• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab ini dijelaskan hasil analisis peran sektor kayu manis terhadap perekonomian wilayah Kabupaten Kerinci, yang didahului dengan gambaran umum perekonomian wilayah, dan keterkaitan sektor (sectoral linkage), serta dampak pengganda (multiplier effect) terhadap perekonomian wilayah.

Gambaran Umum Perekonomian Kabupaten Kerinci

Secara umum aspek perekonomian wilayah yang dijelaskan pada bab ini terdiri dari produk domestik regional bruto, produk domestik regional bruto perkapita, tenaga kerja, dan struktur perekonomian wilayah Kabupaten Kerinci.

Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah merupakan indikator utama yang dapat digunakan untuk menggambarkan atau memetakan secara umum kondisi perekonomian suatu wilayah. Gambaran tersebut sangat bermanfaat terutama untuk memberi landasan identifikasi peran suatu sektor terhadap perekonomian suatu wilayah. Produk domestik regional bruto Kabupaten Kerinci yang akan digambarkan pada bab ini merupakan PDRB yang telah di agregasi dalam sembilan sektor perekonomian, yang terdiri dari (1) sektor pertanian, yang dirinci dalam subsektor perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan, (2) sektor pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4) sektor listrik dan air bersih, (5) sektor bangunan, (6) sektor perdagangan, hotel dan restoran, (7) sektor pengangkutan dan komunikasi, (8) sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan (9) sektor jasa-jasa lainnya.

Untuk memberi gambaran perkembangan produk domestik regional bruto Kabupaten Kerinci atas dasar harga berlaku dan harga konstan 2000, pada Tabel 27 dan 28 di bawah ini dijelaskan perkembangan PDRB Kabupaten Kerinci periode tahun 2002-2006 sebagai berikut.

Tabel 27. Perkembangan PDRB Sembilan Sektor Kabupaten Kerinci Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rupiah) Periode Tahun 2002-2006

No Lapangan Usaha Kontribusi (Milyar Rupiah) Tahun

2002 2003 2004 2005 2006

1. Pertanian, Perkebunan, Peterna

kan, Kehutanan dan Perikanan 660,30 831,32 948,99 1.172,92 1.348,70 2. Pertambangan dan Penggalian 5,06 6,43 7,12 7,67 8,59 3. Industri Pengolahan 57,62 66,02 73,68 78,62 87,24 4. Listrik dan Air Bersih 10,53 15,34 18,40 20,63 22,17

5. Bangunan 35,33 56,66 70,61 80,62 88,77

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 255,43 280,18 321,54 344,51 376,91 7. Pengangkutan dan Komunikasi 150,49 168,05 187,34 196,34 234,12 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 56,74 65,79 86,37 97,08 111,99

9. Jasa-Jasa 190,52 241,84 274,17 307,35 363,50

Total 1.422,03 1.731,64 1.988,22 2.305,73 2.641,99

No Lapangan Usaha Kontribusi (%)

2002 2003 2004 2005 2006 1. Pertanian, Perkebunan, Peterna

kan, Kehutanan dan Perikanan 46,43 48,01 47,73 50,87 51,05 2. Pertambangan dan Penggalian 0,36 0,37 0,36 0,33 0,33 3. Industri Pengolahan 4,05 3,81 3,71 3,41 3,30 4. Listrik dan Air Bersih 0,74 0,89 0,93 0,89 0,84 5. Bangunan 2,48 3,27 3,55 3,50 3,36 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 17,96 16,18 16,17 14,94 14,27 7. Pengangkutan dan Komunikasi 10,58 9,70 9,42 8,52 8,86 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 3,99 3,80 4,34 4,21 4,24 9. Jasa-Jasa 13,40 13,97 13,79 13,33 13,76 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Kab. Kerinci, 2006.

Berdasarkan PDRB sembilan sektor atas dasar harga berlaku, terlihat bahwa perekonomian Kabupaten Kerinci periode tahun 2002-2006 secara umum di didominasi oleh peran sektor pertanian. Dominannya peran sektor pertanian tersebut sangat terkait dengan struktur daerahnya yang memiliki potensi pertanian yang lebih dominan dibandingkan dengan sektor lainnya. Dengan demikian peran terhadap sektor tersebut dalam menggerakkan pembangunan ekonomi wilayah, menjadi sangat penting, sebagaimana ditunjukkan oleh kontribusi sektor seperti pada tahun 2006, sektor pertanian mewarnai 51,05% dari perekonomian wilayah. diikuti oleh sektor perdagangan 14,27%, sektor jasa 13,76%, pengangkutan dan komunikasi sebesar 8,86%, sedangkan sektor lainnya berada di bawah 8%.

Selanjutnya dilihat sisi produk domestik regional bruto Kabupaten Kerinci atas dasar harga konstan 2000, juga menunjukkan dominannya peran sektor

pertanian dalam mewarnai perekonomian wilayah Kabupaten Kerinci, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 28 di bawah ini.

