Jarak antara waktu paparan efektif suatu agen dengan munculnya gejala penyakit (onset)
Contoh: Sepuluh ekor sapi perah menderita keracunan makanan yang diperkirakan terjadi
pada saat diberi pakan pada siang hari, tanggal 1 Maret 1997, jam 13.00. Saat timbulnya gejala
1. tanggal 1 Maret jam 24.00
2. tanggal 1 Maret jam 18.30
3. tanggal 2 Maret jam 01.00
4. tanggal 1 Maret jam 21.00
5. tanggal 1 Maret jam 16.00
6. tanggal 1 Maret jam 19.00
7. tanggal 1 Maret jam 19.00
8. tanggal 1 Maret jam 20.00
9. tanggal 1 Maret jam 19.00
10. tanggal 1 Maret jam 18.00
Tentukan masa inkubasi terpendek, terpanjang, dan median masa inkubasi?
Masa inkubasi terpendek adalah 3 jam (kasus no. 5) dan yang terpanjang 12 jam (kasus no. 3)
1. tanggal 1 Maret jam 16.00 2. tanggal 1 Maret jam 18.00 3. tanggal 1 Maret jam 18.30 4. tanggal 1 Maret jam 19.00 5. tanggal 1 Maret jam 19.00 6. tanggal 1 Maret jam 19.00 7. tanggal 1 Maret jam 20.00 8. tanggal 1 Maret jam 21.00 9. tanggal 1 Maret jam 24.00 10.tanggal 2 Maret jam 01.00
Median kelompok ini terletak pada penderita no. 5 1/2 ( berasal dari (n +1)/2 , yang dalam hal ini (10 + 1)/2 Sehingga median masa inkubasinya adalah jarak antara jam 13.00 ke jam ( 19.00 + 19.00 ) / 2 = 19.00 yaitu 6 jam
1. Bila penyakit belum diketahui, informasi tentang masa inkubasi bersama diagnosis penyakit dapat mempersempit differential diagnosis
2. Untuk memperkirakan saat terjadinya penularan
Tabel 1
Distribusi frekuensi penderita diare berdasarkan masa inkubasinya, kecamatan M, tahun 1996 Masa inkubasi (dalam hari) Frekuensi Frekuensi kumulatif 0-1 2 2 2-3 5 7 4-5 10 17 6-7 9 26 8-9 5 31 10-11 3 34 12-13 2 36 14-15 1 37 jumlah 37
Median = B + [(Pm – f) / (fm – f)] x i
B = batas atas dari kelas dibawah kelas median Pm = posisi median
f = frekuensi kumulatif dari kelas dibawah median
fm = frekuensi kumulatif dari kelas median I = besarnya interval kelas
1. Posisi median = (37 + 1)/2 = 19
2. Kelas median adalah kelompok 6-7 hari
3. Oleh karena antara tiap kelas interval ada selang satu hari, maka batas antara masing-masing interval
dianggap terdapat pada pertengahan selang tersebut, sehingga untuk kelas 6-7 hari batasnya adalah 5,5 – 7,5 hari, sedangkan untuk kelas 2-3 hari adalah 1,5 – 3,5 hari. Dengan demikian interval masing-masing kelas adalah 2 hari.
4. Frekuensi kumulatif kelas median = 26
5. Frekuensi kumulatif kelas dibawah kelas median = 17
6. Dengan menggunakan rumus, didapat hasil sbb:
7. Median = 5,5 + [(19-17)/(26-17)] x 2 hari = 5,94 hari atau 5 hari 22 jam 33 menit 36 detik
Dapat digambarkan dengan berbagai tipe pemetaan. Identifikasi pola spasial juga
membantu dalam penentuan sifat alamiah suatu penyakit
Jenis peta yang biasanya digunakan adalah spot maps dan transparent overlay maps.
Skala distribusinya tergantung kepada tujuan investigasi.
Misalnya: AI mungkin di petakan di pedesaan, kecamatan, kabupaten, provinsi dan negara.
Pemetaan dapat dikombinasikan dengan waktu dan tempat
Legend 0.38 0.39 - 0.46 0.47 - 0.58 0.59 - 0.65 0.66 - 0.83 0.84 - 1.27 1.28 - 1.34 1.35 - 2.15 2.16 - 3.72 3.73 - 9.52 0.46 0.38 1.34 3.51 3.72 2.15 1.27 0.83 0.58 0.65 9.52 Petaling Riau Silip Bakam Belinyu Batu Rusa Pemali Puding Besar Gunung Muda Kenanga Sungailiat Sinar Baru
Biasanya dipadukan dengan pola temporal, spasial atau keduanya.
Pola ini terutama disebabkan oleh adanya
kerentanan atau ketahanan pada sekelompok hewan baik terjadi secara alamiah maupun buatan.
Pada saat wabah biasanya beberapa resistensi
buatan dapat memperoteksi hewan yang sehat. Misalnya: hewan tidak terpapar suatu penyakit karena terletak di kandang yang terpisah
Pola ini digunakan sebagai kelompok
pembanding dalam membuat tabel attack rate. Umur, asal, jenis kelamin, keturunan dan genetik sering menggambarkan sifat indung semang.
