• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN TEORI TENTANG EKARISTI,

A. Sakramen Ekaristi

6. Permasalahan Sosial Masyarakat

Ahli sosiologi Indonesia, Soerjono Soekanto dalam Blumer dan Thompson dalam Yesmil Anwar dan Adang (2013: 255-256), menyatakan bahwa masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok sosial, sehingga berdampak pada retaknya hubungan sosial dalam masyarakat. Masalah sosial muncul sebagai dampak dari perbedaan antara nilai dalam masyarakat dengan kenyataan yang ada, misalnya proses sosial dan bencana Alam. Suatu kondisi yang disebut sebagai masalah sosial ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus, misalnya tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial dan musyawarah masyarakat. Pemahaman terkait masalah sosial dibagi dalam empat faktor, yaitu:

a. Faktor ekonomi mencakup, kemiskinan dan pengangguran.

b. Faktor budaya, seperti perceraian dan kenakalan remaja.

c. Faktor biologis, misalnya penyakit menular, cacat fisik dan keracunan makanan.

d. Faktor psikologis, misalnya penyakit syaraf, pengaruh aliran sesat dan pengaruh perkembangan zaman.

Masalah sosial disebabkan oleh individu (intrinsik) dan dari luar individu (ekstrinsik). Permasalahan yang pada awalnya berasal dari individu, namun kemudian berdampak pada masyarakat secara luas.

Menurut Blumer dan Thompson dalam Yesmil Anwar dan Adang (2013:256-257), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan masalah sosial adalah kondisi dimana pengaruh suatu entitas dapat mengancam nilai-nilai masyarakat, sehingga berdampak pada sebagian besar anggota masyarakat. Entitas yang dimaksud dapat berupa pembicaraan umum di media masa, Televisi, Internet, Radio dan Surat Kabar. Permasalahan akan muncul karena adanya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan kenyataan yang ada. Menurut Coleman dan Cresey dalam Yesmil Anwar dan Adang (2013: 257) cara mengukur besarnya suatu masalah, yaitu dengan membandingkan idealitas dengan kenyataan yang terjadi. Masalah-masalah sosial dibagi dalam 3 macam, yakni:

1) Konflik dan kesenjangan, misalnya kemiskinan, konflik antar kelompok, kesenjangan sosial, pelecehan seksual dan masalah lingkungan.

2) Perilaku menyimpang, seperti kecanduan obat terlarang, gangguan mental, kejahatan, kenakalan remaja dan kekerasan pergaulan.

3) Perkembangan manusia, contohnya masalah keluarga, usia lanjut,

Pemahaman terkait masalah sosial dari sudut pandang ilmu-ilmu sosial, mengarah pada suatu masalah yang berkembang dalam kehidupan komunitas. Masalah tersebut dianggap tidak sesuai dengan nilai atau norma sosial yang berlaku dalam komunitas. Dinamika dan proses menjadi salah satu faktor penting dalam berkembangnya suatu masalah dalam komunitas. Ketika komunitas mengalami perubahan atau perkembangan dari faktor intern maupun ekstern, proses diferensiasi struktural dan kultur yang terjadi begitu cepat, maka pada umumnya komunitas akan mengalami konflik atau goncangan. Menghadapi perubahan tidak setiap orang memiliki respon yang berbeda-beda, ada yang siap dan ada yang sama sekali tidak siap. Faktor ketidaksiapan inilah yang memicu timbul dan berkembangnya masalah sosial dalam suatu komunitas tertentu. kurang

Dalam Abdulsyahni (2012: 188-196), menguraikan masalah sosial utama yang sering terjadi di masyarakat. Pada umumnya masalah sosial utama disebabkan oleh kondisi ekonomi yang kurang stabil, faktor psikologis, biologis dan kebudayaan. Berikut akan dijelaskan beberapa masalah utama sosial :

a. Masalah Kriminal

Kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari perselisihan, perbedaan pandangan dan konflik. Hal ini didasari oleh keinginan yang berbeda-beda dari masing-masing orang. Maka dalam masyarakat sangat diperlukan tekanan-tekanan sosial, misalnya Undang-Undang atau hukum dan sanksi-sanksi yang berguna untuk mengawasi dan menekan perilaku kriminalitas dalam masyarakat. Kriminalitas dapat terjadi akibat adanya ketimpangan sosial, seperti krisis ekonomi, keinginan-keinginan yang tidak dapat dipenuhi, tekanan mental,

