4 HASIL PENELITIAN
4.3 Perancangan Sistem Informasi
Perancangan sistem informasi adalah tahapan yang dilakukan untuk menghasilkan sistem informasi yang lengkap dan dapat digunakan bagi yang memerlukan informasi tersebut. Tahapan ini dilakukan sebelum implementasi ke komputer, pada tahap perancangan informasi ini perlu ketelitian dan kelengkapan agar sistem yang dibangun sesuai dengan pengguna informasi. Perancangan sistem informasi harus dilakukan dengan teliti agar mengurangi kesalahan setelah proses implementasi ke komputer.
4.3.1. Desain sistem
Penyusunan desain sistem bertujuan untuk memberikan gambaran lingkup dari sistem informasi yang akan di susun, yang dimulai dari input data, proses pengolahan data untuk menghasilkan informasi pelabuhan perikanan, hingga penyajian informasi yang akan dihasilkan (output data).
4.3.2. Perancangan database
Database yang dirancang dalam sistem informasi pelabuhan perikanan di Cilacap yaitu dengan menggunakan software Microsoft Access 2003. Basis data disusun untuk menyajikan informasi mengenai pelabuhan perikanan. Tersedianya informasi yang cepat dan akurat tentulah sangat mendukung dan dibutuhkan oleh pelaku sistem pelabuhan perikanan.
1. Pembuatan Basis Data
Sistem informasi yang dibangun merupakan bagian dari model fungsional. Model fungsional memperlihatkan bagaimana data diperlakukan dengan mengabaikan urutan, pemilahan atau struktur objek. Model fungsional memperlihatkan bagaimana suatu nilai bergantung pada nilai yang lain dan fungsi-fungsi yang berhubungan dengannya.
Struktur basis data yang dikembangkan, dikelompokkan dalam 4 (empat) katagori yaitu data hasil tangkapan, fasilitas pelabuhan, lingkungan dan oseanografi, serta data armada dan nelayan. Keempat katagori ini kemudian dikembangakan dalam satu media penyimpanan data.
Basis data hasil tangkapan terdiri dari file-file usaha penangkapan ikan yang dibentuk dari tiga sumber input yaitu data eksternal usaha penangkapan ikan, data internal riset dan data internal pelabuhan. File-file dikembangkan
52
menjadi informasi dengan jangkauan waktu yang lebih luas (bulanan dan tahunan).
Tabel 3 File di basis data produksi Nama File Basis Data Usaha
Penangkapan Ikan Sumber data
Jenis Ikan Hasil Tangkapan Upaya Penangkapan Harga ikan Ukuran ikan Nama Kapal Potensi Lestari Eksternal (intelegent) Eksternal (intelegent)
Riset Nama Kapal Eksternal (intelegent)
Eksternal (intelegent)
Sistem informasi pelabuhan - nama pemilik kapal Riset Hasil tangkap dan upaya penangkapan Basis data fasilitas pelabuhan terdiri dari file-file yang berhubungan dengan fasilitas dan kondisi umum lingkungan pelabuhan. File ini dibentuk dari satu sumber input yaitu data internal pelabuhan.
Tabel 4 File di basis data fasilitas pelabuhan Nama File Basis Data
Fasilitas Pelabuhan Sumber data
Keadaan Umum Cilacap Keadaan umum PPSC
Sistem informasi Kabupaten - Kondisi
Sistem informas pelabuhan – fasilitas pelabuhan Kedua kondisi tersebut (Cilacap dan Pelabuhan) kemudian dijabarkan dalam bentuk file pendukung, seperti topografi wilayah, kependudukan, perumahan dan lain sebagainya untuk Cilacap serta struktur organisasi, fasilitas pokok, fungsional dan penunjang dan lain sebagainya untuk pelabuhan.
