• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

D. Perspektif dalam Balanced Scorecard

Berdasarkan konsep balanced scorecard, kinerja keuangan sebenarnya

merupakan akibat atau hasil dari kinerja non keuangan (pelanggan, proses

bisnis internal, serta proses pembelajaran dan pertumbuhan) yang dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Perspektif Finansial

Pengukuran kinerja keuangan akan menunjukkan apakah perencanaan

dan pelaksanaan strategi memberikan perbaikan yang mendasar bagi

keuntungan perusahaan. Menurut Kaplan dan Norton (1996:48),

pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari

kehidupan siklus bisnis, yaitu growth, sustain, dan harvest. Tiap

tahapan memiliki sasaran yang berbeda, sehingga penekanan

pengukurannyapun berbeda pula. Kinerja pada perspektif keuangan

dapat diukur menggunakan ukuran:

a. Rasio Rentabilitas

Rasio rentabilitas merupakan alat untuk menganalisis atau

mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai

oleh bank yang bersangkutan. Rasio yang digunakan dalam

penelitian ini adalah ROA dimana rasio ini digunakan untuk

mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba

sebelum pajak, dan juga ROE dimana rasio ini digunakan untuk

menghitung kinerja manajemen bank dalam mengelola modal

b. Rasio Efisiensi (Rasio Biaya Operasi)

Merupakan perbandingan antara biaya operasional dan

pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur

tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan

operasinya.

c. Rasio Likuiditas

Rasio Likuiditas atau LDR merupakan rasio antara seluruh jumlah

kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank.

Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam

membayar kembali kewajiban kepada para nasabah atau

pelanggan yang telah menanamkan dananya dengan kredit yang

diberikan kepada para debiturnya.

2. Perspektif Pelanggan

Pertimbangan dari sudut pandang pelanggan adalah bagaimana

perusahaan harus bersikap terhadap pelanggan. Didalam balanced

scorecard, perusahaan diharapkan dapat mengidentifikasikan

pelanggan dan segmen pasar untuk dimasuki dan siap bersaing,

sehingga perusahaan dapat mengetahui tingkat kepuasan, loyalitas,

ingatan pelanggan terhadap produk, dan dapat mewujudkan misi dan

strategi perusahaan kedalam sasaran berupa target pelanggan dalam

Ada dua kelompok pengukuran dalam kinerja konsumen, antara lain:

a. Kelompok pertama adalah core measurement group (kelompok

inti) yang terdiri atas lima tolok ukur yang digunakan, adalah:

1) Market Share:Pengukuran ini akan mencerminkan bagian yang

dikuasai perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada, yang

meliputi antara lain jumlah pelanggan dan jumlah penjualan.

2) Customer Retention:adalah suatu kondisi dimana perusahaan

mampu mempertahankan pelanggan lamanya. Dalam hal ini,

retensi pelanggan dapat dihitung dengan cara membagi jumlah

pelanggan lama / total pelanggan.

3) Customer Acquisition:adalah tambahan pelanggan baru, yaitu

suatu kondisi dimana perusahaan mampu memenangkan atau

merebut pelanggan baru dari pesaing. Hal ini bisa diukur

dengan cara menghitung jumlah pelanggan baru/total

pelanggan secara keseluruhan.

4) Customer Satisfaction:yaitu pengaruh timbal balik dari hasil

yang diberikan oleh perusahaan. Kepuasan pelanggan ini tidak

bisa ditekan berlebihan.

Teknik yang dipakai untuk mengukur/menilai kepuasan

pelanggan pada umumnya dengan memakai surveydan

5) Customer Profitability:mengukur laba bersih dari seorang

pelanggan atau segmen setelah dikurangi biaya yang khusus

diperlukan untuk mendukung pelanggan tersebut.

