• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

4.2 Pemanfaatan Sungai Cisadane

Sungai Cisadane merupakan sungai utama dari DAS Cisadane. Sungai Cisadane memiliki banyak fungsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Air sungai dimanfaatkan penduduk sebagai air bersih untuk berbagai kebutuhan domestik seperti air minum, mandi dan cuci. Penduduk yang bermukim di sepanjang sungai menjadikan sungai sebagai tempat untuk MCK (Gambar 9).

Gambar 9 MCK di Sungai Cisadane bagian hulu.

Pemanfaatan air sungai untuk MCK menjadi sumber pencemar anorganik, organik dan biologis yang akan menurunkan kualitas air sungai. Kegiatan kakus

menyebabkan masuknya organisma patogen seperti bakteri, virus, protozoa dan cacing parasit ke air sungai (Abel 1989; Mason 1991; Mara dan Cairncross 1994). Sehingga, pemanfaatan air sungai untuk mandi dan cuci dapat mengganggu kesehatan penduduk akibat penyakit patogen yang ditularkan melalui air sungai (CPCD 2006). Penyakit yang menular dari air ini disebut water-borne disease (Mason 1991; Effendi 2003). Penyakit yang dapat diderita manusia akibat mandi, mencuci dan berenang di sungai misalnya leptospirosis, demam tifus, kolera (Nemerow 1974; Abel 1989), diare, infeksi cacing, disentri, gastroenteritis (Effendi 2003), poliomielitis dan hepatitis A (Abel 1989).

Penduduk umumnya mencuci dengan detergen yang akan mencemari air sungai. Busa detergen dapat menghambat difusi oksigen di udara ke dalam air sungai. Jika hal ini terjadi maka kandungan oksigen terlarut dalam air sungai akan menurun yang pada akhirnya akan mengganggu aktivitas biologis organisma sungai (CPCD 2006). Detergen mengandung unsur Fosfor (P) sehingga detergen menjadi sumber penyebab kenaikan unsur P di air sungai (Abel 1989; Effendi 2003).

Tinja yang merupakan hasil metabolisma banyak mengandung amonia total berupa amonia bebas (NH3) dan ion amonium (NH4+). Amonia bebas (NH3) bersifat toksik terhadap organisma akuatik. Ikan lebih peka jika terjadi peningkatan konsentrasi amonia bebas sebab amonia bebas yang terlalu tinggi dapat menghambat pengikatan oksigen oleh darah yang berakibat pada sufokasi (Effendi 2003) atau kematian ikan akibat kekurangan oksigen.

Air sungai diandalkan oleh penduduk untuk mengairi sawah mereka. Kegiatan pertanian menggunakan pupuk dan pestisida. Air limpasan akan membawa bahan pencemar ini ke sungai. Pupuk mengandung unsur Nitrogen (N) dan P. Pupuk yang masuk ke air sungai akan meningkatkan konsentrasi N dan P. Kenaikan unsur N dan P yang berlebihan dapat menurunkan kualitas air sungai. Konsentrasi nitrit yang tinggi bersifat toksik bagi organisma akutik dan manusia. Walaupun nitrat tidak bersifat toksik, namun konsentrasi nitrat yang tinggi dalam air minum dapat menyebabkan blue baby syndrome/methemoglobinemia. Nitrat pada bayi akan menurunkan kapasitas darah dalam mengikat oksigen (Effendi 2003).

Pestisida masuk ke sungai dibawa oleh air limpasan dari lahan pertanian yang menggunakan pestisida ataupun dari industri. Pestisida ini memiliki efek subletal, bersifat akumuatif dalam individu-individu di dalam rantai makanan. Dampak pestisida bagi organisma berbeda dapat mematikan/toksik tinggi bagi beberapa organisma, menengah ataupun tidak berdampak penting bagi organisma lain (Abel 1989).