Tabel 5 File dalam basis data lingkungan dan oseanografi Nama File Basis Data
Lingkungan dan Oseanografi Sumber data
Pasang surut Hidro-oseanografi Sedimentasi Klimatologi Sungai
Topografi dan batimetri Geoteknik
Eksternal (intelegent)
Sistem informas pelabuhan – fasilitas pelabuhan
Sistem informas pelabuhan – fasilitas pelabuhan
Sistem informas pelabuhan – fasilitas pelabuhan
Sistem informas pelabuhan – fasilitas pelabuhan
Sistem informas pelabuhan – fasilitas pelabuhan
Sistem informas pelabuhan – fasilitas pelabuhan
Basis data lingkungan dan oseanografi terdiri dari file-file yang berhubungan dengan kondisi fisik perairan serta kondisi oseanografi yang dibentuk dari dua sumber input yaitu data internal sistem pelabuhan dan data eksternal oseanografi. Sedangkan basis data armada dan nelayan terdiri dari file- file yang berhubungan dengan armada penangkapan dan jumlah serta jenis nelayan yang dibentuk dari dua sumber input yaitu eksternal pelabuhan dan internal sistem pelabuhan.
Tabel 6 File di basis data armada dan nelayan Nama File Basis Data
Armada dan Nelayan Sumber data
Armada penangkapan ikan Jumlah Nelayan
Daerah Penangkapan ikan
Sistem informas pelabuhan – fasilitas pelabuhan Sistem informas pelabuhan – fasilitas pelabuhan Eksternal (intelegent)
2. Pembuatan Menu Utama
Pembuatan menu utama bertujuan untuk memberikan gambaran tentang rancang bangun global sistem pelabuhan perikanan di Cilacap. Menu utama dibuat agar para pengguna tidak mengalami kesulitan pada saat menjalankan program ini. Menu utama dari sistem informasi pelabuhan perikanan di Cilacap ini terdiri atas 4 menu, yaitu PPSC, informasi perikanan, Kabupaten Cilacap, dan lain-lain.
a. Menu PPSC
Pada menu PPSC (Gambar 12) terdapat sub menu organisasi pelabuhan dan sub menu unit penangkapan. Pada sub menu organisasi pelabuhan diberikan informasi mengenai struktur organisasi (Gambar 13), sarana dan prasarana (Gambar 14), dan denah lokasi (Gambar 15). Pada sub menu unit penangkapan terdapat informasi mengenai daerah penangkapan ikan (Gambar 16), nelayan (Gambar 17), dan alat tangkap (Gambar 18).
Informasi berupa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh PPSC seperti adanya fasilitas dasar (penahan gelombang (breakwater), alur pelayaran, rambu- rambu navigasi, kolam pelabuhan), fasilitas fungsional (pabrik es, cold storage, tangki BBM, instalasi listrik, instalasi air bersih dan gedung pelelangan ikan) dan fasilitas pendukung (kantor administrasi pelabuhan, kantor syah bandar, bea cukai, aparat keamanan, kantor manajemen unit, perumahan karyawan, gudang dan warung). Denah lokasi PPSC juga disediakan dalam bentuk sub menu yang
54
memberikan gambaran mengenai posisi dari PPSC, luas areal, bentuk pelabuhan, jalur masuk dan keluar kapal, dll. Pada unit penangkapan diberikan informasi mengenai daerah penangkapan dimana menyediakan nama-nama daerah penangkapan ikan di Indonesia. Informasi ini dapat digunakan sebagai dasar dalam penentuan daerah penangkapan yang diperlukan dalam menentukan wilayah guna pendugaan potensi sumberdaya perikanan.
Gambar 12 Tampilan menu PPSC.