dendam dan iri hati. Pemahaman yang lebih luas menyatakan bahwa masalah kriminalitas merupakan akibat dari perubahan masyarakat dan kebudayaan yang dinamis dan cepat. Tindakan kriminal dalam perkembangannya dapat dilakukan melalui alat-alat komunikasi, radio dan televisi agar dapat memberi pengaruh untuk menolak maupun menerima tindakan kriminal tersebut. Tindakan kriminal kebanyakan terjadi pada masyarakat yang sedang berkembang, misalnya di kota- kota besar yang penuh dengan tekanan. Dorongan untuk melakukan tindakan kriminal tidak hanya berasal dari dalam diri, tetapi juga berasal dari luar, seperti pengaruh pergaulan kerja, pergaulan dalam masyarakat tertentu yang seluruhnya mengandung unsur-unsur tindakan kriminal. Apabila tindakan kriminal dilakukan dengan porsi yang besar, maka bukan tidak mungkin akan berpengaruh baik bagi orang yang menjadi korban langsung atau masyarakat yang berada di sekitar (Absulsyani, 2012: 188-190).

b. Masalah Kemiskinan

Kemiskinan merupakan situasi seseorang, keluarga atau anggota masyarakat yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan baik. Seseorang dikatakan miskin karena penghasilannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok sehari-hari, misalnya makanan, pakaian dan tempat tinggal. Seiring dengan perkembangan masyarakat, tumbuh pula nilai dan norma baru yang tanpa sadar menggeser ukuran taraf hidup dalam suatu masyarakat. Jumlah masyarakat yang mengalami kemiskinan pada umumnya terjadi di daerah-daerah pedesaan. Faktor ekonomi merupakan tolak ukur dalam menilai status ekonomi seseorang.

Maka banyak kalangan berjuang untuk memperbaiki dan memperjuangkan agar keadaan ekonomi menjadi lebih baik, tidak jarang dengan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai dan norma sosial masyarakat (Abdulsyani, 2012: 190-193).

c. Masalah Lingkungan Hidup

Menurut pandangan Emil Salim, lingkungan hidup merupakan hasil dari interaksi antara organisme hidup dengan lingkungan. Organisme hidup terdiri dari manusia, hewan dan tumbuhan secara individu maupun kelompok yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Diantara organisme hidup yang lain, manusia memiliki peran yang lebih dominan. Manusia dikaruniakan kemampuan untuk bertambah secara kuantitatif dan akal budi yang memampukan mereka untuk meningkatkan kualitas diri. Keberadaan manusia yang lebih dominan diantara organisme lain, membuat manusia dijadikan tujuan pertama yang harus dikonfirmasi ketika terjadi permasalahan sosial, misalnya masalah lingkungan sosial, lingkungan biologis dan lingkungan fisik. Permasalahan lingkungan hidup tidak akan terjadi jika dalam interaksi antara organisme, zat dan benda dilakukan dengan hubungan keselarasan. Sebaliknya, ketidakpedulian, kurangnya kesadaran akan lingkungan sekitar dan tuntutan kebutuhan hidup dapat menjadi latar belakang pemicu tindakan eksploitasi lingkungan hidup, misalnya pencemaran air dengan zat-zat kimia beracun untuk memperoleh ikan, penebangan kayu dan pembuangan sampah di sembarang tempat. Akibatnya, terjadi kekeringan, kebakaran, pencemaran sungai dan menyebabkan penderitaan masyarakat secara luas (Abdulsyani, 2012: 194-196).

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis memahami masalah sosial merupakan perbedaan antara kenyataan yang ada dengan nilai atau norma yang dihidupi dalam suatu masyarakat, sehingga dapat mengancam kehidupan kelompok sosial tersebut. Benturan unsur-unsur dengan realita yang ada dapat menimbulkan goncangan dan perpecahan dalam komunitas atau masyarakat. Terdapat lembaga berwenang yang mendapat kepercayaan untuk menetapkan bahwa suatu hal atau tindakan tertentu dapat menimbulkan masalah sosial. Masalah utama sosial dibagi dalam beberapa macam, yakni masalah kriminal, masalah kemiskinan dan masalah lingkungan hidup. Masalah sosial tidak hanya merugikan diri secara individu, tetapi berdampak pula pada kesejahteraan sosial masyarakat. Masalah yang awalnya berasal dari dalam dan luar diri seseorang, kemudian berdampak dan mempengaruhi seluruh lini kehidupan sekitarnya. Diantara masalah-masalah utama sosial tersebut, masalah kemiskinan sangat relevan dengan tempat dimana penulis akan melakukan penelitian. Dengan demikian penulis akan mendalami dan fokus untuk membahas masalah sosial ekonomi terkait kemiskinan. Berikut penulis akan memaparkan tentang definisi dan kelompok-kelompok kemiskinan.