Sungai Cisadane juga dimanfaatkan sebagai tempat olahraga arung jeram. Bagi penduduk, sungai memudahkan mereka untuk pergi ke tempat lain dengan menggunakan alat-alat transportasi seperti rakit. Kegiatan MCK yang selama ini dilakukan dapat menyebabkan penurunan kualitas air untuk kesehatan manusia. Hal ini tentu selain mengganggu kesehatan juga menurunkan nilai estetika sungai. Penduduk mengambil sumber protein hewani seperti ikan dan udang (Macrobrachium sp.) dari Sungai Cisadane. Alat tangkap yang dipergunakan misalnya pancing dan jaring tebar (Gambar 10a-b). Ikan yang ditemukan di Sungai Cisadane misal ikan betutu (Oxyeleotris marmorata) (Warjono 1990) dan ikan baung (Mystus nemurus) di Sungai Cikaniki, anak Sungai Cisadane (Paryono 2005).

a Menangkap ikan di Sungai Cisadane hilir b Menebar jala di Sungai Cisadane hulu

Gambar 10 Menangkap ikan di Sungai Cisadane.

Di bagian hilir sungai, di daerah Serpong, penduduk menangkap cacing sutra untuk dijual sebagai pakan ikan Arwana (Gambar 11). Cacing sutra ini banyak ditemukan di bagian hilir sebab lingkungan sesuai untuk cacing sutra. Habitat sungai yang memiliki karakter subsrat yang berlumpur (Abel 1989), arus yang lambat dan konsentrasi N dan P yang tinggi sesuai untuk mendukung pertumbuhan Oligocaheta seperti cacing sutra Branchiura sp dan Lumbriculus sp.

Gambar 11 Mencari cacing sutra (Oligochaeta) di Sungai Cisadane hilir, Serpong Selain sumber air dan pangan, Sungai Cisadane menjadi sumber bahan galian C bagi penduduk. Pada beberapa tempat seperti si Kecamatan Sindur, penduduk menambang pasir dari Sungai Cisadane (Gambar 12). Hasil pasir yang ditambang akan lebih banyak ketika musim hujan saat air sungai membawa pasir dari hulu. Penambangan pasir juga dilakukan di sepanjang tepian sungai yang merupakan zona riparian Sungai Cisadane. Setelah penambangan selesai dilakukan, penduduk membuat lahan bekas galian pasir menjadi sawah atau menjadi kebun.

Kegiatan pertambangan di sempadan sungai meningkatkan sedimentasi dan kekeruhan air sungai, menurunkan DO, meningkatkan suhu air sungai dan mendegradasi riparian (Brown et al. 1998; DID 2009). Penambangan pasir juga berdampak langsung pada substrat sungai. Perubahan substrat sungai ini berakibat pada organisma sungai seperti ikan dan makrozoobentos (Brown et al. 1998). Ikan memiliki kebutuhan habitat yang berbeda di sepanjang tahap hidupnya (Haslam 1990; Chovanec et al. 2003). Ikan sangat jarang menempati habitat yang sama untuk tiap sejarah kehidupannya (FAO 1998). Ikan berlaku sebagai indikator sensitif terhadap perubahan temapat memijah (Chovanec et al. 2003). Jika terjadi perubahan subsrat maka ikan tidak akan dapat meletakkan telurnya yang akan berdampak pada kematian ikan yang menyukai substart tertentu seperti berbatu/berpasir untuk memijah. Organisma sungai yang menyukai subsrat yang berpasir akan hilang digantikan oleh organisma yang dapat hidup di subsrat berlumpur (Brown et al. 1998). Tidak hanya ikan, insekta yang merayap di permukaan subsrat berpasir akan hilang digantikan oleh organisma seperti lintah, Oligochaeta dan Mollusca (Abel 1989). Jika insekta ini hilang maka ikan juga hilang akibat hilangnya makanan ikan tersebut (Haslam 1990; Brown et al. 1998). Penambangan pasir di sungai memberikan dampak postif bagi penduduk sebab penduduk dapat memperoleh uang dari hasil menjual pasir. Namun, pertambangan pasir yang tidak terkendali dapat menurunkan keanekaragaman organisma Sungai Cisadane dan menurunkan produktivitas perikanan.

Dokumen terkait