• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Struktur Elemen Kunci dalam Model Pengelolaan Danau Sentani

4.3.1. Peran Pemerintah dalam Pengembangan Model

dikaji, yaitu peran pemerintah, kebutuhan dari program kebijakan pengelolaan Danau Sentani, tujuan dalam pengembangan model pengelolaan Danau Sentani, kendala utama dalam pengembangan model pengelolaan Danau Sentani, tolok ukur keberhasilan dalam pengembangan model pengelolaan Danau Sentani, lembaga yang terlibat dalam pengelolaan Danau Sentani, dan sektor masyarakat yang terpengaruhi.

4.3.1. Peran Pemerintah dalam Pengembangan Model Pengelolaan Danau Sentani

Arahan yang perlu diperhatikan oleh pemerintah bahwa pengelolaan Danau Sentani secara menyeluruh dan terpadu merupakan pendekatan sistem yang melibatkan berbagai sektor : pemerintah (policy maker), pelaku hukum,

pengusaha, serta masyarakat (umum dan adat), untuk tidak menganggap Danau Sentani hanya sebagai sesuatu tempat ekploitasi saja karena nilai ekonomisnya yang tinggi, tetapi juga harus mempunyai nilai dan hak untuk dijaga, dikembangkan dan dilestarikan. Ganjaran hukuman harus mampu ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.

Elemen peran pemerintah yang terlibat dalam pengembangan Model Pengelolaan Danau Sentani baik langsung maupun tidak langsung, dijabarkan menjadi 11 sub elemen seperti terlihat pada Tabel 22. Interpretasi dalam bentuk hierarki disajikan dalam Gambar 45 dan pada Gambar 46 subelemen dikelompokkan kedalam empat sektor yakni automous, dependent, linkage dan independent. Untuk analisis ISM data disajikan pada Lampiran 23.

Tabel 22. Elemen Peran Pemerintah dalam Pengembangan Model Pengelolaan Danau Sentani

Subelemen 1. Tata ruang Kota /Kabupaten Jayapura 2. Pemetaan tata ruang

3. Evaluasi kesesuaian lahan

4. Master plan pewilayahan ekologi, ekonomi dan sosial

5. Penerapan kebijakan antar stakeholder (pencemaran, tata ruang dan yang terkait dengan pencemaran danau)

6. Ketegasan penegakan hukum terhadap pelanggaran 7. Kajian kebijakan

8. Prioritas rencana strategis 9. Realisasi penerapan renstra

10. Koordinasi antar wilayah administrasi 11. Prinsip integrasi lintas sektoral

Dari Gambar 45 terlihat bahwa peran pemerintah yang merupakan elemen kunci dalam pengembangan model pengelolaan Danau Sentani adalah Penerapan kebijakan antar stakeholder, Ketegasan penegakan hukum terhadap pelanggaran, Koordinasi antar wilayah administrasi, dan Prinsip integrasi lintas sektoral. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam pengembangan model pengelolaan Danau Sentani diawali oleh Penerapan kebijakan antar stakeholder (5), Ketegasan penegakan hukum terhadap pelanggaran (6), Koordinasi antar wilayah administrasi (10), dan Prinsip integrasi lintas sektoral (11) pada level 5, hal ini berarti bahwa perlu diawali oleh strategi kebijakan dan hukum serta prinsip kerjasama yang harmonis, sub elemen level 5 ini menjadi penggerak utama dan mempengaruhi sub elemen pada level berikutnya. Peran pemerintah lainnya yang juga merupakan elemen kunci dalam

pengembangan model pengelolaan Danau Sentani adalah prioritas rencana strategis dan realisasi penerapan renstra pada level 4.

