• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyiapan bubuk daun murbei, ekstraksi dan uji proksimat Daun murbei segar yang digunakan dalam penelitian ini berasal dar

Teaching Farm Sutera Alam Kebun Percobaan IPB Desa Sukamantri Kabupaten Bogor yang berumur 60 sampai 90 hari. Daun murbei segar yang berasal dari daun muda dan daun tua disortir, ditimbang kemudian dicuci dalam air mengalir sebanyak dua kali dan dipotong-potong dengan panjang ± 1 cm. Selanjutnya dilakukan pengeringan dengan sinar matahari dan di oven dengan suhu 45˚C selama 5 jam hingga tercapai kadar air akhir 7%. Nilai ini mengacu pada SNI-01- 3836-2000 dimana kadar air teh kering dalam kemasan adalah maksimal 8%. Daun murbei yang telah kering dihaluskan dengan blender untuk mendapatkan partikel yang relatif homogen dengan ukuran 32 mesh. Untuk pembuatan ekstrak daun segar, tidak dilakukan pengeringan, setelah daun disortir, ditimbang dan dicuci, daun langsung diblender.

Penggunaan daun tua dan daun muda pada penelitian ini adalah ingin mengetahui apakah kandungan senyawa aktif yang berperan sebagai inhibitor alfa-glukosidase yang terdapat pada daun murbei muda dan daun murbei tua sama kuatnya dalam menurunkan kadar glukosa darah. Selain itu belum ada penelitian daun murbei yang membandingkan penggunaan antara daun muda dan daun tua, walaupun secara empiris daun muda banyak digunakan sebagai lalap dan diyakini dapat menurunkan berat badan dan gula darah.

Ekstrak daun murbei yang digunakan untuk menguji efek hipoglikemik dihasilkan melalui proses ekstraksi yang dilakukan secara maserasi yaitu proses ekstraksi dengan pengadukan secara terus menerus selama 5 jam, kemudian didiamkan selama 24 jam pada suhu ruangan. Untuk menghasilkan ekstrak kasar digunakan pelarut air dan pelarut hexane masing-masing dengan perbandingan

1:5. Setelah itu dilakukan penyaringan. Penguapan sisa pelarut menggunakan rotari evaporator (rotavapor) dan dipekatkan dalam penangas air pada temperatur 50˚C sehingga dihasilkan ekstrak daun murbei kental (Modifikasi Andayani, 2003). Tahapan alur proses pembuatan ekstrak daun murbei disajikan pada Gambar 8. Selanjutnya dilakukan analisis proksimat yang meliputi kadar air, lemak, kadar abu, protein, karbohidrat dan serat kasar. Metode pemanasan langsung digunakan untuk menentukan kadar air dan kadar abu, reaksi hidrolisis untuk menetapkan serat kasar, ekstraksi soklet untuk mengukur kadar lemak, metode Kjeldahl untuk menentukan kadar protein. Penentuan kadar karbohidrat dengan cara 100% dikurangi kadar air, abu, protein dan lemak (by difference).

Penggunaan pelarut air dan pelarut hexane pada penelitian ini karena kedua jenis pelarut tersebut telah banyak digunakan untuk menguji aktivitas hipoglikemik pada berbagai jenis tanaman obat, seperti ekstrak hexane buah biji makassar (Brucea javanica), telaah kandungan kimia ekstrak hexane buah takokak (Solanum tarvum), kembang kol (Brassica oleraceae) dan umbi daun dewa (Gynum pseudochina). Hasil uji fitokimia fraksi hexane dari ekstrak tumbuhan menunjukkan adanya senyawa steroid, terpenoid dan flavonoid yang diketahui mempunyai kemampuan hipoglikemik, sedangkan fraksi air dari ekstrak tumbuhan umumnya menunjukkan aktivitas hipoglikemik yang lebih kuat (Sayekti et al 2003). Menurut Agusta dan Yuliasri (2006) pelarut hexane dapat mendeteksi 26 komponen kimia.

Maserasi (24 jam 25˚C)

Gambar 8. Diagram alur proses pembuatan ekstrak daun murbei

Sortasi, penimbangan dan pencucian

Penghalusan dengan blender (32 mesh)

Penyaringan dengan kertas saring

Ekstrak daun murbei kental Ekstraksi : Daun murbei: air = 1:5 Daun murbei: hexane = 1:5

Daun murbei segar Daun murbei kering

Penguapan dg rotavapor dipekatkan dlm pemanas air suhu 50˚C

Analisis Proksimat dan Serat kasar Ekstrak Daun Murbei

Kadar Air , Metode Oven (Apriyantonoet al 1989; James 1995)

Cawan aluminium dikeringkan dalam oven pada suhu 100-102oC selama 15 menit, didinginkan dalam desikator selama 10 menit kemudian ditimbang (A). Sampel ditimbang sebanyak ± 5 g dalam cawan (B). Cawan beserta isinya dikeringkan dalam oven 100oC selama 4-6 jam. Cawan dipindahkan ke dalam desikator lalu didinginkan dan ditimbang. Cawan beserta isinya dikeringkan kembali sampai diperoleh berat konstan (C). Kadar air dihitung dengan rumus:

Kadar Air (% bb) = ( ) x100% B A C B      

Kadar Abu (Metode Total Abu)

Cawan porselen yang telah diketahui bobot tetapnya (A) dimasukkan sampel yang telah ditimbang sebanyak 5 g (B). Sampel diarangkan di atas api bunsen dengan nyala api kecil hingga asapnya hilang, selanjutnya dimasukkan ke dalam tanur pada suhu 500-600oC sampai menjadi abu yang berwarna putih. Cawan yang berisi abu didinginkan dalam desikator lalu ditimbang hingga diperoleh bobot tetap (C). Kadar abu dihitung dengan rumus:

Kadar Abu (% bb) = (C – A)/(B – A) x 100%

Kadar Abu (% bk) = kadar abu (% bb)/(100-kadar air (% bb) x 100%

Kadar Karbohidrat (by difference)

Karbohidrat ditentukan dengan metode Nelson-Somogy. Sampel dihidrolisis dengan larutan HCL 0,1 M dalam pemanas air, kemudian dinetralkan dengan NaOH 0,1 M. Protein diendapkan dengan menambahkan larutan ZnSO4 5 % dan Ba(OH)2 0,3 N, kemudian disaring. Supermatan ditambah dengan pereaksi Nelson, dan kadar karbohidrat ditentukan dengan spektrofotometri pada panjang gelombang 500 nm. Kadar karbohidrat dihitung dengan rumus:

Kadar Karbohidrat (% bb) = 100% - (KA + A + P + L) Kadar karbohidrat (%bk) = 100 - %bk (A + P + L)

Dimana :

KA = kadar air (% bb) A = kadar abu (% bb) P = kadar protein (% bb) L = kadar lemak (%)

Kadar Protein, Metode Mikro-Kjeldahl (AOAC 1995)

Sampel sebanyak 0.5-3 g ditimbang (A) dan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl 30 ml lalu ditambahkan 1.9 ± 0.1 g K2SO4, 40 ± 10 mg HgO dan 2.0 ± 0.1 ml H2SO4kemudian didestruksi dengan pemanasan sampai larutan berwarna jernih. Larutan hasil destruksi diencerkan dan didestilasi dengan penambahan NaOH-Na2S2O3sebanyak 8-10 ml. Destilat ditampung dalam 5 ml larutan H3BO3 dan 2-4 tetes indikator (campuran 2 bagian metil merah 0.2% dalam alkohol dan 1 bagian metilen blue 0.2% dalam alkohol). Kemudian dilakukan destilasi sampai tertampung kira-kira 50 ml destilat dalam erlenmeyer, lalu dititrasi dengan HCl 0.02 N sampai terjadi perubahan warna menjadi abu-abu. Dari hasil titrasi ini total nitrogen dapat diketahui, dan kadar protein sampel dihitung dengan mengalikan total nitrogen dengan faktor konversi. Kadar protein dihitung dengan rumus:

Total Nitrogen (%) = A x x mlblankoxN mlHClHCl 14.007 100

Kadar Protein (%bb) = total nitrogen (%) x faktor koreksi (6.25)

Kadar Protein (%bk) = kadar protein (%bb)/(100-kadar air %bb) x 100%

Kadar Lemak, Metode Ekstraksi Soxhlet (AOAC 1995)

Labu lemak dikeringkan dalam oven (110oC selama 1 jam), kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang hingga bobot tetap (A). Sampel sebanyak 5 g (B) dibungkus dengan kertas saring lalu dimasukkan dalam labu soxhlet kemudian dipasang alat kondensor. Pelarut hexana dituangkan ke dalam labu lemak secukupnya sesuai dengan ukuran yang digunakan. Selanjutnya dilakukan refluks minimum 5 jam sampai pelarut yang turun kembali ke labu lemak berwarna jernih. Pelarut yang ada di dalam labu lemak didestilasi dan

ditampung. Kemudian labu lemak yang berisi hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC sampai beratnya tetap lalu didinginkan dalam desikator dan dilakukan penimbangan labu beserta lemaknya hingga diperoleh bobot yang tetap (C). Kadar lemak ditentukan dengan rumus:

Kadar Lemak (% bb) = x100% B

A C

Kadar lemak (%bk) = kadar lemak (%bb)/(100-kadar air %bb) x 100%

Kadar Serat Kasar

Sampel dihaluskan sehingga dapat melalui saringan diameter 1 mm dan diaduk merata. Ditimbang 2 gram bahan, diekstraksi lemak sampel dengan metode Soxhlet. Sampel dipindahkan ke dalam Erlenmeyer 600 ml, serta jika ada ditambahkan juga 0,5 gram asbes yang telah dipijarkan dan 3 tetes zat anti buih. Ditambahkan 200 ml larutan H2SO4 mendidih dan ditutup dengan pendingin balik. Dididihkan selama 30 menit dengan kadang-kadang digoyang-goyangkan. Disaring suspensi dengan menggunakan kertas saring. Residu yang tertinggal dalam Erlenmeyer dicuci dengan air mendidih. Dicuci residu dalam kertas saring sampai air cucian tidak bersifat asam lagi (diuji dengan kertas lakmus). Residu dipindahkan secara kuantitatif dari kertas saring ke dalam Erlenmeyer dengan menggunakan spatula. Sisanya dicuci lagi dengan 200 ml larutan NaOH mendidih sampai semua residu masuk ke dalam Erlenmeyer. Dididihkan dengan pendingin balik sambil kadang-kadang digoyang-goyangkan selama 30 menit. Disaring kembali melalui kertas saring yang diketahui beratnya atau krus gooch yang telah dipijarkan dan diketahui beratnya, sambil dicuci dengan larutan K2SO4 10%. Kemudian residu dicuci lagi dengan air mendidih, lalu dengan sekitar 15 ml alkohol 95%. Dikeringkan kertas saring atau krus dengan isinya pada 110oC sampai berat konstan (1-2 jam), didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Jangan lupa untuk mengurangi berat asbes. Berat residu yang diperoleh sama dengan berat serat kasar. (Apriyantono, 1989).

Dokumen terkait