9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kalimat
Menurut Chaer (2011), kalimat adalah satuan bahasa yang berisi suatu
“pikiran” atau “amanat” yang lengkap. Lengkap, berarti di dalam satuan bahasa
yang disebut kalimat itu terdapat:
(1) Unsur atau bagian yang menjadi pokok pembicaraan, yang lazim disebut dengan istilah subjek (S). Misalnya kata saya dalam kalimat “Saya menyusun skripsi”.
(2) Unsur atau bagian yang menjadi “komentar” tentang subjek, yang lazim
disebut dengan istilah predikat (P). Misalnya kata menyusun dalam
kalimat “Saya menyusun skripsi”.
(3) Unsur atau bagian yang merupakan pelengkap dari predikat, yang lazim disebut dengan istilah objek (O). Misalnya kata skripsi dalam kalimat
“Saya menyusun skripsi”.
(4) Unsur atau bagian yang merupakan “penjelasan” lebih lanjut terhadap
predikat dan subjek, yang lazim disebut dengan istilah keterangan (K). Misalnya frase pada tahun ini dalam kalimat “Saya menyusun skripsi pada tahun ini”.
Subjek dan predikat merupakan unsur yang harus ada di dalam setiap kalimat, sedangkan unsur objek dan keterangan tidak harus selalu ada. Ada atau tidaknya objek di dalam sebuah kalimat tergantung pada jenis kata yang menjadi predikat; kalau predikatnya berupa kata kerja transitif maka tentu objek itu akan
10
ada. Namun, kalau predikatnya bukan kata kerja transitif maka objek itu tidak akan ada.
Kalau unsur objek dan unsur keterangan tidak ada di dalam sebuah kalimat maka kalimat itu masih tetap dianggap kalimat yang sempurna; tetapi kalau unsur subjek atau unsur predikatnya yang tidak ada maka kalimat tersebut dianggap sebagai kalimat yang tidak sempurna.11
Selain unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan setiap kalimat yang tertulis harus pula dilengkapi dengan unsur tanda baca. Keberadaan tanda baca dalam tulisan berfungsi untuk memudahkan pembaca dalam memahami maksud yang ingin disampaikan dalam bahasa tulis.12
B. Pengertian dan Aturan Penggunaan Tanda Baca
Tanda baca adalah tanda-tanda yang digunakan di dalam bahasa tulis sehingga kalimat-kalimat yang ditulis dapat dipahami pembaca persis seperti yang dimaksudkan oleh si penulis.13 Berikut aturan penggunaan tanda baca menurut
“Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”.
B.1 Titik
Tanda baca titik (.) digunakan:
(1) pada akhir kalimat yang bukan kalimat seru atau kalimat tanya. Contoh:
Saudara Adnan Syafi’i lulus kuliah S1 Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2015 dengan menyandang predikat cumlaude.
11 Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 327—328.
12 Ibid, h. 71—72.
11
B.2 Koma
Tanda koma (,) digunakan:
(1) di antara unsur-unsur dalam suatu pemerian atau pembilangan, Contoh:
Adik membawa piring, gelas, dan teko.
(2) untuk memisahkan bagian-bagian kalimat majemuk setara yang dihubungkan dengan kata penghubung yang menyatakan pertentangan seperti tetapi dan sedangkan.
Contoh:
Saya bukan hanya mahasiswa, tetapi juga karyawan.
(3) untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Contoh:
Kalau dia menikah, saya juga akan menikah.
Kalau anak kalimat tidak mendahului induk kalimat maka koma tidak dipakai.
Contoh:
Dia lupa akan skripsinya karena terlalu sibuk.
(4) di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti jadi, lagipula, oleh karena itu, dan sebagainya.
Contoh:
12
(5) di belakang kata-kata seru, seperti O, ya, wah, aduh, kasihan yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
Aduh, mengapa skripsi saya harus direvisi?