Gambar 45. Diagram hierarki dari subelemen peran pemerintah dalam pengembangan model pengelolaan Danau Sentani

Secara alamiah air akan bergerak dari satu tempat ke tempat lain tanpa mengenal batas politik, sosial, ekonomi, bangsa, maupun batas wilayah administrasi bahkan batas Negara. Karena itu perlu dikelola dalam satu kesatuan sistem koordinasi berdasarkan “one lake, one river, one plan, and one management”. Sistem koordinasi yang perlu diterapkan adalah :

1) Keterpaduan visi misi antar wilayah andiministrasi, yaitu Distrik Sentani Barat, Distrik Sentani, dan Distrik Sentani Timur

2) Keterpaduan visi misi antar sektor, yaitu Dinas Perikanan dan Kelautan, Bapedalda, Dinas Kehutanan, Dinas Pertanian, Dinas Kepersihan, Dinas Tata ruang, Dinas Kebersihan, BP DAS Mamberamo, Dinas PU, Dinas Perhubungan, Dinas PDAM dan Dinas Parawisata

3) Keterpaduan antar multidisiplin ilmu, yaitu bidang ilmu perairan, perikanan, hidrologi, dan ilmu dasar.

Jika didasarkan pada nilai Driver Power dan Dependence maka ke 11 sub elemen dapat dikelompokkan kedalam 4 sektor. Dari Gambar 46 terlihat bahwa sub elemen yang masuk kedalam sektor Dependent adalah Tata ruang Kota /Kabupaten Jayapura (1), Pemetaan tata ruang (2), Evaluasi kesesuaian lahan (3), Master plan ( pewilayahan ekologi, ekonomi dan sosial) (4), serta Kajian kebijakan (7). Hal ini memberikan makna bahwa kelima peran pemerintah ini sangat tergantung pada sistem dan tidak mempunyai kekuatan penggerak yang

3

7

4

1

2

11

10

6

5

8

9

Level 5

Level 4

Level 3

Level 2

Level 1

besar atau kelima sub elemen tersebut merupakan variabel tak bebas yang akan dipengaruhi sub elemen lainnya dalam sistem. Sub elemen Penerapan kebijakan antar stakeholder (5), Ketegasan penegakan hukum (6), Koordinasi antar wilayah administrasi (10) dan Prinsip integrasi lintas sektoral (11) berada di sektor Independent, yang berarti sub elemen ini memiliki kekuatan penggerak yang besar dalam menunjang peran pemerintah dalam pengelolaan Danau Sentani. Sedangkan sub elemen Prioritas rencana strategis (8) dan Realisasi penerapan renstra (9) memiliki kekuatan penggerak yang besar asalkan ditunjang oleh kelima sub elemen pada sektor Independent. Hal ini berarti rencana – rencana strategis dalam pengelolaan Danau Sentani akan sangat ditunjang oleh tata ruang dan kebijakan penegakan hukum. Hal ini memperkuat penelitian Takuo (2004) dan Shinji (2004).bahwa Danau Biwa di Jepang telah memiliki konsep tata ruang yang cukup baik seperti adanya master plan pewilayahan ekologis, sosial dan ekonomi sehingga mengakibatkan danau tersebut lestari. Setelah peran pemerintah Jepang mewujudkan konsep tata ruang sebagai suatu kekuatan penggerak dalam pengelolaan Danau Biwa, kemudian dilanjutkan dengan rencana – rencana strategis seperti (1) “Mother Lake 21 Plan”sebuah rencana konservasi komprehensif untuk Danau Biwa abad 21, (2) OBM (Organisasi Berbasis Masyarakat) dan (3) Pembentukan Basin Consociation (Kelompok DTA) yang terdiri dari 13 kelompok konservasi di masing – masing DAS utama yg mengalirkan airnya ke danau Biwa

Ada tiga tipe OBM :

• Tipe Choinaikai : anggotanya berasal dari sejumlah choinaikai

• Tipe consociation (kelompok) terdiri dari bermacam organisasi lokal termasuk choinaikai

• Tipe Network (jejaring) terdiri dari perorangan dan organisasi sukarela tanpa choinaikai