Tabel 28. Perkembangan PDRB Sembilan Sektor Kabupaten Kerinci Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Milyar Rupiah), Periode 2002-2006

No Lapangan Usaha Kontribusi (Milyar Rupiah) Tahun

2002 2003 2004 2005 2006 1. Pertanian, Perkebunan, Peterna

kan, Kehutanan dan Perikanan 545,44 567,49 595,08 628,43 661,30 2. Pertambangan dan Penggalian 4,43 4,59 4,77 4,86 4,90 3. Industri Pengolahan 46,47 47,48 48,91 50,69 54,46 4. Listrik dan Air Bersih 7,09 8,34 9,20 9,68 10,32 5. Bangunan 28,44 34,91 39,85 45,18 49,51 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 159,95 166,23 171,90 183,20 194,59 7. Pengangkutan dan Komunikasi 105,18 111,18 118,26 122,85 132,10 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 48,68 49,69 52,03 55,02 57,14 9. Jasa-Jasa 135,64 143,34 151,23 155,65 164,24 Total 1.081,32 1.133,25 1.191,23 1.255,56 1.328,56

No Lapangan Usaha Kontribusi (%)

2002 2003 2004 2005 2006 1. Pertanian, Perkebunan, Peterna

kan, Kehutanan dan Perikanan 50,44 50,08 49,96 50,05 49,78 2. Pertambangan dan Penggalian 0,41 0,41 0,40 0,39 0,37 3. Industri Pengolahan 4,30 4,19 4,11 4,04 4,10 4. Listrik dan Air Bersih 0,66 0,74 0,77 0,77 0,78 5. Bangunan 2,63 3,08 3,35 3,60 3,73 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 14,79 14,67 14,43 14,59 14,65 7. Pengangkutan dan Komunikasi 9,73 9,81 9,93 9,78 9,94 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 4,50 4,38 4,37 4,38 4,30 9. Jasa-Jasa 12,54 12,65 12,70 12,40 12,36 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Kab.Kerinci, 2006.

Selanjutnya apabila dilihat posisi PDRB Kabupaten Kerinci berdasarkan Tabel Input-Output Kabupaten Kerinci empat puluh sektor tahun 2006, menunjukkan bahwa dari total PDRB tahun 2006 sebesar 2,6 triliun rupiah, terlihat sektor yang paling dominan membentuk PDRB Kabupaten Kerinci adalah sektor perdagangan. Dari kondisi tersebut menunjukkan bahwa selain sektor pertanian, terlihat peran sektor perdagangan merupakan sektor penggerak perekonomian di Kabupaten Kerinci, sebagaimana ditunjukkan 12,50% sektor perdagangan mewarnai perkonomian Kerinci. Kemudian disusul peran sektor padi dengan nilai mencapai 316 milyar rupiah (11,96%), sektor pemerintahan umum dengan nilai 292 milyar rupiah (11,08%), sektor kayu manis dengan nilai 167

milyar rupiah (6,35%), sektor teh dengan nilai 121 milyar rupiah (4,59%), dan sektor industri makanan dan minuman sebesar 84,6 milayar rupiah (3,20%). Sedangkan untuk mengetahui lebih rinci peran sektor dalam membentuk PDRB Kabupaten Kerinci dijelaskan pada Tabel 29 di bawah ini.

Tabel 29. PDRB Empat Puluh Sektor Kabupaten Kerinci Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rupiah) Tahun 2006

No Sektor Nilai Persentase

1. Padi 316.035,25 11,96

2. Jagung 16.034,00 0,61

3. Ubi Jalar 36.614,40 1,39

4. Kacang Tanah 14.470,00 0,55

5. Kentang 97.822,50 3,70

6. Kol dan Kubis 57.716,30 2,18

7. Cabe 101.260,00 3,83

8. Sayur-sayuran lainnya 28.183,00 1,07

9. Buah-buahan 23.310,60 0,88

10. Tanaman bahan makanan lainnya 7.906,50 0,30

11. Karet 25.520,00 0,97

12. Teh 121.252,00 4,59

13. Kopi 59.812,50 2,26

14. Kayu Manis 167.781,60 6,35

15. Tanaman perkebunan lainnya 141.749,31 5,37 16. Ternak non unggas dan hasil-hasilnya 68.679,44 2,60 17. Ternak Unggas dan hasil-hasilnya 33.359,35 1,26

18. Kehutanan 723,55 0,03

19. Perikanan 30.466,27 1,15

20. Pertambangan dan penggalian 8.588,93 0,33 21. Industri makanan,minuman dan tembakau 84.620,31 3,20 22. Industri tekstil,barang dari kulit dan alas kaki 3.245,26 0,12 23. Industri bahan bangunan dari kayu 12.813,54 0,48 24. Industri kertas dan barang cetakan 4.327,35 0,16 25. Industri pupuk, kimia, brg dari karet dan plastik 1.727,66 0,07 26. Industri barang mineral bukan logam 10.511,70 0,40 27. Industri barang dari logam, mesin dan peralatan 4.778,05 0,18