(6) untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Contoh:
Kata dosen penguji, “Skripsi kamu harus direvisi!”
Kalau petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan mendahului bagian lain dalam kalimat itu maka koma tidak digunakan.
Contoh:
“Cepat selesaikan revisi skripsi!” perintah dosen itu.
(7) untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi. Contoh:
Di kampus saya, menulis skripsi itu, sungguh sulit.
(8) untuk dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca.
Contoh:
Atas bantuan Anda, saya mengucapkan terima kasih. B.3 Tanda Seru
Tanda seru (!) digunakan sesudah kalimat, ungkapan, atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah, atau menyatakan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.
13
Alangkah bagusnya skripsi itu! B.4 Tanda Kurung
Tanda kurung digunakan:
(1) untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Contoh:
Masyarakat membenci DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) (2) untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan. Contoh:
Dia pindah ke Genteng (Kota kecil dekat Banyuwangi, Jawa Timur) mengikuti kedua orang tuanya.
B.5 Tanda Petik
Tanda petik (“...”) digunakan:
(1) untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh:
Kata dosen penguji, “Skripsi kamu harus direvisi.”
(2) untuk mengapit istilah yang masih kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Contoh:
Pada hari Jumat, ia berangkat ke masjid dengan memakai baju
bernama “Koko”.
B.6 Tanda Petik Tunggal
14
(1) untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain. Contoh:
Tanya Basri, “Kau dengarkah bunyi ‘kring-kring’ tadi?”14
C. Fungsi Tanda Baca
Menurut Chaer (2011), fungsi tanda baca adalah agar kalimat-kalimat yang kita tulis dapat dipahami orang persis seperti yang kita maksudkan.15 Adapun
menurut Santoso (1990), tanda baca berperan besar dalam menentukan makna kalimat.16 Karena itu, penyimpangan dalam pemakaian tanda baca bisa
mengakibatkan pembaca keliru dalam memahami maksud si penulis. Berdasarkan penjelasan tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa fungsi tanda baca adalah sebagai berikut.
1. Untuk menentukan makna kalimat. Keliru dalam menggunakan tanda baca bisa mengakibatkan pembaca keliru dalam memahami maksud si penulis.
2. Untuk memudahkan pembaca dalam memahami maksud tulisan persis seperti yang dimaksudkan oleh penulis.
14 Penjelasan tentang penggunaan tanda baca dalam Bab II peneliti susun buku Tata Bahasa
Praktis Bahasa Indonesia karya Abdul Chaer.
15 Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 71—72.
16 Kusno Budi Santoso, Problematika Bahasa Indonesia: Sebuah Analisis Praktis Bahasa
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi dan Metode Penelitian
Metodologi adalah ilmu tentang metode atau uraian tentang metode. Adapun metode itu sendiri adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.17 Karena fungsinya untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian maka metode harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian, mulai dari pengumpulan data, analisis data, hingga penarikan kesimpulan.
Hirarki metodologi terbagi ke dalam tiga bagian :
17 Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian.
Cet. II (Bandung: Refika Aditama, 2006), h. 1.
Metodologi Paradigma Sintaksis Metode Pengumpulan Data Simak Teknik Pengambilan Data Sadap Catat
16
Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif. Yang dimaksud dengan metodologi kualitatif dalam penelitian ini merujuk kepada apa yang didefinisikan Djajasudarma (2006).
Metodologi penelitian kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau lisan di masyarakat bahasa.18
Karena hasil dari penggunaan metodologi kualitatif adalah data deskriptif maka penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Yang dimaksud dengan metode penelitian deskriptif di sini juga merujuk kepada apa yang didefinisikan Djajasudarma (2006).