Hal ini juga sejalan dengan penelitian Adelina (2004) bahwa Danau Laguna di Pilipina memiliki 4 Progran Utama dalam rencana Induk Laguna de Bay : Pengelolaan pewilayan ekologis yaitu 1) pengelolaan lingkungan dan 2) pengelolaan DTA), 3) Pengelolaan pewilayahan ekonomi yaitu 3) pengembangan usaha perikanan) dan 4) Pengelolaan pewilayahan sosial yaitu reformasi serta pengembangan kelembagaan. Dalam hal ini pelaksanaan tata ruang, dan master plan yang diikuti oleh kebijakan penegakan hukum akan sangat menunjang kelestarian danau dan nilai estetika danau. Hal ini akan sangat menunjang

rencana program pemanfaatan Danau Sentani dan peningkatan PAD (Pendapatan Asli Daerah). Menurut Bapedalda (2004) rencana program pemanfaatan Danau Sentani adalah 1) Sebagai sumber air bersih, 2) Pengembangan perikanan, 3) Ekowisata, 4) Transportasi danau, dan 5) Potensi energi listrik PLTA.

1, 2 3, 7 4 5, 6, 10, 11 8, 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Gambar 46. Matriks Driver Power (DP) dan Dependence (D) untuk elemen peran pemerintah dalam pengembangan model pengelolaan Danau Sentani

4.3.2. Elemen Tujuan dalam Pengembangan Model Pengelolaan Danau Sentani

Hal ini memberikan arahan bagi pengambil kebijakan (pemerintah) dibidang pengelolaan Danau Sentani yakni agar pengelolaannya berhasil maka perlu ditetapkan tujuan utamanya. Hasil analisis diperoleh bahwa elemen tujuan pengembangan model pengelolaan Danau Sentani, diuraikan menjadi 18 sub elemen seperti terlihat pada Tabel 23. Struktur hierarki disajikan dalam Gambar 47 dan pada Gambar 48 subelemen dikelompokkan kedalam empat sektor yakni autonomous, dependent, linkage dan independent. Untuk analisis ISM data disajikan pada Lampiran 24.

Tabel 23. Elemen Tujuan dalam Pengembangan Model Pengelolaan Danau Sentani

Subelemen

1. Mengamankan bahan pencemar (limbah domestik pemukiman, oli dari PLTD, limbah rumah sakit, dsb).

2. Memperpendek jalur bahan pencemar

3. Meningkatkan sistem penanganan bahan pencemar 4. Pengerukan sedimen di danau

5. Membersihkan tanaman pengganggu (eceng gondok, algae dll) 6. Memperluas wilayah perbaikan lingkungan

7. Menurunkan erosi sekitar dan buangan PETI (Menurunkan resiko ekologi) 8. Menurunkan sedimentasi danau.

9. Pembangunan Lake Sentani Envioromental Research Centre-Pusat Penelitian Lingkungan Danau Sentani (kontrol dari Peneliti)

10. Pendirian the Sentani Lake Development Authority (SLDA) atau Badan Pembangunan Danau Sentani berdasarkan UU – (kontrol dari Pemerintah)

11. Pembangunan OBM (Organisasi Berbasis Masyarakat / adat)- (kontrol dari Adat)

Pembangunan Lake Sentani Envioromental Research Centre-Pusat Penelitian Lingkungan Danau Sentani (kontrol dari Peneliti)