Pada Gambar 12 tampak menu PPSC yang menampilkan informasi bahwa PPSC berlokasi di kelurahan Tegal Kamulyan, Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap propinsi Jawa Tengah, tepatnya pada posisi 1090 01’ 18,4” BT dan 070 43’ 31,2” LS merupakan pelabuhan perikanan yang berkembang cukup pesat, mengingat Kabupaten Cilacap sebagai penghasil udang terbesar di Selatan pulau Jawa. Letak Kabupaten Cilacap yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia memiliki sumberdaya ikan, baik pelagis kecil maupun pelagis besar serta jenis lainnya, menyebabkan adanya usaha pemerintah dan nelayan setempat untuk mengadakan tempat untuk mendaratkan hasil tangkapan. Tercatat ada 13 tempat untuk mendaratkan hasil
tangkapan yaitu TPI Sentolokawat, TPI Pandanarang, TPI Lengkong, TPI Tegal Katilayu, TPI Sidakaya, TPI Begawan Donan, TPI Kawunganten, TPI Tambakreja, TPI Nusawungu, TPI Adipala, TPI Karangtalun, TPI Tritih Kulon, dan TPI PPSC. Perkiraan potensi perikanan tangkap terdiri dari perairan pantai Cilacap 52.600 ton dan lepas pantai Kabupaten Cilacap (Samudera Indonesia) 852.600 ton. Rata-rata produksi perikanan tangkap di Kabupaten Cilacap sebesar 13.508.894 ton atau 25,64% dari potensi perikanan pantai Cilacap (DPK 2003).
Gambar 13 Tampilan sub menu struktur organisasi PPSC.
Gambar 13 menyajikan tampilan sub menu struktur organisasi PPSC yang merupakan menu PPSC. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: Kep.26.I/MEN/2001 tanggal 1 Mei 2001, tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan, menetapkan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap merupakan Unit Pelaksana Teknis Departemen Kelautan dan Perikanan di bidang prasarana pelabuhan perikanan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perikanan Tangkap mempunyai
56
tugas melaksanakan fasilitasi produksi dan pemasaran hasil perikanan tangkap di wilayahnya dan pengawasan pemanfaatan sumberdaya penangkapan untuk pelestariannya. PPSC termasuk ke dalam pelabuhan perikanan yang belum diusahakan yang mana seluruh sarananya dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelabuhan Perikanan dengan susunan organisasi terdiri dari:
a. Bagian Tata Usaha
Terdiri dari sub-bagian keuangan dan sub-bagian umum yang mempunyai tugas melaksanakan urusan keuangan, kepegawaian, persuratan, kearsipan, perlengkapan, rumah tangga, serta pengelolaan administrasi pelayanan masyarakat perikanan.
b. Bidang Pengusahaan
Terdiri dari seksi sarana, seksi pelayanan dan pengembangan usaha, dimana setiap seksi mempunyai tugas melaksanakan pembangunan, pemeliharaan, pengembangan, dan pendayagunaan sarana dan prasarana, pelayanan jasa fasilitas usaha dan bahari, pemberdayaan masyarakat perikanan, koordinasi peningkatan produksi hasil perikanan, pengendali lingkungan, koordinasi urusan keamanan dan ketertiban, serta pelaksanaan kebersihan kawasan. c. Bidang Tata Operasional
Terdiri dari seksi kesyahbandaran, seksi pemasaran dan informasi yang mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran perikanan, fasilitas pemasaran dan distribusi hasil perikanan, pengumpulan, pengolahan, penyajian data dan statistik perikanan, serta pengelolaan jaringan sistem informasi perikanan.
PPSC sebagai prasarana untuk memajukan industri perikanan Kabupaten Cilacap harus mampu menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan perikanan dan kelautan. Untuk itu Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap perlu menyediakan fasilitas-fasilitas untuk kebutuhan para pengguna pelabuhan, sehingga mereka dapat merasa aman, nyaman, dan tentram. Fungsi pelabuhan yang baik harus mempunyai fungsi utama sebagai tempat berlabuh dan berlindung kapal, tempat pendaratan hasil tangkapan dan pemberangkatan kapal, memberikan pelayanan lainnya yang dibutuhkan oleh pengguna pelabuhan, membantu kelancaran jasa perdagangan dan lain sebagainya. Dalam rangka untuk mewujudkan fungsi pelabuhan yang baik, PPSC telah menyediakan beberapa fasilitas, baik itu fasilitas dasar, fasilitas fungsional, maupun beberapa fasilitas pendukung
lainnya. Informasi tersebut disajikan pada sub menú informasi sarana prasarana PPSC (Gambar 14).