28. Industri barang lainnya 5.217,82 0,20

29. Listrik dan Air Bersih 22.171,64 0,84

30. Bangunan 108.767,54 4,12

31. Perdagangan 330.326,73 12,50

32. Hotel dan Restoran 44.593,50 1,69

33. Angkutan 97.771,53 3,70

34. Jasa penunjang angkutan 9.642,34 0,36

35. Komunikasi 12.703,55 0,48

36. Bank dan Lembaga keuangan 43.288,10 1,64

37. Usaha bangunan dan Jasa perusahaan 124.699,45 4,72

38. Pemerintahan Umum 292.753,51 11,08

39. Jasa Sosial Kemasyarakatan 45.186,30 1,71

40. Jasa lainnya 25.563,02 0,97

Total 2.641.994,40 Sumber: I-O Kab.Kerinci 2006, diolah.

Kemudian dilihat dari pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci periode 2002-2006 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan perekonomian Kabupaten Kerinci berdasarkan PDRB harga konstan yaitu cenderung mengalami peningkatan seperti dari 4,36% pada tahun 2002, meningkat menjadi 4,80% pada tahun 2003, dan 5,12% pada tahun 2004. Kemudian dari 5,40% pada tahun 2005, meningkat lagi menjadi 5,81% pada tahun 2006, seperti ditunjukkan Tabel 30 di bawah ini.

Tabel 30. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kerinci Berdasar PDRB Harga Konstan 2000 ( Persen) Periode 2002-2006

No Rata-Rata Pertumbuhan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%)

2002 2003 2004 2005 2006 1. Pertanian, Perkebunan, Peterna

kan, Kehutanan dan Perikanan 4,56 4,04 4,86 5,60 5,23 2. Pertambangan dan Penggalian 3,75 3,61 3,92 1,89 0,82 3. Industri Pengolahan 2,45 2,17 3,01 3,64 7,44 4. Listrik dan Air Bersih 10,44 17,63 10,31 5,22 6,61 5. Bangunan 3,72 22,75 14,15 13,38 9,58 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 3,85 3,93 3,41 6,57 6,22 7. Pengangkutan dan Komunikasi 5,63 5,70 6,37 3,88 7,53 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 2,33 2,07 4,71 5,75 3,85 9. Jasa-Jasa 4,48 5,68 5,50 2,92 5,52 Rata-Rata Pertumbuhan 4,36 4,80 5,12 5,40 5,81 Sumber: BPS Kab.Kerinci, 2006.

Dari perkembangan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci periode 2002-2006 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar 5,81%. Tingginya laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2006 terlihat dominan didukung oleh peran sektor bangunan yaitu sebesar 9,58% berada di atas peran sektor lainnya. Tingginya laju perkembangan sektor bangunan karena didukung oleh peningkatan pembangunan infrastruktur yang lebih baik di masyarakat. Namun demikian pertumbuhan sektor bangunan diikuti oleh sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu sebesar 7,53%. Laju pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi, berdasarkan data BPS lebih didorong oleh peningkatan sarana transportasi yang semakin membaik. Sedangkan ditinjau dari laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku periode tahun 2006 menunjukkan sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor yang memiliki laju pertumbuhan tertinggi, sebagaimana dijelaskan pada Tabel 31.

Tabel 31. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kerinci Atas Dasar PDRB Harga Berlaku (Persen) Periode 2002-2006

No Rata-Rata Pertumbuhan Atas Dasar Harga Berlaku (%)

2002 2003 2004 2005 2006

1. Pertanian, Perkebunan, Peterna

kan, Kehutanan dan Perikanan 21,00 25,90 14,15 23,60 14,99 2. Pertambangan dan Penggalian 12,44 27,08 10,73 7,72 11,99 3. Industri Pengolahan 12,85 14,58 11,60 6,70 10,96 4. Listrik dan Air Bersih 47,69 45,68 19,95 12,12 7,46 5. Bangunan 14,04 60,37 24,62 14,18 10,11 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 35,23 9,69 14,76 7,14 9,40 7. Pengangkutan dan Komunikasi 27,26 11,67 11,48 4,80 19,24 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 10,26 15,95 31,28 12,40 15,36 9. Jasa-Jasa 21,92 26,94 13,37 12,10 18,27 Rata-Rata Pertumbuhan 23,20 21,77 14,82 15,97 14,58 Sumber: BPS Kab.Kerinci, 2006.

Namun demikian dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci berdasarkan harga berlaku menunjukkan bahwa priode 2002-2006, laju pertumbuhan cenderung berfluaktif yaitu dari 23,20% pada tuhun 2002, menjadi 21,77% pada tahun 2003, kemudian 14,82% tahun 2004, dan 15,97% pada tahun 2005, serta 14,58% pada tahun 2006. Selanjutnya berdasarkan harga berlaku periode tahun 2002-2006 terlihat sektor bangunan dan sektor listrik dan air bersih merupakan sektor yang cenderung memiliki laju pertumbuhan tertinggi, seperti ditunjukkan Gambar 20 di bawah ini.