12. Membuat chek DAM

13. Konservasi tanah (vegetasi, penataan PETI)

14. Gerakan Danau Bersih dan sosialisasi anti pencemaran 15. Desa Percontohan (Contoh Desa pelestari Danau Sentani)

16. Berbagi keahlian dan pengalaman penanganan limbah dan erosi (Sosialisasi pengetahuan)

17. Pengembangan sistem Informasi (informasi biofisik, sosial ekonomi, kelembagaan dan politik serta informasi penting)

18. Menggabungkan research dan development

Elemen kunci tujuan dalam pengembangan model pengelolaan Danau Sentani adalah Gerakan Danau Bersih dan sosialisasi anti pencemaran, desa Percontohan, berbagi keahlian dan pengalaman penanganan limbah dan erosi, pengembangan sistem Informasi, dan menggabungkan research dan development (Gambar 47). Menurut Isnugroho (2001), upaya pengendalian kualitas air agar tidak tercemar melalui : (1) Pencegahan kerusakan sumberdaya air yang dilakukan dengan upaya – upaya menetapkan perijinan pembuangan air limbah cair berdasarkan suatu rencana induk (master plan) kualitas air yang menjangkau sasaran kualitas air sesuai baku mutu; (2) Upaya penanggulangan pencemaran untuk mencegah meluasnya pencemaran yang terjadi dan (3) Usaha – usaha yang harus dilakukan untuk memulihkan kembali/mengembalikan kondisi sumberdaya air dan lingkungan yang tercemar. Selanjutnya menurut Tarigan (2008) dan UU No 24 Tahun 1992 pasal 16 dan 17, sistem informasi merupakan hal penting untuk meningkatkan partisipasi stakeholder

Berbagi keahlian dan pengalaman ditujukan untuk mendapatkan partisipasi publik dalam pengembangan sumberdaya air. Menurut Savenije (1997) dalam Sunaryo et al. (2007), aspek keberlanjutan dalam pengelolaan sumberdaya air

dapat meliputi keberlanjutan sosial yaitu adanya masyarakat yang merasa ikut memiliki dan bertanggung jawab. Pentingnya penanggulangan masalahan erosi karena masalahan ini semakin meningkat di Indonesia. Menurut Sinukaban (2007), masalah erosi semakin meningkat di lahan pertanian diseluruh Indonesia terutama pada pertanian lahan kering. Hal ini disebabkan oleh penggunaan lahan yang semakin intensif tanpa menggunakan tehnik konservasi tanah dan air yang memadai. Tanah lapisan atas yang tererosi mengakibatkan menurunnya kesuburan dan produktivitas lahan serta rusaknya fungsi hidrologis daerah aliran sungai (DAS). Kemudian akan terjadi juga sedimentasi yang mengakibatkan mendangkalnya sengai – sungai dan saluran – saluran drainase yang selanjutnya mengakibatkan terjadinya banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Erosi mengakibatkan terjadinya sedimentasi di danau. Disamping itu erosi tersebut juga akan mencemari sungai, danau dan perairan yang pada akhirnya merusak seluruh lingkungan hidup. Oleh sebab itu erosi harus ditekan sampai seminimum mungkin dengan cara yang mudah dimengerti dan dapat dilaksanakan petani Indonesia pada umumnya. Untuk menekan erosi seminimal mungkin dibutuhkan sosialisasi, berbagi keahlian dan pengalaman tentang tehnik konservasi tanah dan air.

Gambar 47. Diagram hierarki dari subelemen Tujuan dalam pengembangan model pengelolaan Danau Sentani

Level 6

Level 5

Level 4

Level 3

Level 2

6

17

16

15

14

18

10

9

8

7

11

4

3

2

1

5

12

13

Level 1

Bidang yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya air dan harus mendapat perhatian memadai, antara lain yakni : (1) pengelolaan daerah tangkapan hujan (watershed management) untuk menjaga fungsi daerah resapan air yang dilakukan melalui usaha – usaha konservasi sumberdaya air (penghijauan dan terasering), pengendalian erosi, dan sedimentasi serta pengendalian tata guna lahan; (2) pengelolaan kualitas air (water quality management) untuk menjaga kualitas air pada sumber – sumber air sesuai peruntukan yang ditetapkan melalui kegiatan pengendalian kualitas air, penetapan izin pembuangan limbah cair, serta pengendalian pencemaran air; dan (3) penelitian dan pengembangan (research and development) untuk mendukung dan meningkatkan kinerja pengelolaan sumberdaya air dengan mengupayakan inovasi, baik dibidang teknologi maupun sistem manajemen (Sunaryo et al 2007).