Gambar 14 Tampilan informasi sarana dan prasarana.
Dalam mempermudah para pengguna jasa di PPSC, sistem informasi ini juga dielengkapi dengan sub-sub menu denah lokasi PPSC. Informasi ini berisikan posisi ataupun letak masing-masing fasilitas di PPSC (Gambar 15)
Informasi daerah penangkapan ikan, merupakan informasi penting. informasi ini disajikan dalam bentuk peta (Gambar 16). Informasi daerah penangkapan ikan yang ada dalam SI yang dibangun sangat fleksibel dan dapat diupdate setiap waktu sesuai kebutuhan. Sebagai sumber utama peta daerah penangkapan ikan adalah peta yang dikeluarkan oleh Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) yaitu Balai Riset dan Observasi Kelautan , sebagaimana disebutkan oleh Sukresno dan Martanti (2006) bahwa penyusunan peta prakiraan daerah penangkapan ikan merupakan keluaran Balai Riset dan Observasi Kelautan (BROK) yang berkantor di Bali.
58
Gambar 15 Tampilan informasi denah lokasi.
Peta prakiraan daerah penangkapan ikan yang didistribusikan 2 kali dalam satu minggu menggunakan judul Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan, tanggal dan wilayah WPP ditambahkan untuk memberikan batasan mengenai daerah dan masa berlakunya peta. Peta tersebut menyajikan informasi daerah penangkapan ikan yang disajikan dengan simbol ikan berwarna hitam, sedangkan daerah potensi penangkapan ikan disajikan dengan simbol ikan berwarna putih.
Gambar 16 Tampilan informasi daerah penangkapan ikan.
Lebih lanjut disebutkan oleh Sukresno dan Martanti (2006) bahwa peta prakiraan daerah penangkapan ikan yang dikeluarkan oleh BROK juga menginformasikan arah dan kecepatan angin serta tinggi gelombang. Arah dan kecepatan angin dilambangkan dengan tanda panah yang menunjukkan arah tertentu dengan ukuran panjang panah sebagai refresentasi dari kecepatan angin. Tinggi gelombang di tampilkan sebagai garis kontur dengan indek kontur 0.2 yang ditampilkan sebagai angka pada setiap garis kontur.
Pada sub menut informasi prakiraan daerah penangkaoan disajikan batas WPP yang berhimpit dengan garis ZEE. Dalam operasionalnya daerah operasi unit penangkapan di PPSC terbagi dalam tiga jalur, yaitu :
1. Jalur I
Operasi penangkapannya hanya berjarak 3 mil dari garis pantai atau hanya berada di sekitar Teluk Penyu. Kapal-kapal yang melakukan aktivitas penangkapan di jalur ini berukuran sekitar < 10 GT menggunakan motor tempel, bersayap atau disebut perahu katir dan alat tangkap yang digunakan adalah payang, trammelnet, gillnet, rawai hanyut dan serok. Armada yang
60
berada pada jalur I dilokasikan di sekitar Kolam Kali Yasa sebagai fishing base yang berdekatan dengan area pemukiman penduduk.
2. Jalur II
Operasi penangkapannya berjarak 3 - 7 mil dari garis pantai dengan kapal
yang berukuran sekitar 10 – 50 GT dan alat tangkap yang digunakan adalah trammelnet, gillnet, dan longline. Waktu operasi penangkapannya sekitar enam hari dengan daerah penangkapannya meliputi sekitar teluk Penyu, Gombong, Yogyakarta bagian selatan, Pacitan dan Pangandaran.