Gambar 20. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Kerinci Berdasarkan Harga Berlaku Periode 2002-2006.

Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Kerinci Berdasarkan Harga Berlaku Periode 2002-2006

0 10 20 30 40 50 60 70 Perta nia n Per tam bang an Indu stri P eng olaha n List rik d an Ai r Be rsih Ban gunan Per dagan gan Pen gang kutan Keu angan Jasa -Ja sa Per s ent a s e 2002 2003 2004 2005 2006

Dari perkembangan laju pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa walaupun sektor pertanian dominan mewarnai perekonomian Kabupaten Kerinci, namun bila dilihat lebih jauh ternyata sektor pertanian cenderung kurang memiliki pertumbuhan yang lebih baik atau berada di atas sektor lainnya. Artinya dalam pengembangan ekonomi wilayah, sektor pertanian masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan wilayahnya. Untuk mengetahui perkembangan PDRB sektor pertanian dapat ditunjukkan pada Tabel 32 di bawah ini.

Tabel 32. Perkembangan PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Kerinci Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rupiah) Periode Tahun 2002-2006

No Subsektor Pertanian Tahun

2002 2003 2004 2005 2006 1. Tanaman Bahan Pangan 347,68 420,80 494,32 609,18 699,35 2. Tanaman Perkebunan 240,45 326,06 357,79 449,09 516,11 3. Peternakan dan hasil-hasilnya 58,86 63,83 71,93 86,51 102,04 4. Kehutanan 0,78 0,92 0,88 0,81 0,72 5. Perikanan 12,52 19,72 24,07 27,33 30,47 Total 660,30 831,32 948,99 1.172,92 1.348,70

Laju Pertumbuhan (%)

1. Tanaman Bahan Pangan 21.03 17.47 23.24 14.80 2. Tanaman Perkebunan 35.60 9.73 25.52 14.92 3. Peternakan dan hasil-hasilnya 8.44 12.69 20.27 17.95

4. Kehutanan 17.95 (4.35) (7.95) (11.11)

5. Perikanan 57.51 22.06 13.54 11.49

Rata-rata laju pertumbuhan 25.90 14.15 23.60 14.99 Sumber: BPS Kab.Kerinci, diolah, 2008.

Peran sektor pertanian dalam perekonomian wilayah ditentukan oleh kontribusi subsektor tanaman pangan yaitu sebesar 699 milyar rupiah (51,85%), dan subsektor perkebunan sebesar 516 milyar rupiah (38,27%), peternakan 102 milyar rupiah (7,57%), perikanan 30 milyar rupiah (2,26%) dan subsektor kehutanan 72 milyar rupiah (0,05%). Dari kontribusi masing-masing subsektor tersebut terlihat bahwa subsektor perkebunan merupakan subsektor terbesar kedua yang berkontribusi dalam membentuk sektor pertanian di Kabupaten Kerinci setelah subsektor tanaman pangan.

Secara grafik laju pertumbuhan subsektor-subsektor dalam sektor pertanian ditunjukkan pada Gambar 21, dimana laju pertumbuhan untuk sektor perkebunan terlihat perkembangannya cenderung berfluktuatif.

Gambar 21. Laju Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Kerinci Atas Dasar Harga Berlaku Periode 2003-2006.

Selain itu pentingnya peran sektor pertanian dalam pembentukan perekonomian wilayah juga ditunjukkan kontribusi dalam harga konstan seperti ditunjukkan Tabel 33 di bawah ini.

Tabel 33. Perkembangan PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Kerinci Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Milyar Rupiah) Periode 2002-2006

No Subsektor Pertanian Tahun

2002 2003 2004 2005 2006 1. Tanaman Bahan Pangan 272,74 285,61 302,99 323,63 341,49 2. Tanaman Perkebunan 216,11 225,06 232,58 241,93 253,06 3. Peternakan dan hasil-hasilnya 45,74 45,92 48,17 51,23 54,78

4. Kehutanan 0,62 0,66 0,63 0,50 0,40

5. Perikanan 10,23 10,23 10,71 11,14 11,57

Total 545,44 567,49 595,08 628,43 661,30

Laju Pertumbuhan (%)

1. Tanaman Bahan Pangan 4.72 6.09 6.81 5.52

2. Tanaman Perkebunan 4.14 3.34 4.02 4.60

3. Peternakan dan hasil-hasilnya 0.39 4.90 6.35 6.93

4. Kehutanan 6.45 (4.55) (20.63) (20.00)

5. Perikanan - 4.69 4.01 3.86

Rata-rata laju pertumbuhan 4.04 4.86 5.60 5.23

Sumber: BPS Kab.Kerinci, diolah, 2008.