Metode penelitian deskriptif adalah metode yang bertujuan membuat deskripsi; maksudnya membuat gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti. Metode ini dikatakan pula sebagai pencarian data dengan interpretasi yang tepat. Di dalam penelitian bahasa, metode penelitian deskriptif cenderung digunakan dalam penelitian kualitatif, terutama dalam mengumpulkan data, serta menggambarkan data secara ilmiah.19
B. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode simak. Disebut metode simak karena memang berupa penyimakan, dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa.20
Yang patut diperhatikan, istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tulisan.
18 Ibid, h. 10—11.
19 Ibid, h. 9.
20 Sudaryanto, Metode Linguistik: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1988), h. 2; Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), h. 132.
17
Metode simak memiliki teknik dasar berupa teknik sadap.21 Disebut sadap
karena teknik ini melakukan penyadapan penggunaan bahasa (lisan atau tulisan) seseorang atau sekelompok orang yang menjadi informan.
Penyadapan penggunaan bahasa secara lisan dilakukan jika peneliti menghadapi objek penelitian berupa penggunaan bahasa secara lisan. Adapun penyadapan penggunaan bahasa secara tulisan dilakukan jika peneliti menghadapi objek penelitian berupa teks seperti yang terdapat dalam buku, naskah-naskah kuno, naskah pidato, tulisan-tulisan yang terdapat pada media cetak (koran, majalah), dan lain sebagainya.22
Dalam usaha penyadapan penggunaan bahasa tulis pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik catat. Yang dimaksud dengan teknik catat ialah mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi penelitian dari penggunaan bahasa secara tertulis. 23
Dalam praktiknya, peneliti melakukan penyadapan terhadap penggunaan bahasa dalam buku Al-Muwaththa` Imam Malik Jilid 1 Kitab Shalat dan mencatat beberapa terjemahan yang relevan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu penggunaan tanda baca.
C. Subjek Penelitian
Menurut Suandi (2008), subjek penelitian adalah benda, hal, atau orang tempat variabel melekat, dan yang dipermasalahkan dalam penelitian.24 Dalam
21 Sudaryanto, Metode Linguistik: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data, h. 2;
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya, h. 92.
22 Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya, h. 92—
93.
23 Ibid, h. 133.
24 I Nengah Suandi, Pengantar Metodologi Penelitian Bahasa (Bali: Universitas
18
penelitian ini, subjek penelitian ialah penyimpangan penggunaan tanda baca yang terdapat dalam buku Al-Muwaththa` Imam Malik Jilid 1 Kitab Shalat.
D. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data ialah tempat di mana data dapat diperoleh atau dalam kata lain tempat di mana data menempel. Pada penelitian ini, sumber datanya adalah buku Al-Muwaththa` Imam Malik Jilid 1 Kitab Shalat yang terdiri dari hadis-hadis tentang salat yang keseluruhannya berjumlah 371 terjemahan hadis. Sejauh pengamatan peneliti, dari populasi yang berjumlah 371 terjemahan hadis terdapat 15 terjemahan hadis yang mengandung penyimpangan penggunaan tanda baca.
E. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini terbatas pada penyimpangan penggunaan tanda baca dalam buku Al-Muwaththa` Imam Malik Jilid 1 Kitab Shalat.
F. Metode Analisis Data
Setelah melakukan pengumpulan atau penyediaan data dengan menggunakan metode simak dengan teknik sadap dan catat, selanjutnya peneliti melakukan analisis terhadap data-data yang telah dikumpulkan.
Data dalam penelitian ini berupa kata-kata. Karena itu, ia termasuk jenis data kualitatif.25 Untuk menganalisis data kualitatif, peneliti menggunakan analisis kualitatif. Analisis kualitatif memiliki paradigma metodologis induktif, yaitu paradigma yang bertitik tolak dari yang khusus ke umum.26 Adapun metode yang
25 Ibid, h. 254. 26 Ibid, h. 256.
19
peneliti gunakan dalam analisis kualitatif ini ialah metode analisis isi (content analysis).