3. Jalur III
Daerah operasi berjarak minimal 12 mil dari garis pantai dengan kapal yang berukuran minimal 50 GT dan alat tangkap yang digunakan adalah gillnet, dan longline. Waktu operasi penangkapannya sekitar tujuh hari atau dapat mencapai 30 hari, dan daerah penangkapannya meliputi sekitar Teluk Penyu, Gombong, Yogyakarta bagian selatan, Pacitan dan Pangandaran serta daerah yang lain. Kapal longline di PPSC telah memiliki beberapa alat bantu navigasi yang modern yaitu magnetik kompas, SSB dan RDF.
Gambar 17 Tampilan sub lingkungan fisik.
Selain informasi mengenai daerah penangkapan ikan dalam SIMPELKAN juga disajikan info lingkungan fisik mencakup informasi mengenai kondisi pasang surut (Gambar 17). Informasi lingkungan fisik di seputar Cilacap digunakan dalam usaha tambat labuh kapal dan masuk keluarnya kapal di alur pelayaran. Telah diketahui bahwa alur pelayaran mengalami sedimentasi sehingga nelayan tidak dapat masuk ke pelabuhan untuk melakukan lelang. Akibat kondisi diatas maka rancang bangun sistem informasi berbasis nelayan ini, mencoba memberikan informasi akurat mengenai kapan terjadinya pasang tertinggi dan surut terendah didasarkan pada data dari DISHIDROS. Dengan mengetahui pasang dan surut perairan, nelayan diharapkan dapat mengambil waktu yang tepat dalam upaya masuk ke areal kolam pelabuhan. Berbeda halnya dengan kondisi lingkungan fisik lainnya yang bersifat stagnan, informasi pasang surut ini sifatnya dinamis. Artinya informasi yang diberikan disesuaikan dengan tanggal dan bulan bilamana kapal bersandar.
Gambar 18 Tampilan informasi nelayan.
Masyarakat disekitar pelabuhan merupakan masyarakat pesisir yang menyandarkan hidupnya dari usaha perikanan laut baik aktivitas penangkapan,
62
pengawetan, maupun pengolahan. Nelayan sebagai pelaku utama dalam usaha perikanan tangkap mempunyai peran dalam pengembangan pelabuhan. Nelayan yang berada di PPSC telah mengenal perkembangan teknologi penangkapan dan alat bantu navigasi, terutama bagi nelayan yang menggunakan alat tangkap longline. Dari 13 tempat pelelangan ikan di Cilacap, sebagian besar nelayan berpusat di PPSC, disebabkan potensi penangkapan ikan dan perkembangan aktivitas baik penangkapan dan hasil tangkapannya, produksi, pemasaran, logistik hingga penyediaan fasilitas cukup memadai dan menjanjikan. Alasan yang paling utama adalah tingkat pendapatan nelayan di sekitar PPSC lebih tinggi. Jumlah nelayan di PPSC yaitu berjumlah 6.078 orang. Sedangkan untuk tempat pendaratan kapal yang lain hanya memiliki beberapa jumlah nelayan. Jumlah nelayan Cilacap berdasarkan tempat pendaratan kapal adalah 15.200 orang yang terdiri atas Sentolo Kawat 452 orang, Pandanarang 841 orang, Lengkong 563 orang, Tegalkatilayu 576 orang, Sidakaya 715 orang, Begawan Donan 385 orang, Kawunganten 4.577 orang, Tambakreja 347 orang, Nusawungu 156 orang, Adipala 187 orang, Karang Talun 183 orang, Tritih Kulon 140 orang, PPS Cilacap 6.078 orang (Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap, 2003). Banyaknya nelayan berpengaruh terhadap jumlah alat tangkap yang digunakan. Informasi tentang nelayan disajikan dalam sub menu informasi nelayan (Gambar 18).