Laju Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Kerinci Harga Berlaku Periode 2003-2006 (Persentase)

-20 -10 0 10 20 30 40

Tanaman Pangan Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan

2003 2004 2005 2006

Produk Domestik Regional Bruto Perkapita

Produk domestik regional bruto perkapita merupakan salah satu indikator penting untuk memetakan tingkat kesejahteraan masyarakat dalam suatu wilayah. Selanjutnya memperhatikan jumlah penduduk Kabupaten Kerinci tahun 2006 yaitu sebesar 311.354 jiwa dengan PDRB menurut harga berlaku sebesar 2,641 milyar rupiah, maka terlihat bahwa pendapatan perkapita masyarakat Kabupaten Kerinci pada tahun 2006 yaitu sebesar 8,5 juta rupiah. Sedangkan dilihat dari perkembangannya periode tahun 2002-2006, menunjukkan bahwa pada tahun 2002 pendapatan perkapita mencapai 4,7 juta rupiah, pada tahun 2003 sebesar 5,7 juta rupiah, tahun 2004 sebesar 6,5 juta rupiah, dan pada tahun 2005 sebesar 7,5 juta rupiah.

Selanjutnya dengan laju rata-rata pertumbuhan mencapai 17,21 persen pada tahun 2003, dan 12,21% pada tahun 2004, serta 12,77% pada tahun 2005 dan 12,00% pada tahun 2006. Dari rata-rata laju pertumbuhan PDRB perkapita empat tahun terakhir, terlihat bahwa pada tahun 2003 merupakan laju pertumbuhan tertinggi yaitu mencapai 17,21% dan pada tahun 2006 merupakan laju pertumbuhan terendah, seperti ditunjukkan Tabel 34 di bawah ini.

Tabel 34. Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Kerinci Atas Dasar Harga Berlaku Periode Tahun 2002-2006

No Komponen Tahun

2002 2003 2004 2005 2006 1. PDRB (Milyar Rupiah) 1.422,03 1.731,64 1.988,22 2.305,73 2.641,99 2. Jumlah Penduduk (Jiwa) 300.370 302.809 305.243 308.785 311.354 3. PDRB Perkapita (Juta Rupiah) 4.734,25 5.718,59 6.513,57 7.467,11 8.485,50 4. Laju Pertumbuhan PDRB Perkapita (%) 17,21 12,21 12,77 12,00 5. Laju Pertumbuhan PDRB

Perkapita rata-rata Tahun 2003-2006 (%)

13,55

Sumber: BPS Kab.Kerinci, diolah, 2008.

Dilihat dari laju pertumbuhan pendapatan perkapita Kabupaten Kerinci berdasarkan harga konstan 2000, periode tahun 2002-2006 menunjukkan bahwa pertumbuhannya cenderung berfluktuatif. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat Kerinci cenderung meningkat seperti pada tahun 2002 terlihat PDRB perkapita Kabupaten Kerinci sebesar 3,6 juta rupiah, tahun

2003 sebesar 3,7 juta rupiah, tahun 2004 sebesar 3,9 juta rupiah, tahun 2005 sebesar 4,1 juta rupiah dan pada tahun 2006 sebesar 4,3 juta rupiah.

Demikian juga berdasarkan PDRB harga konstan 2000, terlihat pertumbuhan rata-rata tahun 2002-2006 sebesar 4,16%, dan tahun 2006 sebesar 4,71%. Dari perkembangan tersebut menunjukkan pertumbuhan ekonomi tahun 2006 berada di atas rata-rata laju pertumbuhan tahun lainnya seperti ditunjukkan Tabel 35 di bawah ini.

Tabel 35. Perkembangan PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan 2000, Periode Tahun 2002-2006

No Pendapatan Perkapita Tahun

2002 2003 2004 2005 2006 1. PDRB (Milyar Rupiah) 1.081,33 1.133,25 1.191,24 1.255,56 1.328,55 2. Jumlah Penduduk (Jiwa) 300.370 302.809 305.243 308.785 311.354 3. PDRB Perkapita (Juta Rupiah) 3.600,01 3.742,45 3.902,59 4.066.13 4.267,01 4. Laju Pertumbuhan PDRB Perkapita (%) 3,81 4,10 4,02 4,71 5. Laju Pertumbuhan PDRB

Perkapita Rata-rata Tahun 2003-

2006 (%) 4,16

Sumber: BPS Kab.Kerinci, diolah, 2008.

Dari perkembangan laju pertumbuhan PDRB perkapita periode yang sama menunjukkan bahwa pada tahun 2006 merupakan laju pertumbuhan tertinggi, atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun lainnya dalam periode 2002-2006. Oleh karena sektor pertanian merupakan sektor dominan dalam perekonomian Wilayah Kabupaten Kerinci, maka perkembangannya perlu terus didorong.

Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha

Komponen tenaga kerja merupakan variabel penting dalam menggerakkan perekonomian wilayah. Untuk mengetahui jumlah tenaga kerja menurut lapangan usaha di Kabupaten Kerinci, berikut disajikan perkembangan tenaga kerja berdasarkan agregasi sembilan sektor menurut lapangan usaha tahun 2006.

