• Tidak ada hasil yang ditemukan

Informasi umum mengenai benih pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) Fenologi benih

Pasak bumi merupakan tumbuhan yang berbunga dan berbuah sepanjang tahun. Masa berbunga dan berbuah pasak bumi berbeda untuk daerah Kalimantan dan Sumatera. Untuk pasak bumi asal Sumatera biasanya berbunga dan berbuah terbanyak pada bulan September-Nopember, sedangkan di Kalimantan masa berbunga dan berbuah terbanyak pada bulan Juli-Agustus.

Benih

Pasak bumi memiliki warna kulit buah merah kehitaman saat mulai masak. Buah tersusun atas lapisan luar yang sangat tipis, lapisan tengah dan endocarp yang keras seperti tempurung, tanpa endosperm. Biji berwarna putih dengan 2 keping, dengan plumula kecil (Gambar 11).

Tipe benih pasak bumi adalah rekalsitran, dimana tipe benih ini mudah mengalami penurunan viabilitas. Jumlah biji yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebanyak 360 biji dengan diameter antara 0,5-0,7 cm dan berat untuk tiap butir benih berkisar antara 0,29 gram atau 290 gram untuk 1000 butir benih.

Gambar 11 Morfologi benih pasak bumi.

Perkecambahan benih

Benih pasak bumi yang dikecambahkan pada 4 (empat) media yang berbeda menunjukkan perbedaan jumlah dan kecepatan berkecambah. Hari berkecambah tercepat diperoleh pada media pasir murni (M1) yaitu hari ke-14, diikuti oleh media pasir–sekam perbandingan 1:1 (M3) pada hari ke-15, media

34

pasir–kompos (M4) benih mulai berkecambah pada hari ke-18 dan media pasir– tanah perbandingan 1:1 (M2) pada hari ke-20.

Jumlah kecambah kumulatif tertinggi diperoleh pada media M2 yaitu sebanyak 31 buah (34%), diikuti oleh media M1 yaitu sebanyak 20 buah (22%), M3 sebanyak 15 buah (16%) dan M4 sebanyak 13 buah (14%). Grafik kumulatif perkecambahan benih pasak bumi disajikan pada Gambar 12.

Gambar 12 Grafik kumulatif perkecambahan benih pasak bumi

selama 60 hari.

Hari berkecambah tercepat diperoleh pada media pasir murni. Hartmann

et al. (1997) menyatakan pasir merupakan media yang mudah tersedia bersih dan dayarekatnya rendah, pasir tidak menyimpan kelembaban sehingga membutuhkan frekuensi penyimpanan yang lebih. Penggunaan tunggal tanpa adanya campuran media lain akan membuat pasir bersifat kasar sehingga memberikan hasil yang baik.

Media yang menghasilkan hari berkecambah paling lambat dan jumlah kecambah paling sedikit adalah media kompos, hal ini kemungkinan disebabkan karena media kompos kurang sesuai untuk perkecambahan benih pasak bumi karena terlihat beberapa kecambah mengalami lodoh dan layu.

Pasak bumi memiliki tipe kecambah semi hypogeal yang merupakan tipe antara hipogeal dan epigeal. Pada tipe ini hipokotil tidak memanjang, namun kotiledon timbul, kemungkinan disebabkan pemanjangan dari tangkai kotiledon (Gambar 13).

Gambar 13 Tipe kecambah pasak bumi.

Penyapihan bibit dilakukan pada saat berumur 8 minggu. Bibit yang dipilih untuk disapih memiliki tinggi bervariasi antara 8-10 cm dan penampakan fisik yang sehat.

Pengaruh media terhadap pertumbuhan semai pasak bumi

Rekapitulasi sidik ragam terhadap parameter pertumbuhan semai

Pada penelitan ini media yang digunakan adalah campuran arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1:1 (M1), arang sekam murni (M2) dan campuran pasir tanah dengan perbandingan 1:1 (M3). Pemilihan media tersebut didasarkan pada pengamatan pertumbuhan semai pada saat perkecambahan.

Tabel 9 menunjukkan bahwa media tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan pucuk semai (kecuali jumlah malai daun), namun berpengaruh terhadap jumlah dan panjang akar yang dihasilkan. Media yang menghasilkan variabel pertumbuhan terbaik adalah media arang sekam murni.

Tabel 9 Rekapitulasi sidik ragam pertumbuhan semai pasak bumi selama 20 minggu Media Parameter M1 M2 M3 Signifikans i

Tinggi semai 14,3a 13,48a 12,2a tn

Diameter semai 0,42a 0,37a 0,37a tn

Kekokohan 54,33a 59,76a 59,53a tn

Jumlah malai daun 14,7 b 14,2 b 9,9 a * Panjang akar primer 4,78a 9,18b 6,38a ** Panjang akar sekunder 4,9a 5,94a 4,8a tn

Jumlah akar primer 1 a 1,8 b 1 a **

Jumlah akar sekunder 24,2 a 65,2 b 24,6 a **

Keterangan : tn: tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% dan 99%

*: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%

**: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 99%

36

Pertumbuhan pucuk semai pasak bumi a. Tinggi semai

Gambar 14 menunjukkan tinggi rata-rata terbaik diperoleh pada media campuran arang sekam-tanah (M1) yaitu sebesar 20,76 cm, diikuti oleh media campuran pasir-tanah (M3) sebesar 19,22 cm dan media arang sekam murni (M2) sebesar 18,98 cm.