G. Metode Penyajian Hasil Analisis
Ada dua metode dalam penyajian hasil, yaitu informal dan formal. Metode penyajian informal berupa penyajian dengan perumusan kata-kata biasa, sedangkan metode penyajian formal adalah penyajian dengan menggunakan tanda-tanda dan lambang-lambang.27 Dalam penelitian ini, penyajian hasil analisis dilakukan dengan menggunakan metode informal.
20 Metodologi Penelitian Metodologi Kualitatif Sumber Data Al-Muwaththa`Imam Malik Jilid 1 Kitab Shalat
Metode Penyediaan Data
Metode simak dengan teknik dasar berupa teknik sadap dan teknik lanjutan berupa teknik catat Data
Penelitian
Terjemahan dalam buku Al-Muwaththa`Imam Malik Jilid 1 Kitab Shalat
Metode Analisis
Analisis Isi
Paradigma Sintaksis
Frase Klausa Kalimat
Menganalisis terjemahan dalam buku
Al-Muwaththa`Imam Malik Jilid 1 Kitab Shalat dari sisi penggunaan tanda baca
Metode Penyajian Hasil Analisis
Metode Informal
21
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Pendahuluan
Dalam bab ini terdapat 13 data berupa terjemahan hadis yang kesemuanya mengandung penyimpangan dalam penggunaan tanda baca. Untuk mengetahui penyimpangan penggunaan tanda baca dalam data-data tersebut, data-data yang peneliti temukan dicermati dengan menggunakan kaidah-kaidah yang tertuang
dalam pedoman “Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” (EYD) dan konsep kalimat menurut Chaer.
A.1 Data 1 : Hadis no. 144
َنَأ ِييرأدُأْا دييعَس يَِأ أنَع ،ِييثأيَللا َدييزَي ينأب يءاَطَع أنَع باَهيش ينأبا أنَع ، كيلاَم أنَع يَِثَدَحَو
ي َللا َ وُسَر
: َ اَق َمَلَسَو ي أيَلَع ُها ىَلَص
«
ُمُتأعيََ اَذيإ
ُنِذَؤُمألا ُ وُقَ ي اَم َلأثيم اوُلوُقَ ف َءاَدِلا
»
28Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Atha’ bin Yazid Al
Laitsi, dari Abu Sa’id Al Khudri, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang diucapkan muadzin.”29
Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 144 :
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Atha’ bin
S P O 1 K
Yazid Al Laitsi, dari Abu Sa’id Al Khudri, bahwa Rasulullah SAW O2
bersabda, “Apabila kalian mendengar adzan, makaucapkanlah seperti yang diucapkan muadzin.”
28 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 67.
22
Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis nomor 144 terletak pada pada penggunaan koma sebelum kata maka pada bagian O2. Hal itu dianggap penyimpangan karena menurut kaidah EYD, kata maka tidak perlu didahului koma.30
Perbaikan
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Atha’ bin
Yazid Al Laitsi, dari Abu Sa’id Al Khudri, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Apabila kalian mendengar adzan maka ucapkanlah seperti yang diucapkan muadzin.”
A.2 Data 2 : Hadis no. 145
يَِأ أنَع يناَمَسلا حيلاَص يَِأ أنَع ينَأَْرلا يدأبَع ينأب يرأكَب يَِأ ََأوَم ٍيََُ أنَع ، كيلاَم أنَع يَِثَدَحَو
َنَأ َََرأ يَرُُ
: َ اَق َمَلَسَو ي أيَلَع ُها ىَلَص ي َللا َ وُسَر
«
ِفَصلاَو يءاَدِلا يِ اَم ُساَلا ُمَلأعَ ي أوَل
أنَأ ََيإ اوُديَِ أَْ ََُ ، ي َوَأْا
َلَو ،ي أيَليإ اوُقَ بَتأس ََ يريجأهَ تلا يِ اَم َنوُمَلأعَ ي أوَلَو اوُمَهَ تأس ََ ي أيَلَع اوُميهَتأسَي
أو
يحأببصلاَو يَِمَتَعألا يِ اَم َنوُمَلأعَ ي
اًوأ بَح أوَلَو اَُُأوَ تََْ
»
31 .Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Sumai budak Abu Bakar bin Abdurrahman, dari Abu Shalih As-Samman, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya orang-orang mengetahui (besarnya pahala) yang terdapat adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak memiliki cara untuk mendapatkannya kecuali harus beradu panah (mengundi), niscaya mereka akan beradu panah (mengundi). Dan seandainya mereka mengetahui (besarnya pahala) bersegera ke masjid niscaya mereka akan berlomba. Kemudian seandainya mereka mengetahui (besarnya pahala shalat Isya dan Shubuh niscaya mereka akan mendatanginya walaupun harus merangkak.”32
Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 145 :
