamasi ampas wortel pada daerah uji kulit punggung kelinci yang ditandai dengan penurunan mean skor eritema. Metode yang digunakan adalah metode uji eritema (Williamson, Okpako, dan Evans, 1996) yang telah dimodifikasi. Alasan penggunaan metode ini karena merupakan metode yang sederhana dari segi perlakuan, pengamatan, pengukuran, pengolahan data serta metode ini sangat relevan terhadap bahan uji ampas wortel yang diaplikasikan secara topikal. Walaupun metode ini agak subyektif tapi tetap valid dan dapat diterima (Williamson, Okpako, dan Evans, 1996). Penginduksi eritema yang digunakan adalah UV A yang berasal dari lampu TL UV 10 W, black light, Sankyo, λ 352 nm. Adanya radiasi UV A akan menimbulkan radikal bebas yang dapat merusak membran sel dan memacu peroksidasi lemak sehingga terjadi peradangan dengan disertai pelepasan mediator– mediator inflamasi seperti histamin, kinin, prostaglandin, leukotrien dan sebagainya, yang dapat mengakibatkan vasodilatasi serta peningkatan aliran darah dan terbentuklah eritema (Tedesco, 1997). Efek anti inflamasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan ampas wortel untuk mengurangi mean skor eritema pada daerah kulit uji akibat radiasi UV A.

Dosis pemberian ampas wortel yang digunakan dalam uji efek anti inflamasi ini, didasarkan pada kajian tehadap lama masa pemberian, yaitu dengan dosis 2 gram/4 cm2. Alasan menggunakan 2 gram ampas wortel karena memudahkan dalam pengaplikasian dan berat tersebut juga cukup sesuai dengan luas daerah uji yang digunakan. Sedangkan untuk peringkat dosis yang digunakan adalah lama masa pemberian ampas wortel 1 sampai 6 hari.

Data dari perlakuan ini kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol, baik kontrol negatif maupun positif. Perlakuan terhadap kontrol negatif bertujuan untuk melihat seberapa kuat eritema hasil radiasi UV A tanpa perlakuan apapun, jika dibandingkan dengan pemberian krim obat / ampas wortel sebelum diradiasi UV A. Sedangkan perlakuan terhadap kontrol positif bertujuan untuk mengetahui seberapa kuat efek anti inflamasi dalam menghambat munculnya eritema dari radiasi UV A jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan. Hasil uji statistik mean skor eritema pada uji efek anti inflamasi tiap kelompok disajikan pada tabel VI.

Tabel VI. Hasil uji statistik perlakuan pemberian ampas wortel dengan kajian lama masa pemberian.

Uji Mann-Whitney

Kel. Perlakuan n Mean

skor eritema

Uji

Kruskal-Wallis Pembanding Ket.

I sinar UV A 5 2,8 II, V, VI

III, IV, VII, VIII

Bb Btb II hidrokortison asetat

(Bufacort®)

5 0,6 I, III, IV, VI, VII, VIII V

Bb Btb III Pemberian ampas 1

hari

5 2,6 II, V, VI

I, IV, VII, VIII

Bb Btb IV Pemberian ampas 2

hari

5 1,8 II

I, III, V, VI, VII, VIII

Bb Btb V Pemberian ampas 3

hari

5 1,4 I, III, VII

II, IV, VI, VIII

Bb Btb VI Pemberian ampas 4

hari

5 1,6 I, II, III

IV, V, VII, VIII

Bb Btb VII Pemberian ampas 5

hari

5 2,4 II, V

I, III, IV, VI, VIII

Bb Btb VIII Pemberian ampas 6

hari 5 2,2 Ada Perbedaan (p=0,002) II

I, III, IV, V, VI, VII

Bb Btb Keterangan :

Kel. : kelompok Btb : Berbeda tidak bermakna (P > 0,05) n : jumlah Bb : berbeda bermakna (P ≤ 0,05) Ket. : keterangan

Berdasarkan tabel VI tersebut terlihat bahwa mean skor eritema tertinggi terdapat pada kelompok kontrol negatif. Hal ini menunjukkan bahwa benar UV A dapat menginduksi terjadinya peradangan pada daerah kulit kelinci yang ditandai dengan terbentuknya eritema kuat. Adanya kromofor kulit yang mengabsorbsi radiasi UV A sehingga akan memicu terjadinya reaksi fotokimia dan menghasilkan radikal bebas yang tidak stabil dan sangat reaktif. Akibatnya dapat terjadi gangguan fungsi sel dengan rusaknya membran sel karena serangan dari radikal bebas tersebut. Rusaknya membran sel dapat mempengaruhi sintesis dan pembebasan mediator dari eicosanoid (produk turunan dari asam arakidonat), histamin, kinin, sitokinin dan faktor kemotaksis yang lain. Semua mediator–mediator tersebut mengaktifkan sel endotelial di dermis sehingga meningkatkan permiabilitas vaskular dan terjadilah eritema serta mempromosikan akumulasi sel–sel inflamasi (Tedesco, 1997). Sedangkan pada perlakuan kontrol positif krim hidrokortison asetat (Bufacort®) yang dioleskan secara topikal mempunyai mean skor eritema yang terkecil dan secara statistik berbeda bermakna jika dibandingkan dengan kontrol negatif. Hal ini juga menunjukkan bahwa krim hidrokortison tersebut mempunyai efek anti inflamasi dengan kemampuan mengurangi mean skor eritema yang diakibatkan oleh sinar UV A. Seperti yang telah diketahui hidrokortison asetat merupakan golongan steroid yang mekanisme anti inflamasinya berdasarkan atas rintangan sintesis prostaglandin dan leukotrien dengan menghambat fosfolipase (Tjay dan Rahardja, 2002). Dari hasil ini telah membuktikan bahwa memang benar krim hidrokortison asetat Bufacort® memiliki efek anti inflamasi dan oleh sebab itu krim tersebut dapat digunakan sebagai kontrol positif.