Gambar 14 Rata-rata tinggi tanaman pasak bumi pada media tumbuh yang berbeda selama 20 minggu.

Laju pertumbuhan tinggi semai terbaik selama 20 minggu diperoleh pada media M1 sebesar 14,3 cm, sedangkan laju pertumbuhan semai terjelek diperoleh pada media M3 yaitu sebesar 12,2 cm. Laju pertumbuhan semai pada ketiga media tersebut disajikan pada Gambar 15.

Gambar 15 Laju pertumbuhan tinggi semai tanaman pasak bumi selama 20 minggu pada tiga media tumbuh.

Berdasarkan hasil sidik ragam (Tabel 9) terlihat bahwa tinggi semai pasak bumi tidak dipengaruhi oleh media yang digunakan.

b. Diameter semai

Nilai pertumbuhan diameter merupakan selisih antara pengukuran diameter akhir dengan diameter awal pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa rata-rata pertambahan diameter tertinggi diperoleh pada media M1 yaitu sebesar 0,42 cm, sedangkan M2 dan M3 memiliki rata-rata pertambahan diameter yang sama yaitu 0,37 cm (Gambar 16).

Gambar 16 Pertambahan diameter semai pasak bumi selama 20 minggu dalam tiga media tumbuh.

Hasil sidik ragam (Tabel 9) menunjukkan bahwa pertambahan diameter semai pasak bumi tidak dipengaruhi oleh media tumbuh yang digunakan.

c. Kekokohan semai

Kekokohan semai merupakan perbandingan antara tinggi terhadap diameter yang diukur pada akhir pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa media M2 memiliki nilai kekokohan rata-rata tertinggi yaitu sebesar 59,76 sedangkan media M1 memiliki nilai kekokohan rata-rata terendah yaitu sebesar 54,33 (Gambar 17).

Gambar 17 Kekokohan semai pasak bumi selama 20 minggu dalam tiga media tumbuh.

38

Hasil sidik ragam (Tabel 9) menunjukkan bahwa media semai tidak mempengaruhi kekokohan semai pasak bumi.

d. Jumlah malai daun

Jumlah malai daun merupakan jumlah kumulatif malai daun yang terbentuk sampai akhir pengamatan. Gambar 18 menunjukkan media M1 menghasilkan rata-rata malai daun yang terbanyak yaitu sebesar 14,7 sedangkan media M3 menghasilkan rata-rata jumlah malai daun paling sedikit yaitu 9,9.

Gambar 18 Jumlah malai daun pasak bumi yang terbentuk selama 20 minggu dalam tiga media tumbuh.

Hasil sidik ragam dan uji Duncan (Tabel 8) menunjukkan bahwa media semai berpengaruh terhadap pembentukan malai daun pasak bumi. Semai yang ditanam pada media M3 meghasilkan rata-rata jumlah malai daun yang paling sedikit (9,9) dan berbeda nyata dengan media M2 dan M1.

Variabel pertumbuhan pucuk yang dihasilkan pada ketiga media semai menunjukkan nilai yang hampir sama. Menurut Anonim (2007) pertumbuhan pucuk semai pasak bumi yang cenderung lambat kemungkinan disebabkan karena adanya fenomena dominasi apikal. Sitokinin yang mengalir dari ujung akar ke bagian atas dan berfungsi merangsang pertumbuhan tanaman bagian atas terhambat oleh adanya aktifitas auksin yang mengalir dari bagian atas menuju akar (basipetal) dan berfungsi merangsang tumbuhnya perakaran terlalu tinggi sehingga tunas cabang dan ranting menjadi sulit tumbuh.

Pertumbuhan akar semai pasak bumi a. Panjang akar

Panjang akar yang diukur adalah akar (primer dan sekunder) pasak bumi terpanjang pada akhir penelitian. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa rata-rata panjang akar primer tertinggi diperoleh pada media M2 yaitu sebesar 9,18 cm, sedangkan rata-rata akar primer terpendek diperoleh pada media M1. Rata-rata akar sekunder terpanjang diperoleh pada media M2 yaitu 5,94 cm sedangkan akar sekunder terpendek dperoleh pada media M3 sebesar 4,8 cm (Gambar 19).

Gambar 19 Panjang akar pasak bumi yang terbentuk selama 20 minggu dalam tiga media tumbuh.

Hasil sidik ragam dan uji Duncan (Tabel 9) menunjukkan bahwa media semai berpengaruh sangat nyata terhadap panjang akar primer pasak bumi namun tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar sekunder. Media M2 menghasilkan rata-rata panjang akar primer yang tertinggi dan sangat berbeda nyata dengan media M1 dan M3.