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Sumai budak Abu Bakar bin
S P O1 K
30 Ibid, h. 42.
31 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 68.
23
Abdurrahman, dari Abu Shalih As-Samman, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah
SAW bersabda, “Seandainya orang-orang mengetahui O2
(besarnya pahala) yang terdapat adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak
memiliki cara untuk mendapatkannya kecuali harus beradu panah (mengundi),
niscaya mereka akan beradu panah (mengundi). Dan seandainya mereka
mengetahui (besarnya pahala) bersegera ke masjid niscaya mereka akan berlomba.
Kemudian seandainya mereka mengetahui (besarnya pahala) shalat Isya dan
Shubuh niscaya mereka akan mendatanginya walaupun harus merangkak.”
Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis nomor 145 terletak pada penggunaan titik sebelum kata dan dan kemudian. Keduanya dianggap penyimpangan karena menurut kaidah EYD, kata dan dan kemudian tidak boleh diletakkan di awal kalimat atau didahului titik karena keduanya merupakan konjungsi yang berfungsi menghubungkan dua konstituen atau lebih yang kedudukannya sederajat. 33
Perbaikan
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Sumai budak Abu Bakar bin Abdurrahman, dari Abu Shalih As-Samman, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah
SAW bersabda, “Seandainya orang-orang mengetahui (besarnya pahala) yang terdapat adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak memiliki cara untuk
mendapatkannya kecuali harus beradu panah (mengundi), niscaya mereka akan
beradu panah (mengundi). Seandainya mereka mengetahui (besarnya pahala)
bersegera ke masjid niscaya mereka akan berlomba. Seandainya mereka
24
mengetahui (besarnya pahala) shalat Isya dan Shubuh niscaya mereka akan
mendatanginya walaupun harus merangkak.”
A.3 Data 3 : Hadis no. 146
، كيلاَم أنَع يَِثَدَحَو
َع ينأب َقاَحأسيإَو ،ي ييبَأ أنَع ،َبوُقأعَ ي ينأب ينَأَْرلا يدأبَع ينأب يء َََعألا ينَع
اَمُهَ نَأ ي َللا يدأب
:َمَلَسَو ي أيَلَع ُها ىَلَص ي َللا ُ وُسَر َ اَق :ُ وُقَ ي َََرأ يَرُُ اَبَأ اَعيََ اَمُهَ نَأ ،ُاَرَ بأخَأ
يَ َََصلايب َبِوُ ث اَذيإ
َف
اَُوُتأأَت ََ
َنيإَف .اوبيَِأَف أمُكَتاَف اَمَو اوبلَصَف أمُتأكَرأدَأ اَمَف َُِييكَسلا ُمُكأيَلَعَو اَُوُتأأَو َنأوَعأسَت أمُتأ نَأَو
َأ
اَم َ َََص يِ أمُكَدَح
.يَ َََصلا ََيإ ُديمأعَ ي َناَك
34Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Al Ala’ dari Abdurrahman bin Ya’qub,
dari ayahnya dan dari Ishaq bin Abdillah, bahwa keduanya memberitahukan
kepadanya, mereka berdua mendengar Abu Hurairah berkata, “Rasulullah SAW
bersabda, “Apabila iqamah untuk shalat dikumandangkan maka janganlah kalian berjalan dengan cepat. Tetapi datangilah shalat dengan tenang. Shalatlah pada
raka’at yang kalian dapatkan dan sempurnakan raka’at yang tertinggal. Karena
salah seorang diantara kalian berada dalam keadaan shalat selama ia menuju shalat.”35
Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 146 :
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Al Ala’ dari Abdurrahman bin
S P O1 K
Ya’qub, dari ayahnya dan dari Ishaq bin Abdillah, bahwa keduanya memberitahukan kepadanya, mereka berdua mendengar Abu Hurairah berkata,
“Rasulullah SAW bersabda, “Apabila iqamah untuk shalat dikumandangkan maka janganlah kalian berjalan dengan cepat. Tetapi datangilah shalat dengan tenang.