Dari jumlah tenaga kerja di Kabupaten Kerinci berdasarkan lapangan usaha pada tahun 2006 yaitu sebesar 141.219 jiwa, terlihat sektor pertanian merupakan sektor yang dominan menyerap tenaga kerja yaitu sebesar 97.711 (69,19%). Dominannya serapan tenaga kerja dalam sektor pertanian mampu mendorong

sektor pertanian sehingga dapat menekan angka pengangguran di Kabupaten Kerinci, dan akhirnya dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Berikut disajikan data distribusi tenaga kerja menurut lapangan usaha di Kabupaten Kerinci Tahun 2006 (Tabel 36).

Tabel 36. Distribusi Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Kerinci Tahun 2006

No Lapangan Usaha Jumlah

(Jiwa) Persentase (%)

1. Pertanian 97.711 69,19

2. Pertambangan dan Galian 580 0,41

3. Industri Pengolahan 4.125 2,92

4. Listrik dan Air Bersih 303 0,21

5. Konstruksi 1.937 1,37

6. Perdagangan, hotel dan restoran 15.732 11,14

7. Komunikasi dan angkutan 3.913 2,77

8. Keuangan 435 0,31

9. Jasa-jasa 16.483 11,67

Total 141.219 100,00

Sumber: BPS Kab.Kerinci, 2006.

Subsektor yang mendukung penyediaan lapangan usaha dalam sektor pertanian terdiri dari subsektor pertanian tanaman bahan makanan (pangan) sebesar 58.198 (59,56%), subsektor perkebunan yaitu sebesar 34.699 (35,51%), subsektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 2.929 (3,00%), dan subsektor kehutanan sebesar 168 (0,17%) serta subsektor perikanan sebesar 1.715 (1,76%), sebagaimana disajikan pada Tabel 37.

Tabel 37. Distribusi Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha Dalam Sektor Pertanian Kabupaten Kerinci (Jiwa) Tahun 2006

No Lapangan Usaha Sektor Pertanian Tenaga Kerja (Jiwa) Persentase (%) 1. Tanaman Pangan 58.198 59,56 2. Perkebunan 34.699 35,51 3. Peternakan 2.929 3,00 4. Kehutanan 168 0,17 5. Perikanan 1.715 1,76 Total 97.711 100,00 Sumber: BPS Kab.Kerinci, 2006.

Dari Tabel 37 di atas terlihat subsektor tanaman bahan makanan (pangan) merupakan subsektor terbesar yang mendukung serapan tenaga kerja di sektor pertanian di Kabupaten Kerinci. Secara visual dapat ditunjukkan distribusi serapan tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Kerinci, seperti ditunjukkan Gambar 22 di bawah ini.

Gambar 22. Distribusi Serapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Kerinci Tahun 2007.

Dari distribusi penyerapan tenaga kerja sektor pertanian, menunjukkan subsektor perkebunan merupakan subsektor terbesar kedua dalam menyerap lapangan kerja. Dengan demikian apabila subsektor tersebut dikembangkan maka serapan tenaga kerja di daerah akan berkembang.

Struktur Perekonomian Wilayah Kabupaten Kerinci Output Perekonomian

Output merupakan nilai produksi (baik barang maupun jasa) yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi di suatu negara/wilayah, (BPS, 2000). Memperhatikan besarnya output yang diciptakan oleh sektor-sektor dalam perekonomian wilayah, berarti akan mengetahui prospek sumbangan sektor potensial yang dapat mendorong pembentukan output daerah.

Berdasarkan Tabel Input Output Perekonomian wilayah Kabupaten Kerinci tahun 2006 menunjukkan bahwa sektor perdagangan merupakan sektor yang

Distribusi Tenaga Kerja dalam Sektor Pertanian di Kabupaten Kerinci Tahun 2007

Perikanan , 1,715, (1,76%) Peternakan , 2,929, (3%) Tanaman Pangan , 58,198, (59,56%) Perkebunan , 34,699, (36,51%) Kehutanan , 168, (0.17%)

paling dominan kontribusinya dalam menciptakan output perekonomian Wilayah Kabupaten Kerinci, seperti ditunjukkan Tabel 38 berikut ini.

Tabel 38. Komposisi Output Sektor Perekonomian Kabupaten Kerinci 2006

No Sektor Nilai (Juta Rupiah) Persentase (%) 1. Padi 349.821,84 9,47 2. Jagung 17.137,63 0,46 3. Ubi Jalar 40.177,19 1,09 4. Kacang Tanah 14.777,02 0,40 5. Kentang 113.652,49 3,08

6. Kol dan Kubis 63.220,91 1,71

7. Cabe 115.433,95 3,12

8. Sayur-sayuran lainnya 43.030,74 1,16

9. Buah-buahan 24.905,22 0,67

10. Tanaman bahan makanan lainnya 10.612,27 0,29

11. Karet 26.775,08 0,72

12. Teh 146.291,60 3,96

13. Kopi 65.543,96 1,77

14. Kayu Manis 206.147,22 5,58

15. Tanaman perkebunan lainnya 158.436,19 4,29 16. Ternak non unggas dan hasil-hasilnya 82.189,42 2,22

17. Unggas dan hasil-hasilnya 42.080,81 1,14

18. Kehutanan 847,21 0,02

19. Perikanan 36.306,04 0,98

20. Pertambangan dan penggalian 10.891,73 0,29 21. Industri makanan,minuman dan tembakau 400.380,21 10,83 22. Industri tekstil,barang dari kulit dan alas kaki 4.078,49 0,11 23. Industri bahan bangunan dari kayu dan hasil hutan 16.515,60 0,45 24. Industri kertas dan barang cetakan 5.860,03 0,16