Media arang sekam murni menghasilkan akar yang lebih banyak dan lebih panjang jika dibandingkan dengan media yang lain, hal ini sesuai dengan Thomas (1995) yang menyatakan bahwa arang sekam padi dapat menciptakan kondisi lingkungan tumbuh, khususnya sifat fisik dan kimia tanah yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman karena lebih cepat mengalami proses pelapukan dan dekomposisi. Apabila sekam padi mengalami penguraian, maka sekam akan membebaskan unsur N, P, K, Mg dan Cl dengan kadar yang cukup berarti.

40

b. Jumlah akar

Jumlah akar adalah akar (primer dan sekunder) yang dihitung pada akhir pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan (Gambar 20) diketahui bahwa media M2 menghasilkan rata-rata jumlah akar primer yang tertinggi, yaitu 1,8 buah, sedangkan media M1 dan M3 memiliki rata-rata jumlah akar primer yang sama yaitu sebanyak 1 buah. Jumlah rata-rata akar sekunder terbanyak diperoleh pada media M2 yaitu 65,2 buah, sedangkan rata-rata akar sekunder paling sedikit diperoleh pada media M1 yaiu 24,2 buah.

Gambar 20 Jumlah akar pasak bumi yang terbentuk selama 20 minggu dalam tiga media tumbuh.

Hasil sidik ragam dan uji Duncan (Tabel 9) menunjukkan bahwa media semai berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah akar primer dan sekunder pasak bumi. Semai yang ditanam pada media M2 menghasilkan rata-rata jumlah akar primer yang terbanyak dan sangat berbeda nyata dengan media M1 dan M3.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Harsono (2002) menunjukkan bahwa arang sekam memiliki kandungan silika yang tinggi (94-96 %) serta kandungan unsur lain yang mendukung pertumbuhan tanaman. Adanya kandungan silika yang tinggi tersebut mampu menyerap kadar unsur yang berlebih.

Sebaran perakaran semai pasak bumi

Sebaran atau distribusi perakaran semai pasak bumi merupakan jumlah akar primer dan sekunder semai pasak bumi, pada tiga zone atau bagian dari wadah yang digunakan, sehingga dapat diketahui kemampuan akar dalam

melakukan penetrasi untuk mencari unsur hara yang diperlukan dalam tahapan pertumbuhan dan perkembangannya. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Pengaruh media semai terhadap sebaran akar semai pasak bumi

Media Ulangan Distribusi Zona Perakaran

Atas (0-5 cm) Tengah (6-10cm) Bawah (11-15cm)

M1 1 30 0 0 2 25 0 0 3 20 0 0 4 27 0 0 5 19 0 0 M2 1 22 0 0 2 60 43 0 3 60 40 0 4 30 20 9 5 24 18 10 M3 1 10 12 0 2 30 0 0 3 15 9 0 4 20 0 0 5 15 12 0

Pola perakaran pada tiga media yang digunakan menunjukkan adanya perbedaan. Pada media kombinasi sekam-tanah, akar semai yang dihasilkan terkonsentrasi pada zona atas, sedangkan pada media arang sekam murni, akar semai yang dihasilkan selain terkonsentrasi pada zona atas, terdapat juga pada zona tengah dan bawah (Gambar 21). Hal ini menunjukkan bahwa adanya arang sekam mampu meningkatkan jumlah dan sebaran akar semai yag dihasilkan sehingga kemampuan melakukan penetrasi dan mencari unsur hara yang diperlukan akan semakin baik.

42

M2

Gambar 21 Semai dan distribusi akar pada tiga media semai yang berbeda. Media berpengaruh terhadap tipe sistem perakaran stek. Pada media dengan kombinasi arang sekam, akar yang dihasilkan relatif lebih banyak hal ini dikarenakan media tersebut lebih lembab daripada media lainnya. Hasil penelitian yang dilakukan pada beberapa jenis stek dengan media pasir, menghasilkan akar yang panjang, sedikit percabangan, kasar dan rapuh. Sedangkan kombinasi pasir dengan kompos menghasilkan akar yang lebih berkembang, banyak cabang, tipis dan lentur. Perbedaan sistem perakaran tersebut berhubungan dengan kelembaban media (Hartmann et al. 1997).

M1

Pengamatan visual selama penelitian.

Berdasarkan pengamatan visual selama penelitian, media arang sekam murni menghasilkan semai yang memiliki penampakan fisik (warna daun lebih hijau, kesehatan) yang lebih baik dibandingkan dengan media lain.

Selama penelitian beberapa semai mengalami kematian tiba-tiba, yang kemungkinan disebabkan busuknya akar akibat serangan jamur. Serangan jamur yang menyebabkan kematian tersebut dapat disajikan pada Gambar 22.

Gambar 22 Serangan jamur penyebab busuk akar. Selain serangan larva yang mengakibatkan busuknya akar, pada saat penelitian dijumpai juga serangan larva Atteva sciodoxa.yang menyerang pucuk yang masih muda.

44

Dokumen terkait