Shalatlah pada raka’at yang kalian dapatkan dan sempurnakan raka’at yang
tertinggal. Karena salah seorang diantara kalian berada dalam keadaan shalat
selama ia menuju shalat.”
O2
34 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 68.
25
Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis nomor 146 terletak pada O2. Pada bagian tersebut terlihat adanya penggunaan titik yang mendahului kata tetapi dalam kalimat “Tetapi datangilah shalat dengan tenang”. Penggunaan titik sebelum kata tetapi merupakan penyimpangan karena menurut kaidah EYD, kata tetapi merupakan kata penghubung intrakalimat sehingga ia tidak boleh didahului titik,36 melainkan harus didahului koma.37
Penyimpangan penggunaan tanda baca lainnya juga terletak pada O2. Pada bagian tersebut terlihat adanya penggunaan tanda petik untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain, “Apabila iqamah untuk shalat dikumandangkan maka janganlah kalian berjalan dengan cepat. Tetapi datangilah
shalat dengan tenang. Shalatlah pada raka’at yang kalian dapatkan dan sempurnakan raka’at yang tertinggal. Karena salah seorang diantara kalian
berada dalam keadaan shalat selama ia menuju shalat.” Menggunakan tanda petik untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain merupakan penyimpangan karena menurut kaidah EYD, tanda baca untuk petikan dalam petikan lain ialah tanda petik tunggal, bukan tanda petik.38
Penyimpangan penggunaan tanda baca lainnya juga terletak pada O2. Pada bagian tersebut terdapat dua kalimat perintah39 yang berbunyi, “Tetapi datangilah shalat dengan tenang” dan “Shalatlah pada raka’at yang kalian dapatkan dan
sempurnakan raka’at yang tertinggal.” Kedua kalimat perintah tersebut diakhiri
36 Lihat, Chaer, Gramatika Bahasa Indonesia, h. 144; Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa
Indonesia, h. 144.
37 Eneste, Buku Pintar Penyuntingan Naskah Edisi Kedua, h. 41. 38 Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 83.
39 Kalimat perintah adalah kalimat yang isinya mengharapkan adanya reaksi berupa
tindakan atau perbuatan dari orang yang diajak bicara. Lihat, Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 356.
26
oleh titik. Hal itu dianggap penyimpangan karena menurut kaidah EYD, tanda titik tidak digunakan untuk kalimat perintah40; tanda baca yang tepat untuk kalimat perintah ialah tanda seru.41
Perbaikan
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Al Ala’ dari Abdurrahman bin Ya’qub, dari ayahnya dan dari Ishaq bin Abdillah, bahwa keduanya memberitahukan kepadanya, mereka berdua mendengar Abu Hurairah berkata,
“Rasulullah SAW bersabda, ‘Apabila iqamah untuk shalat dikumandangkan maka janganlah kalian berjalan dengan cepat, tetapi datangilah shalat dengan tenang!
