• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Tugas dan Kewajiban PT BPP sebagai Bapak Angkat :

6.4. Peran Tenaga Kerja Kebun Plasma Terhadap Produksi Kebun Plasma Pengaruh tenaga kerja terhadap produksi dapat dilihat dengan model

6.4. Peran Tenaga Kerja Kebun Plasma Terhadap Produksi Kebun Plasma Pengaruh tenaga kerja terhadap produksi dapat dilihat dengan model regresi. Model regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor tenaga kerja dan faktor lain seperti modal pada kebun plasma terhadap produksi kebun plasma. Data diolah dengan perangkat lunak komputer Minitab Release14. Hasil estimasi data dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 18. Hasil Estimasi Regresi Produksi Usaha Kebun Plasma

Variabel Notasi Koefisien T P

Konstan α 2.61 0.76 0.452 Modal X1 -0.000002 -0.50 0.618 Tenaga kerja X2 0.788 18.07 0.000 Ket : R2 : 95.5 % R2 adjust(%) : 95.1 % Uji-F : 283.52

Uji R2

Berdasarkan hasil estimasi regresi Tabel 17, diperoleh nilai R2 sebesar 95,5 persen artinya model mampu dijelaskan oleh tenaga kerja dan modal didalam persamaan sebesar 95,5 persen sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain diluar model. Faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan didalam model terdiri dari pengaruh cuaca, kesesuaian lahan dan lain-lain.

Uji F-Statistik

Nilai F-statistik pada hasil analisis regresi ini sebesar 283.52 dengan nilai probabilitasnya sebesar 0,000. Persamaan tersebut lulus uji F-statistik, dimana nilai F-tabel pada taraf nyata 5 persen (F-tabel = 19,5) lebih kecil dari pada nilai F statistiknya. Jadi dapat disimpulkan ada salah satu variabel penjelas (modal dan tenaga kerja) yang berpengaruh nyata terhadap output pada tingkat kepercayaan 5 persen.

Uji t-statistik

Pengujian terhadap masing-masing variabel bebas dilakukan dengan uji t-statistik. Pengujian t-statistik dapat dilakukan dengan melihat nilai t-tabel atau nilai probabilitas dari masing-masing variabel bebas. Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa faktor produksi tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi karena memiliki nilai t-statistik yang lebih besar daripada nilai t-tabel pada taraf nyata 5 persen (t-tabel = 2,01) dan nilai probabilitas 0,000. Modal tidak berpengaruh nyata terhadap produksi.

Uji Multikolinearitas

Factor) berdasarkan hasil estimasi regresidiperoleh nilai VIF sebesar 1,7 (< 10) untuk peubah bebasnya (tenaga kerja dan modal) sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-masing peubah tidak terdapat gejala multikolinearitas.

Interpretasi Peubah-Peubah Dalam Model Y = 2.61 - 0.000002 X1 + 0.788 X2

Berdasarkan dari hasil regresi linear sederhana diatas dapat dijelaskan beberapa koefisien yaitu konstanta atau α sebesar 2,61 menunjukkan bahwa rata-rata produksi kebun plasma pada bulan Desember tahun 2005 adalah 2,61 ton ketika penggunaan tenaga kerja dan modal adalah nol. Untuk koefisien dari modal (b1) diperoleh nilai negatif dan nilai probabilitas yang menunjukkan bahwa modal tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Untuk nilai b2 yang merupakan koefisien dari tenaga kerja diperoleh nilai 0,788 artinya setiap peningkatan penggunaan faktor produksi tenaga kerja 1 HOK maka akan menyebabkan peningkatan produksi sebesar 0,788 ton. Hasil estimasi menunjukkan bahwa faktor tenaga kerja berpengaruh secara nyata terhadap produksi kebun plasma. Dapat disimpulkan bahwa semakin banyak usaha perkebunan kelapa sawit maka akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

7.1. Kesimpulan

1. Pola kemitraan yang dilaksanakan oleh PTPN VI adalah pola PIR-Bun yang dikenal dengan proyek NESP Ophir. Proyek NESP Ophir telah berhasil menciptakan petani mandiri dengan pembentukan organisasi/koperasi petani sawit yang dapat menyalurkan aspirasi petani plasma. Pola kemitraan PT BPP adalah pola Bapak Angkat Anak Angkat yang dikenal dengan Plasma KKPA project. Plasma KKPA project masih bersifat tanggung renteng yaitu kebun milik bersama yang hasil dan biayanya dibagi rata.

2. Pendapatan kebun plasma dan kebun inti PTPN VI lebih tinggi dari PT BPP. Untuk pendapatan pabrik kelapa sawit, Pabrik kelapa sawit PT BPP memperoleh pendapatan yang lebih besar dari PTPN VI. Pendapatan pada kebun plasma PT BPP tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga petani peserta.

3. Tenaga kerja yang terserap pada perusahaan PTPN VI adalah sebanyak 772 karyawan dan satu hektar kebun kelapa sawit PTPN VI pada periode tahun 2005 membutuhkan satu tenaga kerja. Tenaga kerja yang terserap pada PT BPP adalah sebanyak 1621 orang dan satu hektar kebun kelapa sawit PT BPP pada periode tahun 2005 membutuhkan 1,08 tenaga kerja. PT BPP lebih banyak menyerap tenaga kerja dalam masyarakat untuk usaha perkebunan yang dilakukan dari pada PTPN VI.

4. Tenaga kerja kebun plasma sangat berperan dalam meningkatkan produksi kebun plasma. Produksi kebun plasma perkebunan kelapa sawit dipengaruhi secara nyata oleh tenaga kerja. Setiap peningkatan penggunaan tenaga kerja pada kebun plasma maka akan menyebabkan peningkatan produksi kebun plasma. Semakin banyak usaha perkebunan kelapa sawit maka akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

7.2. Saran

1. Pola kemitraan yang dikembangkan harus ditujukan untuk menciptakan kemandirian petani plasma seperti yang dilakukan pada proyek NESP Ophir. Pembentukan dan pengelolan organisasi petani plasma/KPS/KUD harus atas partisipasi dari anggota yang pembinaannya dilakukan oleh perusahaan inti dan pemerintah

2. Kedua sistem kemitraan usaha perkebunan kelapa sawit baik proyek NESP maupun plasma KKPA project telah membuka kesempatan kerja yang cukup besar dalam masyarakat. Pola kemitraan dapat lebih banyak dikembangkan di daerah tetapi pelaksanaannya perlu dipantau oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Perusahaan inti tidak boleh hanya memperkaya diri sendiri dan menggunakan kebun plasma sebagai jaminan bahan baku pabrik kelapa sawit. Harus diciptakan hubungan yang saling menguntungkan antara petani plasma dan perusahaan inti.

3. Proyek NESP Ophir telah berhasil memberikan pendapatan yang cukup besar kepada petani plasma dan menyerap tenaga kerja. Perlu dikembangkan pola kemitraan yang serupa di daerah lain tetapi dengan perencanaan yang lebih

baik dan petani peserta adalah masyarakat sekitar yang tidak memiliki pekerjaan tetap.

4. Penelitian ini masih memiliki ruang lingkup yang terbatas, untuk penelitian selanjutnya dapat diteliti mengenai perbandingan pola kemitraan antara dua perusahaan inti milik negara atau antara dua perusahaan inti milik swasta. Kurangnya data yang diperoleh dari kebun plasma menyebabkan keterbatasan dalam menganalisis, untuk selanjutnya mungkin penelitian dapat lebih difokuskan kepada petani plasma dalam pola kemitraan.