Buat 10 daftar yang akan dilakukan pada investigasi wabah
Tidak semua langkah penting untuk diikuti dalam setiap wabah, dan tidak selalu harus berurutan; mungkin pada beberapa kegiatan dimulai secara serempak.
Jika diagnosa sudah dilakukan, maka harus diverifikasi oleh investigator yang biasa melakukannya melalui pencatatan hasil pemeriksaan patologi klinik dan
Tujuan dalam pemastian diagnosis adalah (1) untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah
didiagnosis dengan patut (2) untuk menyingkirkan kemungkinan kesalahan laboratorium yang
menyebabkan peningkatan kasus yang dilaporkan
Semua temuan klinis harus disimpulkan dalam distribusi frekuensi
Distribusi ini penting untuk menggambarkan spektrum
penyakit, menentukan diagnosis, dan mengembangkan definisi kasus
Bila jumlah kasus yang dilaporkan melebihi jumlah yang diharapkan, kelebihan ini tidak selalu
menunjukkan adanya wabah. Peningkatan yang demikian disebut Pseudo Epidemik, contohnya:
1. Perubahan cara pencatatan dan pelaporan kasus
2. Adanya cara diagnosis baru
3. Bertambahnya kesadaran peternak untuk mengobati ternaknya
4. Adanya penyakit lain dengan gejala yang serupa
Sangat penting, terutama jika diagnosa
yang dilakukan adalah diagnosa sementara
Membuat kriteria yang mencakup kasus yang diteliti
Mencakup seluruh kasus yang diteliti dan
mengeluarkan kasus yang secara klinis tidak berhubungan
Kasus Pasti (Confirmed): Harus disertakan pemeriksaan lab hasil +
Kasus Mungkin (Probable): Harus memenuhi semua
ciri klinis penyakit, tanpa pemeriksaan lab
Kasus Meragukan (Possible): Biasanya hanya memenuhi sebagian gejala klinis saja
Apakah ini suatu epidemik? Untuk menjawab hal ini, hitung attack rate (AR) dan bandingkan
dengan keadaan normal atau kejadian yang diharapkan dari penyakit (atau kematian).
Attack rate adalah mengukur kejadian dan dapat
dihitung dengan rumus berikut ini:
AR = Kasus baru (dan/atau kematian) x 100 Total jumlah hewan yang berisiko
Untuk mengetahui sebaran temporal suatu kasus baru, harus digambarkan beberapa kurva
epidemik dengan menggunakan berbagai interval waktu (x-axis) yang mungkin sesuai untuk penyakit yang dipelajari, misalnya: jam, hari, minggu.
Sketsa topografi suatu daerah dengan kasus di dalamnya atau layout suatu kandang dengan kasus di dalamnya.
Perhatikan hubungan antara kasus dan antara lokasi kasus dan ciri-ciri fisik lainnya.
Umur Tujuan Asal
Menghitung attack rate (AR) spesifik-faktor---umur, jenis kelamin, asal, pakan, kandang, dan lain-lain. Perhitungan hanya dilakukan pada hewan yang berhubungan dengan faktor.
Buatlah tabel AR – dalam tabel AR,
dibandingkan nilai AR antara hewan yang terpapar faktor yang tidak terpapar faktor.
Tabel attack rate
Faktor
Terpapar faktor Tidak terpapar faktor
Total Sakit/Mati Sehat AR Total Sakit/Mat i
Sehat AR
Perhitungan attack rate dengan 1 faktor risiko (unggas yang dipelihara dengan dicampur)
Faktor
Jumlah dengan Jumlah tanpa Total Sakit/ Mati Sehat AR1 Total Sakit/ Mati Sehat AR2 Pencam puran 4687 1956 2731 41.7 % 220 2 218 0.9%
Attack rate tertinggi(AR1) pada kelompok yang terpapar faktor
Attack rate terendah (AR2) pada kelompok yang tidak terpapar faktor
Perbedaan attack rate yang terbesar
attributable risk = AR1 - AR2
Relative risk
RR = AR1/AR2
Mengembangkan satu atau lebih hipotesa:
a) jenis epidemik : Point epidemic vs.
Propagated epidemic;
b) sumber epidemik : bersumber umum,
multiple exposure;
c) Kemungkinan model penyebaran : kontak, kendaraan, vektor.
Periksa apakah hipotesis tersebut sesuai untuk semua faktor, misalnya cocok untuk semua observasi. Jika tidak sesuai, maka
dilakukan revisi terhadap hipotesis tersebut.
Buat rekomendasi untuk tindakan korektif (misalnya: mengubah pakan, menghilangkan burung liar, dll) dan untuk tindakan
Termasuk pengujian secara klinik, patologi,
mikrobiologi, dan toksikologi pada jaringan, pakan, benda, dan lain-lain – termasuk diagram secara
detail, grafik alur persiapan pakan dan perpindahan hewan.
Meliputi tindak lanjut epidemiologik, misalnya
mencari kasus tambahan di kandang yang lain atau wabah yang sama di lokasi yang lain.
Menelusuri perpindahan ke dalam dan keluar kandang.
Keberhasilan penelusuran tergantung kepada kualitas pencatatan dan identifikasi hewan
Meliputi percobaan klinis terhadap hewan yang peka untuk membuktikan penyebab suatu penyakit.