Dalam tabel pengujian efek anti inflamasi tersebut juga dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan antara beberapa kelompok perlakuan pemberian ampas wortel dengan kelompok kontrol. Dari hasil tersebut mengindikasikan bahwa pada perlakuan ampas wortel 2 gram/4 cm2 dengan lama masa pemberian bervariasi kemungkinan memberikan efek anti inflamasi dengan menghambat pembentukan eritema pada daerah uji. Disamping itu juga terlihat adanya penurunan mean skor eritema pada kelompok pemberian ampas wortel 1 sampai 3 hari. Akan tetapi penurunan yang berarti adalah pada kelompok pemberian ampas wortel 3 hari. Sedangkan pada pemberian ampas pada 4, 5, dan 6 hari mengalami peningkatan kembali mean skor eritema dibandingkan pada pemberian 3 hari. Peningkatan yang berarti secara statistik baru ditunjukkan pada pemberian 6 hari.

Hasil analisis statistik menunjukkan beberapa kelompok perlakuan yang mempunyai perbedaan dengan kontrol negatif, yaitu kelompok pemberian ampas wortel selama 3 hari dan 4 hari. Pada kelompok perlakuan ini terjadi penurunan mean skor eritema yang berarti, karena secara statistik berbeda bermakna dengan kelompok kontrol negatif, sehingga dapat dimungkinkan adanya efek anti inflamasi dari kelompok perlakuan tersebut. Kemungkinan adanya efek anti inflamasi pada kelompok perlakuan tersebut diduga berasal dari senyawa anti oksidan yang masih terdapat dalam ampas wortel sehingga dapat menangkap radikal bebas hasil radiasi UV A. Seperti yang telah diketahui dalam wortel kaya akan senyawa antioksidan salah satunya adalah beta karoten. Beta karoten sendiri telah terbukti mempunyai efek anti inflamasi (Utami, 2006).

Dalam kelompok perlakuan yang lainnya yaitu pada pemberian ampas 1, 2, 5, dan 6 hari, juga terjadi penurunan mean skor eritema tapi secara statistik tidak

memiliki perbedaan yang berarti dengan kontrol negatif. Hal ini berarti bahwa pada kelompok perlakuan tersebut belum mampu memberikan efek anti inflamasi.

Terdapat pula beberapa kelompok perlakuan yang secara statistik berbeda bermakna dengan kelompok kontrol positif, yaitu kelompok pemberian ampas wortel 1, 2, 4, 5, dan 6 hari. Hal ini menunjukkan bahwa dari kelompok perlakuan tersebut belum dapat memberikan efek anti inflamasi seperti halnya pada kontrol positif atau bisa dikatakan potensinya masih di bawah kontrol positif. Akan tetapi walaupun hampir sebagian besar kelompok perlakuan berbeda bermakna dengan kelompok kontrol positif, masih terdapat satu kelompok perlakuan yang secara statistik mempunyai perbedaan tidak berarti dengan kontrol positif, yaitu kelompok pemberian ampas wortel 3 hari. Dalam kelompok perlakuan ini terlihat penurunan mean skor eritema yang hampir sama seperti pada kelompok kontrol positif. Dapat diasumsikan bahwa kelompok perlakuan pemberian selama 3 hari merupakan dosis optimal dalam memberikan efek anti inflamasi seperti pada kontrol positif. Sedangkan untuk kelompok pemberian ampas wortel 4 hari meskipun mempunyai efek anti inflamasi akan tetapi tidak sekuat krim hidrokortison asetat Bufacort® sebagai kontrol positif.

2.8 0.6 2.6 1.8 1.4 1.6 2.4 2.2 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 skala eritema 1 2 3 4 5 6 7 8 kelompok perlakuan

Gambar 11. Grafik perlakuan pemberian ampas wortel dengan kajian lama masa pemberian.

Keterangan :

1. Kelompok kontrol negatif penyinaran UV A 10 jam.

2. Kelompok kontrol positif krim Bufacort® dengan penyinaran UV A 10 jam. 3. Kelompok pemberian ampas wortel dosis 2 gram/4 cm2 dengan lama masa

pemberian 1 hari dan penyinaran UV A 10 jam.

4. Kelompok pemberian ampas wortel dosis 2 gram/4cm2 dengan lama masa pemberian 2 hari dan penyinaran UV A 10 jam.

5. Kelompok pemberian ampas wortel dosis 2 gram/4cm2 dengan lama masa pemberian 3 hari dan penyinaran UV A 10 jam.

6. Kelompok pemberian ampas wortel dosis 2 gram/4cm2 dengan lama masa pemberian 4 hari dan penyinaran UV A 10 jam.

7. Kelompok pemberian ampas wortel dosis 2 gram/4cm2 dengan lama masa pemberian 5 hari dan penyinaran UV A 10 jam.

8. Kelompok pemberian ampas wortel dosis 2 gram/4cm2 dengan lama masa pemberian 6 hari dan penyinaran UV A 10 jam.

Dokumen terkait