BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritik
4. Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru
Sarlito, (1992:45) mendefiniskan persepsi sebagai sejumlah
penginderaan disatukan dan dikoordinasikan di dalam pusat syaraf yang
lebih tinggi (otak) sehingga manusia bisa mengenali dan menilai
objek-objek.
a. Pengertian Persepsi Siswa
Seorang guru bagi siswa merupakan faktor penentu kesuksesan
dalam proses belajar mengajar, karena fungsi guru adalah sebagai
pengajar atau pendidik dalam setiap proses belajar mengajar di sekolah.
Dengan kecakapan, ketrampilan serta penguasaan dari guru yang baik,
tujuan pengajaran atau tujuan intruksional akan tercapai. Kemampuan
guru merupakan prasyarat utama untuk keberhasilan suatu strategi
belajar mengajar. Kehadiran guru berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan perkembangan kepribadian dan tingkah laku siswa.
Guru dan siswa adalah subjek yang berkepentingan dalam kegiatan
belajar mengajar. Untuk itu diperlukan adanya hubungan resiprokal
yaitu suasana yang bersifat pengajaran. Dalam situasi instruksional para
siswa tersebut menjalani tahapan kegiatan belajar melalui interaksi.
Dari interaksi tersebut maka akan memberikan reaksi emosional pada
guru sehingga membentuk penilaian atau interpretasi oleh orang-orang
yang saling berinteraksi dalam hal ini adalah guru dan murid. Sebagai
pengajar gurupun harus membantu perkembangan siswa untuk dapat
menerima, memahami serta menguasai ilmu pengetahuan. Untuk itu
guru hendaknya mampu memotivasi siswa untuk senantiasa belajar
dalam berbagai kesempatan.
b. Kompetensi Guru
Kompetensi guru merupakan kemampuan guru atau penguasaan
pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan menjalankan tugas sebagai
pegajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru dituntut memiliki
seperangkat pengetahuan dan ketrampilan teknis mengajar. Sedangkan
guru sebagai pendidik dituntut dapat menanamkan nilai-nilai yang
terkandung pada berbagai pengetahuan yang disertai dengan
contoh-contoh teladan dan tingkah laku gurunya. Jadi tugas guru selain
mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa juga mendidik siswa
menjadi warga negara yang baik dan utuh.
Mengingat peran dan tanggung jawab guru sangat besar dalam
dunia pendidikan, seorang guru harus memiliki kompetensi sebagai
modal dalam melaksanakan tugasnya.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16 tahun
2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru bahwa
kompetensi guru dibedakan menjadi empat bagian yaitu kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional. Ke empat kompetensi tersebut tidak bisa dipisah-pisahkan,
ke empat kompetensi tersebut terpadu di dalam diri dan tingkah laku
guru. Guru yang terampil mengajar harus pula memiliki kepribadian
yang baik dan mampu mengelola pembelajaran peserta didik serta
berhubungan sosial yang baik di dalam kehidupan bermasyarakat. Ke
empat kompetensi tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1) Kompetensi Kepribadian
Menurut Ign. Masidjo (2007), kompetensi kepribadian berarti
kemampuan kepribadian yang mantab, stabil, dewasa, arif,
berwibawa, berakhlak mulia, dan dapat menjadi teladan.
Guru dalam menjalankan tugasnya hendaknya dapat
mengembangkan kepribadiannya. Dalam kedudukannya sebagai
makhluk yang beriman, ia bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Misalnya dengan beribadah sesuai dengan agamanya, mengamalkan
ajaran-ajaran agama yang dianut dan bertoleransi dengan penganut
agama lainnya. Guru juga mengembangkan sifat-sifat terpujinya
dengan menerapkan sifat-sifat sabar, demokratis, menghargai
pendapat orang lain, sopan, dan tanggap terhadap pembaharuan.
Guru dalam menghadapi masalah apapun dapat bersikap dewasa
untuk menyelesaikannya. Mempunyai kewibawaan yang tinggi di
depan keluarga, rekan kerja, anak didik maupun masyarakat sekitar.
2) Kompetensi Pedagogik
Menurut Ign. Masidjo (2007), kompetensi pedagogik ialah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, meliputi :
Pemahaman pada peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan potensi
peserta didik.