Hasil analisis ini diperoleh bahwa gerakan Danau Bersih dan sosialisasi anti pencemaran (14), desa percontohan (15), berbagi keahlian dan pengalaman penanganan limbah dan erosi (16), pengembangan sistem Informasi (17), dan menggabungkan research dan development (18) pada level 6, merupakan elemen kunci dari tujuan pengembangan model pengelolaan Danau Sentani. Hal ini berarti bahwa perlu diawali oleh strategi menambah wawasan stakeholder. Sub elemen level 6 ini menjadi penggerak utama dan mempengaruhi sub elemen pada level berikutnya.

Pada Gambar 48 menunjukkan tentang pengelompokkan sub elemen berdasarkan Driver Power (DP) dan Dependence (D). Berdasarkan nilai Driver Power dan Dependence ke 18 sub elemen dapat dikelompokkan kedalam 4 sektor. Sub elemen – sub lemen yang masuk kedalam sektor Dependent adalah Memperluas wilayah perbaikan lingkungan, Menurunkan erosi sekitar dan buangan PETI, Menurunkan sedimentasi danau, Pembangunan Lake Sentani Environmental Research Centre-Pusat, Pendirian the Sentani Lake Development Authority (SLDA), Pembangunan OBM, Membuat chek DAM dan Konservasi tanah (Gambar 48). Hal ini memberikan makna bahwa kedelapan sub elemen tujuan penngembangan model pengelolaan Danau Sentani ini sangat tergantung pada sistem dan tidak mempunyai kekuatan penggerak yang besar atau kedelapan sub elemen tersebut merupakan variabel tak bebas yang akan dipengaruhi sub elemen lainnya dalam sistem. Sub elemen Gerakan Danau Bersih dan sosialisasi anti pencemaran, Desa Percontohan, Berbagi keahlian

dan pengalaman penanganan limbah dan erosi, Pengembangan sistem Informasi, serta menggabungkan research dan development berada di sektor Independent, yang berarti sub elemen ini memiliki kekuatan penggerak yang besar dalam menunjang tujuan pengembangan model pengelolaan Danau Sentani. Sedangkan sub elemen Mengamankan bahan pencemar, Memperpendek jalur bahan pencemar, Meningkatkan sistem penanganan bahan pencemar, Pengerukan sedimen di danau dan Membersihkan tanaman pengganggu berada pada sektor linkage. Sub – sub elemen sektor linkage ini harus dikaji secara hati – hati dalam tujuan pengembangan model pengelolaan Danau Sentani karena akan memberikan dampak terhadap lainnya dan umpan balik pengaruhnya bisa memperbesar dampak tersebut.

1, 2, 3, 4, 5 6 7, 8, 9, 10, 11 12 13 14, 15, 16, 17, 18 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Gambar 48. Matriks Driver Power (DP) dan Dependence (D) untuk elemen Tujuan dalam pengembangan model pengelolaan Danau Sentani

4.3.3. Elemen Kendala dalam Pengembangan Model Pengelolaan Danau Sentani

Elemen kendala dalam pengembangan model pengelolaan Danau Sentani dijabarkan lagi menjadi 12 sub elemen seperti terlihat pada Tabel 24. Struktur hierarki disajikan dalam Gambar 49 dan pada Gambar 50 subelemen dikelompokkan kedalam empat sektor yakni autonomous, dependent, linkage dan independent. Untuk analisis ISM data disajikan pada Lampiran 25.

Tabel 24. Elemen Kendala dalam Pengembangan Model Pengelolaan Danau Sentani

Kendala utama yang menjadi elemen kunci dalam pengembangan model pengelolaan Danau Sentani adalah Kurangnya visi dan misi pengelolaan lingkungan (1), Perbedaan tujuan antar stakeholder (2), Perbedaan tujuan antar wilayah administrasi (3), Kualitas dan kuantitas SDM (8), Dukungan peraturan (10), Persaingan kebutuhan/kepentingan (11) dan Peraturan (12) (Gambar 49).