Informasi alat tangkap yang disediakan menyajikan informasi alat-alat tangkap yang digunakan nelayan di PPSC seperti alat tangkap gillnet, trammel net, long line dan lain-lain. Selanjutnya juga disediakan sub menu nelayan dengan informasi yang disajikan mengenai jumlah nelayan yang melakukan operasi penangkapan ikan dari skala kecil sampai skala besar (Gambar 19).
Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Cilacap bervariasi. Jumlah alat tangkap keseluruhan adalah 3.650 unit yang terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok tuna dan kelompok non tuna. Kelompok tuna yaitu kegiatan penangkapan ikan yang menggunakan alat tangkap longline dengan tujuan utama penangkapan adalah ikan tuna seperti yellow fin tuna (Thunnus albacore), big eye tuna (Thunnus obesus), albacore (Thunnus alalunga), dan cakalang (Katsuwonus pelamis), selain itu juga jenis black marlin (Macaira indica), layaran (Istiophorusorientalis) dan cucut (Carcharias sp). Kelompok alat tangkap non tuna terdiri dari gillnet, trammel net, payang, dogol, bubu, jermal, jaring apung, dan sero. Alat tangkap kelompok tuna dimiliki oleh kapal-kapal
yang biasa beroperasi di daerah ≥ 12 mil karena jenis ikan Tuna biasa hidup di perairan yang dalam dan biasanya ukuran dari kapal ini relatif besar yaitu sekitar
≥ 30 GT dan dilengkapi dengan palka yang besar berisi es yang akan digunakan sebagai media pembekuan ikan selama kegiatan operasi penangkapan. Lama trip penangkapan untuk kapal ini bervariasi, ada yang mingguan ada pula yang sampai berbulan-bulan. Sedangkan alat tangkap kelompok non Tuna biasa beroperasi di perairan yang relatif dangkal (<12 mil) namun tidak menutup kemungkinan alat tangkap jenis ini beroperasi di perairan yang cukup dalam. Alat tangkap kelompok non Tuna dimiliki oleh kapal-kapal yang berukuran relatif kecil (<30 GT) dan kebanyakan lama trip penangkapannya hanya harian sampai mingguan.
Gambar 19 Tampilan informasi alat tangkap.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan selama penelitian, alat tangkap yang digunakan nelayan Cilacap mengalami perubahan dan perkembangan, dimana nelayan akan menggunakan alat tangkap yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Mereka memilih alat tangkap dengan hasil tangkapan yang memiliki
64
nilai jual yang tinggi. Informasi perkembangan alat tangkap dari beberapa tahun terakhir bisa langsung di akomodir dalam SIMPELKAN.
b. Menu Informasi Perikanan
Menu informasi perikanan dibagi dalam 2 sub menu utama yaitu biologi dan info lingkungan fisik. Sub menu biologi mencakup informasi mengenai info spesies dan harga ikan (Gambar 20 dan 21) dan info musim penangkapan (Gambar 21). Data produksi ikan berdasarkan waktu dikeluarkan berdasarkan kriteria-kriteria yang diminta oleh pengguna atau pengunjung website yaitu berdasarkan waktu yang dipilih, nama ikan, alat tangkap dan armada penangkapan. Sedangkan data produksi ikan berdasarkan kapal dapat dilihat berdasarkan kapal, wilayah tangkap dan tempat pendaratan. Dari sistem ini dapat dilihat produksi ikan dari kapal-kapal tertentu yang terdaftar dalam sistem. Selain itu disediakan juga tempat untuk mencatat kapal-kapal yang tidak masuk ke dalam sistem tapi mendaratkan hasil tangkapannya di pelabuhan yang terdaftar dalam sistem.
Kapal-kapal tidak melakukan bongkar disebabkan faktor harga ikan yang rendah dan adanya retribusi yang terlalu tinggi. Informasi akan sangat dibutuhkan oleh nelayan, sehingga mereka dapat segera mengambil keputusan apakah akan mendaratkan hasil tangkapannya di PPSC atau tidak. Info sub menu harga ikan disajikan pada Gambar 20.