Definisi Kemiskinan dalam buku Yesmil Anwar & Adang (2013:260-263) dapat dipahami dalam beberapa macam. Pertama, kemiskinan merupakan gambaran situasi tidak terpenuhinya barang-barang dan pelayanan dasar, misalnya kekurangan materi sebagai pemenuhan akan kebutuhan sehari-hari, sandang, perumahan dan pelayanan kesehatan. Kedua, kemiskinan sebagai gambaran kebutuhan sosial, dikucilkan di lingkungan sosial, ketergantungan dan tidak

mampu untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Ketiga, kemiskinan berhubungan dengan penghasilan dan kekayaan yang tidak memadai. Singkatnya, kemiskinan merupakan kondisi seseorang atau kelompok, laki-laki atau perempuan yang tidak dapat memenuhi hak-hak dasar untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang lebih bermartabat. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa semua masyarakat miskin, laki-laki atau perempuan memiliki hak-hak dasar yang sama dengan masyarakat lain. Kemiskinan bukan hanya dipandang dari ketidakmampuan dalam segi ekonomi, tetapi juga tidak terpenuhinya hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan kepada seseorang atau kelompok, perempuan atau laki-laki dalam menjalankan hidup yang bermartabat. Hak-hak dasar secara umum mencakup kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, rumah, air bersih, tanah, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman dan hak untuk berpartisipasi dalam hidup bermasyarakat tanpa membeda-bedakan latar belakang maupun jenis kelamin. seseorang atau kelompok dapat dikatakan miskin apabila pendapatan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok, misalnya kebutuhan pangan, pakaian dan tempat tinggal. Memahami kemiskinan dari sebab terjadinya, maka kemiskinan dikategorikan dalam tiga kelompok, yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh badaniah dan mental, bencana alam dan struktur.

1) Kemiskinan yang disebabkan oleh aspek badaniah dan mental. Aspek badaniah, yaitu situasi dimana seseorang tidak dapat melakukan sesuatu dengan maksimal selayaknya manusia sehat lainnya. Sedangkan aspek mental, dimana seseorang memiliki sifat malas bekerja dan mudah putus asa dalam mengerjakan sesuatu hal.

2) Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam. Solusi atas masalah ini pada umumnya pemerintah memberi dua cara, yaitu memberi bantuan secukupnya dan memindahkan korban bencana ke tempat yang lebih layak.

3) Kemiskinan yang disebabkan oleh struktur ekonomi, sosial dan politik.

Fenomena kemiskinan bukan merupakan masalah sosial yang asing, melainkan sebagai masalah utama yang dihadapi oleh Indonesia sebagai Negara berkembang. Pandangan yang tidak jauh berbeda, terjadi pula di daerah-daerah berkembang khususnya Provinsi Kalimantan Timur, Kabupaten Kutai Barat, Kecamatan Long Hubung, Desa Datah Bilang. Masalah utama yang terjadi di daerah ini adalah kemiskinan. Dalam hal ini penulis akan lebih memfokuskan pada masalah kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam. Masalah yang disebabkan oleh bencana alam terjadi dengan begitu cepat, sehingga membuat seseorang atau kelompok tertentu merasa tergoncang dan tidak berdaya. Adapun beberapa masalah kemiskinan di daerah tempat penulis akan melakukan penelitian yang disebabkan oleh bencana alam, misalnya kebakaran dan kebanjiran. Ketika bencana alam terjadi bantuan dari pemerintah tidak dapat dengan cepat menjangkau, maka telah menjadi tugas bersama khususnya orang muda agar dapat berperan aktif untuk membantu masyarakat sekitar yang membutuhkan bantuan. Bantuan yang diberikan tidak hanya terbatas pada material saja, bagi yang tidak mampu dapat membantu dalam bentuk sumbangan pemikiran dan tenaga untuk mencari jalan keluar atas masalah yang dihadapi. Kehadiran orang muda dengan segala kemampuan, semangat dan kreativitas akan sangat membantu masyarakat

yang sedang mengalami kesusahan untuk memperoleh solusi atas masalah yang dihadapi. Namun sebelum itu perlu adanya kepekaan dan rasa solidaritas untuk dapat terlibat dan bergerak untuk memberikan bantuan kepada sesama di sekitar.