Gambar 49. Diagram hierarki dari subelemen kendala utama dalam pengembangan model pengelolaan Danau Sentani

Hasil analisis ini menggambarkan pendapat para ahli bahwa kendala utama dalam pengembangan model pengelolaan Danau Sentani diawali oleh Kurangnya visi dan misi pengelolaan lingkungan (1), Perbedaan tujuan antar stakeholder (2), Perbedaan tujuan antar wilayah administrasi (3), Kualitas dan kuantitas SDM (8), Dukungan peraturan (10), Persaingan kebutuhan/kepentingan

Subelemen

1. Kurangnya visi dan misi pengelolaan lingkungan (stakeholder) atau kurangnya pengetahuan dan kesadaran

2. Perbedaan tujuan antar stakeholder

3. Perbedaan tujuan antar wilayah administrasi 4. Konsistensi arah kerjasama antar stakeholder

5. Konsistensi arah kerjasama antar wilayah administrasi 6. Karakter dan etika dalam kerjasama

7. Koordinasi antar instansi 8. Kualitas dan kuantitas SDM 9. Kekuatan manajemen 10. Dukungan peraturan 11. Persaingan kebutuhan/kepentingan 12. Penegakan Peraturan

6

4

7

Level 5

Level 4

Level 3

Level 2

Level 1

8

3

2

1

10

11

12

9

5

(11) dan Peraturan (12), sub elemen level 5 ini menjadi penggerak utama dan mempengaruhi sub elemen pada level berikutnya. Menurut Soenarno (2001), secara alamiah air akan bergerak dari satu tempat ke tempat lain tanpa mengenal batas politik, sosial ekonomi, bangsa, maupun batas wilayah administrasi bahkan batas negara. Karena itu perlu dikelola dalam satu kesatuan sistem berdasarkan pendekatan ”one lake, one river, one plan and one management system” artinya perlu ada kesamaan tujuan, kesamaan visi dan misi antar stakeholder dan antar wilayah administrasi dalam pengelolaan air. Elemen kendala lainnya yang juga merupakan elemen kunci dalam pengembangan model pengelolaan Danau Sentani adalah karakter dan etika dalam kerjasama pada level 4.

Bentuk pelanggaran hukum atau lemahnya penegakan peraturan di Danau Sentani seperti adanya pemukiman di sempadan sungai 50-100 meter dan danau 50 -100 meter dari titik pasang tertinggi, hal ini melanggar Kepres No 32 Tahun 1990 pasal 16 – 18. Data Bapedalda Kabupaten Jayapura (2007) menyebutkan kerusakan hutan di Kabupaten Jayapura disebabkan oleh 1) Kebakaran hutan, 2) Ladang berpindah, 3) iIlegal loging, dan 4) Perambahan hutan. Pelanggaran lain adalah adanya konversi lahan di kawasan cagar alam cycloop, kawasan lindung dan kawasan penyangga (Bapedalda Propinsi 2007 dan Bapeldalda Kabupaten 2006). Konversi lahan di kawasan tersebut adalah Galian C, ladang berpindah, pemukiman, pasar dan lain – lain. Hal ini mengakibatkan perubahan bentang alam, erosi, longsor dan pencemaran. Oleh sebab itu bentuk penegakan hukum yang harus diterapkan adalah :

a. Penegakan Kepres No 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung.

b. Pelarangan galian C di tempat yang tidak layak lingkungan

c. Perlunya penguatan regulasi dan sanksi – sanksi hukum (punishment) bagi illegal loging, perambah hutan dan lain - lain.