Shalatlah pada raka’at yang kalian dapatkan dan sempurnakan raka’at yang
tertinggal! Karena salah seorang diantara kalian berada dalam keadaan shalat
selama ia menuju shalat’.”
A.4 Data 4 : Hadis no. 148
ُها ىَلَص ي َللا َ وُسَر َنَأ ،َََرأ يَرُُ يَِأ أنَع يجَرأعَأْا ينَع ،يداَنِزلا يَِأ أنَع ، كيلاَم أنَع يَِثَدَحَو
َع
َمَلَسَو ي أيَل
: َ اَق
َرَ بأدَأ يَ َََصليل َييدوُن اَذيإ
لا َييضُق اَذيإَف َءاَدِلا َعَمأسَي ََ َََح ٌطاَرُض ُ َل ُناَطأيَشلا
اَذيإ َََح َلَبأ قَأ ُءاَدِ
َ ي ي يسأفَ نَو يءأرَمألا َأَْ ب َرُطأََ َََح َلَبأ قَأ ُبييوأثَتلا َييضُق اَذيإ َََح َرَ بأدَأ يَ َََصلايب َبِوُ ث
أرُكأذا اَََك أرُكأذا ُ وُق
اَََك
.ىَلَص أمَك ييرأدَي أنيإ ُلُجَرلا َلَظَي َََح ُرُكأََي أنُكَي أَْ اَميل
42Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Abu Az-Zinad dariAl A’raj, dari Abu
Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila adzan dikumandangkan syetan lari dengan mengeluarkan kentut, sehingga mereka tidak mendengar adzan dan jika adzan telah selesai mereka kembali. Kemudian ketika iqamah mereka lari dan kembali lagi setelah iqamah selesai, sehingga mereka dapat membisiki hati
seseorang. Syetan berkata kepadanya, “Ingatlah ini, ingatlah itu.” Padahal
perkara tersebut tidak ia ingat sebelumnya, sehingga orang itu tidak tahu sudah
berapa raka’at shalat yang ia lakukan.”43
40 Lihat, Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 72—75.
41 Ibid, h. 81.
42 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 69.
27
Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 148 :
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Abu Az-Zinad dariAl A’raj,
S P O1 K
dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila adzan dikumandangkan syetan laridengan mengeluarkan kentut, sehingga mereka tidak
mendengar adzan dan jika adzan telah selesai mereka kembali. Kemudian ketika
iqamah mereka lari dan kembali lagi setelah iqamah selesai, sehingga mereka
dapat membisiki hati seseorang. Syetan berkata kepadanya, “Ingatlah ini, ingatlah itu.” Padahal perkara tersebut tidak ia ingat sebelumnya, sehingga orang itu tidak
tahu sudah berapa raka’at shalat yang ia lakukan.”
O2
Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis nomor 148 terletak pada bagian O2. Pada bagian tersebut terlihat adanya penggunaan titik yang mendahului kata kemudian. Hal tersebut dianggap penyimpangan karena kata kemudian merupakan konjungsi koordinatif yang berfungsi menghubungkan dua konstituen atau lebih yang kedudukannya sederajat sehingga letaknya tidak mungkin berada di awal kalimat atau didahului titik.44
Penyimpangan penggunaan tanda baca lainnya terletak pada bagian O2. Pada bagian tersebut terlihat adanya penggunaan tanda petik (“...”) untuk mengapit
kalimat “Ingatlah ini, ingatlah itu”. Hal tersebut dianggap penyimpangan karena
kalimat “Ingatlah ini, ingatlah itu” merupakan petikan dalam petikan lain sehingga tanda baca yang seharusnya digunakan ialah tanda petik tunggal, bukan tanda petik.45
44 Lihat, Chaer, Gramatika Bahasa Indonesia, h. 110. 45 Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 83.
28
Penyimpangan penggunaan tanda baca lainnya terletak pada bagian O2 Pada bagian tersebut terlihat adanya penggunaan tanda titik untuk mengapit kalimat