Berdasarkan penjelasan terkait arti dan makna Ekaristi yang telah diuraikan dengan lengkap di atas, pada bagian ini penulis akan memperlihatkan kaitan antara perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat khususnya di Stasi Santo Stefanus, Kalimantan Timur. Kaitan keduanya tentu tidak terlepas dari pemahaman Ekaristi sebagai puncak dan pusat hidup umat Kristiani untuk mengembangkan iman secara pribadi maupun membangun kepedulian terhadap sesama di sekitar khususnya mereka yang sedang membutuhkan bantuan. Maka sangat tepat apabila Ekaristi dipandang sebagai Ibadat dan aksi, dimana keterlibatan umat Kristiani tidak hanya berhenti dalam peribadatan, tetapi harus sampai pada tindakan nyata hidup sehari-hari dengan membawa buah-buah rohani yang didapat melalui perayaan Ekaristi, kemudian membagikannya kepada sesama di sekitar. Selain arti, pemahaman mengenai makna Ekaristi dianggap penting, karena pemahaman tersebut berkaitan dengan konsekuensi tindakan yang harus dilakukan oleh umat Kristiani. Secara teologis Ekaristi memiliki beberapa makna, oleh penulis pada bagian ini akan dipaparkan makna yang berkaitan dengan konsekuensi tindakan sosial bagi sesama di sekitar. Ekaristi mengandung makna persatuan umat dengan Allah dan seluruh umat, gambaran pengorbanan diri Kristus dalam rupa roti dan

anggur demi menebus dosa manusia, sebagai pembebasan manusia dari segala bentuk ketertindasan dan rezeki bagi dunia yang lapar.

Penulis berpandangan bahwa mencerminkan hidup yang Ekaristis merupakan konsekuensi yang harus dilakukan oleh umat Kristiani setelah merayakan Ekaristi, khususnya dalam hal ini orang muda Katolik. Kehadiran orang muda Katolik memberi warna dan semangat bagi Gereja untuk dapat berkembang. Gereja menyebut orang muda sebagai harapan dan masa depan Gereja. Maka eksistensi orang muda menjadi cerminan perkembangan dan kemajuan Gereja pada masa mendatang. Orang muda dengan seluruh potensi, kemampuan, kreativitas dan semangat tinggi yang mereka miliki, harapannya menjadi kekuatan bagi Gereja untuk dapat bergerak keluar membantu sesama yang membutuhkan bantuan. Keterlibatan orang muda tidak hanya terbatas pada kegiatan-kegiatan rohani di dalam Gereja, tetapi dituntut untuk dapat keluar menjangkau sesama di sekitar yang sedang membutuhkan bantuan. Usaha tersebut sebagai salah satu upaya hidup yang Ekaristis di tengah masyarakat dengan segala permasalahan yang ada, sebagai bentuk kesatuan utuh dengan seluruh Gereja dan bahkan sesama manusia. Gambaran kesatuan dan kebersamaan dengan Allah dan manusia bukan hanya dalam perayaan Ekaristi, melainkan kesatuan utuh dengan tidak menutup mata atas segala kesulitan dan penderitaan sesama sebagai saudara dalam iman akan Allah. Bersama mencari solusi untuk membantu menyelamatkan sesama dari masalah yang sedang dialaminya, sebagaimana teladan pengorbanan yang telah dilakukan oleh Kristus demi menyelamatkan manusia dari segala penderitaan akibat dosa. Sebagai orang muda yang merupakan harapan dan masa

depan Gereja, dengan segala anugerah, potensi dan semangat yang tinggi harus hadir bagi sesama di tengah masyarakat sebagai penggerak untuk membebaskan dan memberi rezeki bagi mereka yang sedang membutuhkan uluran tangan. Terdapat banyak bentuk ketertindasan dan keterpurukan yang dihadapi oleh sesama di sekitar, misalnya masalah kriminal, kemiskinan dan lingkungan hidup. Dalam hal ini relevan dengan situasi tempat dimana penulis akan melakukan penelitian, keterlibatan orang muda Katolik lebih diarahkan untuk membantu menyelesaikan masalah kemiskinan yang disebabkan oleh bencana Alam. Misalnya kebanjiran, kebakaran dan tanah longsor.

Dokumen terkait