Penelitian ini memperkuat penelitian Helmer et al. (1997) bahwa Intervensi yang diperlukan dalam pengelolaan perairan (termasuk pencemaran air) adalah :

• Pembuatan kebijakan, perencanaan dan koordinasi (Policy making, planning and co-ordination)

• Persiapan regulasi (Preparation/adjustment of regulations)

• Monitoring

• Pelatihan dan Penyebaran informasi (Training and information dissemination)

Gambar 50 memperlihatkan pengelompokkan sub elemen berdasarkan Driver Power (DP) dan Dependence (D). Berdasarkan nilai Driver Power dan Dependence ke 12 sub elemen dapat dikelompokkan kedalam 4 sektor. Dari Gambar 52 terlihat bahwa sub elemen yang masuk kedalam sektor Dependent adalah Konsistensi arah kerjasama antar stakeholder, Konsistensi arah kerjasama antar wilayah administrasi, Karakter dan etika dalam kerjasama, Koordinasi antar instansi, dan Kekuatan manajemen. Hal ini memberikan makna bahwa kelima sub elemen sektor dependent ini sangat tergantung pada sistem dan tidak mempunyai kekuatan penggerak yang besar (kekuatan penggeraknya lemah) atau kelima sub elemen tersebut merupakan variabel tak bebas yang akan dipengaruhi sub elemen lainnya dalam sistem.

Sub elemen Kurangnya visi dan misi pengelolaan lingkungan , Perbedaan tujuan antar stakeholder, Perbedaan tujuan antar wilayah administrasi, Kualitas dan kuantitas SDM, Dukungan peraturan, Persaingan kebutuhan/kepentingan dan Peraturan, berada di sektor linkage. Sub – sub elemen sektor linkage ini harus dikaji secara hati – hati dalam megkaji kendala utama pengembangan model pengelolaan Danau Sentani karena akan memberikan dampak terhadap lainnya dan umpan balik pengaruhnya bisa memperbesar dampak tersebut. Sub elemen linkage ini hampir mendekati garis batas sektor linkage dan independent. Oleh sebab itu sub elemen sektor linkage ini memiliki kekuatan penggerak dalam mengkaji kendala pengembangan model pengeloaan Danau Sentani

1, 2, 3, 8, 10, 11, 12 4, 7 5 6 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Gambar 50. Matriks Driver Power (DP) dan Dependence (D) untuk elemen kendala utama dalam pengembangan model pengelolaan Danau Sentani

4.3.4. Elemen Tolok Ukur Keberhasilan dalam Pengembangan Model Pengelolaan Danau Sentani

Dalam hal ini tolok ukur keberhasilan pengelolaan Danau Sentani perlu ditetapkan agar dapat dievaluasi kemajuan dan tantangan dalam pelestariannya secara periodik. Kemajuan dan tantangan diharapkan dapat dipublikasikan secara periodik dan transparan kepada masyarakat. Pada Tabel 25 terlihat bahwa elemen tolok ukur keberhasilan dalam pengembangan model pengelolaan Danau Sentani dijabarkan lagi menjadi 20 sub elemen. Sedangkan, struktur hierarki disajikan dalam Gambar 51 dan pada Gambar 52 subelemen dikelompokkan kedalam empat sektor yakni autonomous, dependent, linkage dan independent. Untuk analisis ISM data disajikan pada Lampiran 26.

Tabel 25. Elemen Tolok Ukur dalam Pengembangan Model Pengelolaan Danau Sentani

Sub elemen

1. Menurunnya jumlah bahan pencemar yang melebihi baku mutu 2. Menurunnya jumlah limbah padat (sampah) di Danau Sentani 3. Menurunnya laju erosi dan sedimentasi di danau

4. Menurunnya luas sebaran tanaman pengganggu 5. Keragaman biota dan tumbuhan danau

6. Perubahan pola pikir masyarakat (pendidikan) 7. Peningkatan pendapatan

8. Manajemen limbah domestik 9. Fasilitas TPA yang memadai

10. Pengaturan terhadap penyebaran dan kepadatan penduduk 11. Manajemen industri/usaha (kesesuaian lokasi industri/usaha) 12. Penggunaan peralatan/bahan yang ramah lingkungan 13. Teknik pengolahan limbah (IPAL industri)