25. Industri pupuk,kimia, barang dari karet dan plastik 2.148,65 0,06 26. Industri barang mineral bukan logam 15.610,35 0,42

27. Industri barang dari logam, dan mesin 5.901,92 0,16

28. Industri barang lainnya 12.168,06 0,33

29. Listrik dan Air Bersih 30.498,02 0,83

30. Bangunan 191.937,49 5,19

31. Perdagangan 435.386,19 11,78

32. Hotel dan Restoran 97.232,44 2,63

33. Angkutan 178.333,68 4,83

34. Jasa penunjang angkutan 15.598,81 0,42

35. Komunikasi 16.809,72 0,45

36. Bank dan Lembaga keuangan 56.262,33 1,52

37. Usaha bangunan dan Jasa perusahaan 143.084,40 3,87

38. Pemerintahan Umum 404.356,67 10,94

39. Jasa Sosial Kemasyarakatan 62.040,04 1,68

40. Jasa lainnya 32.904,05 0,89

Total 3.695.385,66 100,00

Sumber: I-O Kab.Kerinci, 2006.

Selain sektor perdagangan, sektor yang dominan terhadap pembentukan output perekonomian wilayah adalah sektor industri makanan dan minuman sebesar 400,4 milyar rupiah (10,83%), padi sebesar 349,8 milyar rupiah (9,47%), dan sektor kayu manis sebesar 206,1 milyar rupiah (5,58%).

Nilai Tambah Bruto

Berdasarkan Tabel input output Kabupaten Kerinci tahun 2006 menunjukkan bahwa nilai tambah bruto (NTB) Kabupaten Kerinci yaitu sebesar 2,6 triliun rupiah. seperti disajikan pada Tabel 39 di bawah ini.

Tabel 39. Komposisi Nilai Tambah Bruto Sektor Perekonomian Kabupaten Kerinci Berdasarkan Harga Produsen Tahun 2006

No Sektor Nilai (Juta Rupiah) Persentase (%) 1. Padi 316.035,25 11,96 2. Jagung 16.034,00 0,61 3. Ubi Jalar 36.614,40 1,39 4. Kacang Tanah 14.470,00 0,55 5. Kentang 97.822,50 3,70

6. Kol dan Kubis 57.716,30 2,18

7. Cabe 101.260,00 3,83

8. Sayur-sayuran lainnya 28.183,00 1,07

9. Buah-buahan 23.310,60 0,88

10. Tanaman bahan makanan lainnya 7.906,50 0,30

11. Karet 25.520,00 0,97

12. Teh 121.252,00 4,59

13. Kopi 59.812,50 2,26

14. Kayu Manis 167.781,60 6,35

15. Tanaman perkebunan lainnya 141.749,31 5,37 16. Ternak non unggas dan hasil-hasilnya 68.679,44 2,60 17. Ternak Unggas dan hasil-hasilnya 33.359,35 1,26

18. Kehutanan 723,55 0,03

19. Perikanan 30.466,27 1,15

20. Pertambangan dan penggalian 8.588,93 0,33 21. Industri makanan,minuman dan tembakau 84,620.31 3.20 22. Industri tekstil,barang dari kulit dan alas kaki 3.245,26 0,12 23. Industri bahan bangunan dari kayu 12.813,54 0,48 24. Industri kertas dan barang cetakan 4.327,35 0,16 25. Industri pupuk, kimia, brg dari karet dan plastik 1.727,66 0,07 26. Industri barang mineral bukan logam 10.511,70 0,40 27. Industri barang dari logam, mesin dan peralatan 4.778,05 0,18