Produksi perikanan di PPSC terutama untuk tiga kelompok spesies, yaitu ikan pelagis, demersal dan moluska rata-rata kecenderungannya turun. Rata- rata produksi ikan pelagis adalah dari tahun 1996-2003 adalah sebesar 5.335.280 ton per tahun, demersal 927.210 ton per tahun dan moluska sebesar 130.720 ton per tahun. Infomasi tentang info spesies yang didaratkan di PPSC di tampilkan pada sub menu informasi info spesies (Gambar 21). Tetapi jika diperhatikan dari nilai produksinya, penurunan yang terjadi pada volume produksi tidak membuat nilai produksi yang ada menurun.
Penurunan yang terjadi pada tahun tersebut karena adanya penurunan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar. Pada akhir 2004 produksi di PPSC mengalami penurunan disebabkan oleh kurangnya optimalisasi dari fasilitas yang ada. Permasalahan tersebut adalah adanya sedimentasi yang terjadi di jalur masuknya kolam ke dermaga sehingga alur masuk kapal besar khususnya, akan terganggu. Secara otomatis pelelangan ikan hasil tangkapan ikan di TPI
menurun jumlahnya. Penurunan jenis hasil tangkapan adalah ikan yang sejak tahun 1997 menjadi tangkapan utama yaitu tongkol. Tongkol yang merupakan jenis ikan pelagis kecil tergantikan oleh ikan tuna yang merupakan ikan pelagis besar. Perubahan ini juga mengindikasikan adanya tren baru yaitu menangkap ikan tuna selain ekonomis tinggi juga perubahan atau peluasan daerah penangkapan ikan yaitu semakin luas ke Samudera Hindia. Karena tren tersebut maka untuk alat tangkap yang digunakan juga menjadi berubah menjadi alat tangkap ikan tuna seperti longline. Sehingga wajar jikalau penurunan tongkol sebagai jenis hasil tangkapan dari nelayan di Cilacap.
Gambar 20 Tampilan sub menu harga ikan.
Ikan yang menjadi sasaran di Cilacap tidak hanya jenis pelagis tetapi ikan demersal juga menjadi sasaran, untuk hasil tangkapannya pada akhir tahun ini juga menurun. Tidak semua mengalami penurunan, ikan cucut mengalami kenaikkan karena merupakan hasil tangkapan yang banyak tertangkap bersama
66
ikan tuna. Selain itu, udang menjadi pilihan utama nelayan untuk menjadi sasaran, dilihat dari nilai ekonomis dan ada penyaluran atau perusahaan yang siap membeli udang untuk keperluan ekspor. Hasil tangkapan udang adalah jenis jerbung dan dogol.
Gambar 21 Tampilan sub menu informasi info species.
Gambar 22 menampilkan informasi musim penangkapan Kabupaten Cilacap pada umumnya memiliki musim dua musim penangkapan ikan yaitu musim barat dan musim timur. Musim barat biasanya berlangsung antara bulan Nopember sampai bulan Maret, dengan kondisi gelombang laut yang besar dan curah hujan yang tinggi. Sedang musim timur biasa terjadi pada bulan April sampai September dengan kondisi kebalikan dari musim Barat yaitu gelombang laut yang relatif tenang dan curah hujan yang rendah.
Berbeda dengan nelayan kabupaten Cilacap, nelayan di PPSC biasa menggolongkan musim penangkapan menjadi tiga yaitu: musim puncak terjadi pada bulan Juli sampai dengan bulan Oktober dimana ikan tangkapan sangat melimpah, yang kedua yaitu pada bulan Februari sampai bulan Juni dengan hasil
tangkapan sedang, dan yang ketiga adalah musim paceklik yaitu berkisar pada bulan November sampai dengan Januari.
Untuk melihat musim penangkapan di PPSC dengan melihat data hasil penangkapan ikan pelagis per spesies yang masih mempunyai potensi cukup