14. Meningkatnya jumlah industri yang mendapat PROPER 15. Manajemen pengolahan limbah industri

16. Manajemen pengolahan limbah pasar

17. Teridentifikasinya pasar (terutama pasar tumpah, dan juga pasar tradisional serta pasar modern)

18. Jumlah pasar yang memiliki dokumen lingkungan (AMDAL atau UKL-UPL) 19. Manajemen pengolahan limbah rumah sakit

20. Keteraturan transportasi danau

Pada Gambar 51 terlihat bahwa tolok ukur keberhasilan yang menjadi elemen kunci dalam pengembangan model pengelolaan Danau Sentani adalah Perubahan pola pikir masyarakat (6), Manajemen limbah domestik (8), Manajemen industri/usaha (11), Meningkatnya jumlah industri yang mendapat PROPER (14), Manajemen pengolahan limbah industri (15), Manajemen pengolahan limbah pasar (16), Jumlah pasar yang memiliki dokumen lingkungan (18), dan Manajemen pengolahan limbah (19). Sub elemen level 5 ini menjadi elemen kunci dan mempengaruhi sub elemen pada level berikutnya.

Gambar 51. Diagram hierarki dari subelemen tolok ukur keberhasilan dalam pengembangan model pengelolaan Danau Sentani

Berdasarkan nilai Driver Power dan Dependence ke 20 sub elemen dapat dikelompokkan kedalam 4 sektor. Dari Gambar 52 terlihat bahwa sub elemen yang masuk kedalam sektor Dependent adalah Peningkatan pendapatan, Fasilitas TPA yang memadai, Pengaturan terhadap penyebaran dan kepadatan penduduk, Penggunaan peralatan/bahan yang ramah lingkungan, Teknik pengolahan limbah (IPAL industri) , Teridentifikasinya pasar, dan Keteraturan transportasi danau. Hal ini memberikan makna bahwa kelima sub elemen sektor dependent ini sangat tergantung pada sistem dan tidak mempunyai kekuatan penggerak yang besar (kekuatan penggeraknya lemah) atau ketujuh sub elemen tersebut merupakan variabel tak bebas yang akan dipengaruhi sub elemen lainnya dalam sistem.

Sub elemen Menurunnya jumlah bahan pencemar yang melebihi baku mutu, Menurunnya jumlah limbah padat (sampah) di Danau Sentani, Menurunnya laju erosi dan sedimentasi di danau, Menurunnya luas sebaran tanaman pengganggu, dan Keragaman biota dan tumbuhan danau. berada di sektor linkage, yang berarti sub – sub elemen sektor linkage ini harus dikaji secara hati – hati dalam megkaji tolok ukur keberhasilan dalam pengembangan model pengelolaan Danau Sentani karena akan memberikan dampak terhadap lainnya dan umpan balik pengaruhnya bisa memperbesar dampak tersebut.

Perubahan pola pikir masyarakat (pendidikan), Manajemen limbah domestik, Manajemen industri/usaha (kesesuaian lokasi industri/usaha), Meningkatnya jumlah industri yang mendapat PROPER, Manajemen pengolahan

9

10

Level 5

Level 4

Level 3

Level 2

Level 1

14

11

8

6

15

16

18

7

19

4

3

2

1

5

20

17

13

12

limbah industri, Manajemen pengolahan limbah pasar, Jumlah pasar yang memiliki dokumen lingkungan (AMDAL atau UKL-UPL) dan Manajemen pengolahan limbah rumah sakit berada pada sektor independent, dimana sub elemen ini memiliki kekuatan penggerak yang besar dan sebagai tolok ukur yang kuat dalam mencapai pengembangan model pengelolaan Danau Sentani

1, 2, 3, 4, 5 6, 8, 11, 14, 15, 16, 18, 19 7 9, 10 12, 13, 17, 20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Gambar 52. Matriks Driver Power (DP) dan Dependence (D) untuk elemen tolok ukur keberhasilan dalam pengembangan model pengelolaan Danau Sentani

4.3.5. Elemen Lembaga yang Terlibat dalam Pengembangan Model Pengelolaan Danau Sentani

Kelembagaan dapat berarti bentuk atau wadah atau organisasi sekaligus

Dokumen terkait