Guru sebaiknya mempunyai sikap positif terhadap dirinya
sendiri. Sebab dengan sikapnya tersebut akan mempengaruhi tinggi
rendahnya kualitas dan kuantitas layanan kepada siswa. Proses
belajar dan hasil belajar bukan saja ditentukan oleh sekolah,
struktur dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan
oleh guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang
kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang
efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya,
sehingga belajar para siswa akan berada pada tingkat optimal.
Guru harus mengenal setiap murid yang dipercayakan
padanya. Bukan saja mengenai sifat, tetapi juga harus mengenal
sifat, kebutuhan, kemampuan dan cara belajar murid secara khusus.
Guru harus bisa menjadi guru yang disenangi oleh siswa-siswanya.
Misalnya guru bersifat ramah dan memahami setiap orang, sabar
dan suka membantu, memberi perasaan tenang, adil dan tidak
memihak, cerdas dan memiliki rasa humor serta memperlihatkan
tingkah laku yang menarik. Di dalam kelas, di mana siswa
bermacam-macam latar belakang minat dan kebutuhannya maka
guru harus sanggup merangsang murid-murid belajar, menjaga
disiplin kelas dan mampu mengembangkan potensi peserta didik
sehingga pengajaran berjalan dengan baik dan memberikan hasil
yang memuaskan.
Guru harus terampil dalam menyiapkan bahan pelajaran,
menyusun satuan pelajaran dan menyampaikan ilmu kepada murid.
Guru diharapkan mampu untuk merencanakan kegiatan belajar
mengajar secara efektif. Untuk itu ia harus memiliki pengetahuan
yang cukup tentang merumuskan tujuan, memiliki bahan, memiliki
metode dan menetapkan evaluasi. Guru juga harus mampu
mengelola seluruh proses kegiatan belajar mengajar sehingga
tercipta suasana yang menyenangkan bagi anak. Dalam fungsinya
dalam evaluasi hasil belajar, seorang guru hendaknya secara terus-
menerus mengikuti hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa
dari waktu ke waktu.
3) Kompetensi Profesional
Menurut Ign. Masidjo (2007), kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar
nasional pendidikan.
Guru dalam menjalankan tugasnya harus memiliki
pengetahuan yang luas dan baru mengenai ilmu yang akan
diajarkan. Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional. Mengelola kegiatan sekolah yang
mencerminkan sekolah sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan.
Dapat menguasai bahan pengajaran yang diterapkan pada anak
didik. Guru hendaknya juga dapat memilih dan mengembangkan
media pengajaran yang sesuai. Misalnya dengan memilih media
yang tepat, membuat media pengajaran yang sederhana dan
menggunakan media pengajaran dengan tepat dan optimal. Serta
guru dapat memilih dan memanfaatkan berbagai jenis dan kegunaan
sumber belajar.
4) Kompetensi Sosial
Menurut Ign. Masidjo (2007), kompetensi sosial adalah
kemampuan sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik dan
masyarakat sekitar.
Seorang guru harus dapat menjaga hubungan yang baik
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang
tua atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Guru dalam
hubungannya dengan peserta didik haruslah merupakan seorang
figur yang berwibawa dan bisa menjadi panutan. Menjadi orang
yang disenangi oleh peserta didik dan benar-benar dapat menjalin
hubungan timbal balik yang baik. Guru menjadi seorang tokoh yang
disegani oleh anak didiknya. Dengan sesama pendidik, guru harus
menjalin hubungan yang baik untuk meningkatkan kemampuan
profesionalnya. Dengan memiliki hubungan yang baik maka akan
tercipta kerjasama yang baik pula. Guru berlatih menerima dan
memberikan balikan serta bersama-sama mengikuti perkembangan
profesi. Tenaga kependidikan dan guru juga harus sama-sama
menjalin hubungan yang baik agar bisa saling membantu apabila
ada kesulitan dan masalah yang berhubungan dengan kependidikan.
Guru juga harus mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Lewat hubungan yang baik pula maka mereka akan bisa cepat
menerima keberadaan, kewibawaan, dan peranannya sebagai
seorang guru sekaligus sebagai anggota di dalam lingkungan
masyarakat. Gurupun hendaknya memegang dan menjalankan
norma-norma yang berlaku di dalam lingkungan masyarakat.
Dalam dokumen
PENGARUH DISIPLIN BELAJAR, IKLIM KELAS, DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI
(Halaman 32-39)