28. Industri barang lainnya 5.217,82 0,20

29. Listrik dan Air Bersih 22.171,64 0,84

30. Bangunan 108.767,54 4,12

31. Perdagangan 330.326,73 12,50

32. Hotel dan Restoran 44.593,50 1,69

33. Angkutan 97,771.53 3,70

34. Jasa penunjang angkutan 9.642,34 0,36

35. Komunikasi 12.703,55 0,48

36. Bank dan Lembaga keuangan 43.288,10 1,64 37. Usaha bangunan dan Jasa perusahaan 124.699,45 4,72

38. Pemerintahan Umum 292.753,51 11,08

39. Jasa Sosial Kemasyarakatan 45.186,30 1,71

40. Jasa lainnya 25.563,02 0,97

Total 2.641.994,40 100,00

Dari NTB tersebut terlihat sektor yang berkontribusi paling besar adalah sektor perdagangan yaitu sebesar 330,3 milyar rupiah (12,50%), disusul sektor padi sebesar 316 milyar rupiah (11,96%), sektor pemerintahan umum sebesar 292 milyar rupiah (11,08%) dan sektor kayu manis sebesar 167 milyar rupiah (6,35%). Dilihat dari komponen pembentukan nilai tambah bruto perekonomian wilayah Kabupaten Kerinci yang terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto menunjukkan bahwa komponen upah dan gaji berkontribusi sebesar 898 milyar rupiah (34,02%) terhadap pembentukan nilai tambah bruto tahun 2006, komponen surplus usaha berkontribusi sebesar 1,582 milyar rupiah (59,91%), komponen penyusutan berkontribusi sebesar 66 milyar rupiah (2,51%) dan komponen pajak tak langsung neto berkontribusi sebesar 93 milyar rupiah (3,55%), sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 40 di bawah ini. Tabel 40. Distribusi Nilai Tambah Bruto Perekonomian Kabupaten Kerinci,

Menurut Komponennya Tahun 2006

Kode Nama Sektor Nilai

(Juta Rupiah)

Persentase (%)

201. Upah dan Gaji 898.898,17 34,02

202. Surplus Usaha 1.582.822,42 59,91

203. Penyusutan 66.407,08 2,51

204. Pajak Tak Langsung 93.866,73 3,55

209. Nilai Tambah Bruto/Jumlah Input Primer 2.641.994,40 100,00 Sumber: I-O Kab.Kerinci, 2006.

Karena nilai tambah bruto merupakan komponen penting dalam struktur perekonomian wilayah, dan menurut pendekatan model input-output pembentukannya bersumber dari komponen upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, serta pajak tak langsung neto. Dengan demikian maka pengembangan sektor yang memiliki potensi yang dapat meningkatkan nilai tambah bruto perekonomian wilayah perlu menjadi perhatian.

Struktur Permintaan Akhir

Komponen permintaan akhir dalam struktur perekonomian wilayah secara umum terdiri dari komponen konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, dan komponen ekspor. Secara rinci

struktur permintaan akhir perekonomian Kabupaten Kerinci ditunjukkan pada Tabel 41.

Tabel 41. Struktur Permintaan Akhir Perekonomian Wilayah Kabupaten Kerinci Menurut Komponennya Tahun 2006

Kode Komponen Permintaan Akhir Nilai (Juta Rupiah)

Persentase PA (%)

Persentase NTB (%) 301. Konsumsi Rumah Tangga 1.217.121,94 36,36 46,07 302. Konsumsi Pemerintah 438.665,93 13,10 16,60 303. Pembentukan Modal Tetap 518.095,71 15,48 19,61

304. Perubahan Stok 455.483,38 13,61 17,24

305. Ekspor Barang dan Jasa 717.973,66 21,45 27,18 309. Jumlah Permintaan Akhir 3.347.340,63 100,00 126,70

409. Jumlah Impor 705.346,23 21,07 26,70

209. Nilai Tambah Bruto (PA-Impor) 2.641.994,40 78,93 100,00 Sumber : I-O Kab.Kerinci 2006, diolah.

Dari komponen permintaan akhir sebagaimana disajikan pada Tael 40 dapat diketahui bahwa pada tahun 2006 konsumsi rumah tangga merupakan komponen yang paling dominan dalam pembentukan struktur permintaan akhir perekonomian Kabupaten Kerinci. Dari kondisi tersebut dapat diartikan bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci masih sangat dominan didorong oleh kegiatan konsumsi rumah tangga. Namun apabila dibandingkan antara konsumsi yang bersumber dari domestik dan impor ternyata di Kabupaten Kerinci konsumsi masyarakat lebih dominan bersumber dari sektor impor, kondisi tersebut tentu berimplikasi bagi tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi yang semakin berat.

Selanjutnya dari sisi pembentukan modal tetap, terlihat kontribusinya mencapai 15,48% dari total permintaan akhir dan 19,61% dari nilai tambah bruto. Kondisi di atas terlihat memiliki prospek bagi upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Kerinci. Sedangkan dari komponen perubahan stok yang mencapai 13,61% dari pembentukan permintaan akhir dan 17,24% dari komponen nilai tambah bruto, mengindikasikan bahwa terjadinya peningkatan stok, dalam arti prospek pengembangan investasi yang cukup baik. Namun kenyataannya dengan terjadinya inflasi harga barang, terutama yang bersumber dari komponen impor sehingga membuat pertumbuhan ekonomi menjadi semakin berat. Oleh karena itu pengembangan perlu diimbangi dengan dukungan dan peningkatan dari komponen ekspor wilayah.

Dari struktur permintaan akhir yang ditunjukkan di atas, terlihat bahwa kondisi perekonomian Kabupaten Kerinci ke depan dalam upaya pengembangan ekonomi wilayah selain perlu meningkatkan peran komponen ekspor juga perlu mendorong pengembangan industri pengolahan, terutama dalam upaya meningkatkan nilai tambah ekonomi wilayah. Sedangkan untuk mengimbangi

Dokumen terkait