Gambar 2.2: Perspektif Pelanggan: Tolok Ukur Utama

Sumber: Robert S. Kaplan dan David P. Norton PANGSA PASAR KEPUASAN PELANGGAN PROFITABILITAS PELANGGAN AKUISISI PELANGGAN RETENSI PELANGGAN

b. Kelompok kedua adalah customer value propositions, merupakan

pemicu kinerja yang terdapat pada core value proposition yang

didasarkan pada atribut sebagai berikut:

1) Product/service attribut: meliputi fungsi dari produk/jasa,

harga, dan kualitas. Pelanggan memiliki referensi yang

berbeda – beda atas produk yang ditawarkan. Ada yang mengutamakan fungsi dari produk, kualitas, atau harga murah.

Perusahaan harus mengidentifikasikan apa yang diinginkan

pelanggan atas produk yang ditawarkan.

2) Customer relationship: menyangkut perasaan pelanggan

terhadap proses pembelian produk yang ditawarkan

perusahaan. Perasaan konsumen sangat dipengaruhi oleh

responsivitas dan komitmen perusahaan terhadap pelanggan

berkaitan dengan masalah waktu penyampaian. Image and

reputation, menggambarkan faktorfaktor intangible yang menarik seorang konsumen untuk berhubungan dengan

perusahaan. Membangun image dan reputasi dapat dilakukan

3. Perspektif Proses Bisnis Internal

Perspektif ini mengidentifikasi faktor kritis dalam proses internal

organisasi dengan berfokus pada pengembangan proses baru yang

menjadi kebutuhan pelanggan.

Kinerja pada perspektif proses bisnis internal diukur dengan

menggunakan:

a. Inovasi

Inovasi yang dilakukan dalam perusahaan biasanya dilakukan oleh

bagian riset dan pengembangan. Tolok ukur yang digunakan adalah

besarnya produk-produk baru, lama waktu yang dibutuhkan untuk

mengembangkan produk dibandingkan dengan pesaing, besarnya

biaya, dan banyaknya produk baru yang berhasil dikembangkan.

b. Proses Penyampaian Produk atau Jasa

Aktivitas penyampaian produk atau jasa pada pelanggan meliputi

pengumpulan, penyimpanan dan pendistribusian produk atau jasa

serta layanan purna jual dimana perusahaan berupaya memberikan

manfaat tambahan kepada pelanggan yang telah membeli produknya.

c. Proses Operasi Pelayanan

Mengukur seberapa besar tingkat kualitas pelayanan yangdiberikan

kepada nasabah dan tahapan dimana perusahaan berupaya

memberikan solusi kepada para pelanggan dalam memenuhi

Proses Inovasi Proses Operasi Proses Layanan Purna Jual

Gambar 2.3: Perspektif Proses Bisnis Internal Model Rantai Nilai Genetik

Sumber : Robert S. Kaplan, David P.Norton, 1996

4. Perspektif PertumbuhandanPembelajaran

Perspektif yang terakhir dalam balanced scorecard adalah perspektif

pertumbuhan dan pembelajaran. Kaplan (2000:62) mengungkapkan

betapa pentingnya suatu organisasi untuk terus memperhatikan

karyawannya, memantau kesejahteraan karyawan dan meningkatkan

pengetahuan karyawan karena, dengan meningkatnya tingkat

pengetahuan karyawan akan meningkat pula kemampuan karyawan

untuk berpartisipasi dalam pencapaian hasil ketiga perspektif

sebelumnya dan tujuan perusahaan. Kinerja perspektif pertumbuhan dan

pembelajaran diukur dengan menggunakan ukuran:

a. Tingkat Keahlian SDM b. Komitmen SDM c. Suasana Kerja Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Kenali Pasar Ciptakan Produk / Jasa Bangun Produk / Jasa Luncurkan Produk / Jasa Kebutuhan Pelanggan Terpenuhi Layani Pelanggan

Ukuran dari perspektif pertumbuhan dan pembelajaran akan terlihat dari

pencapaian peningkatan keahlian SDM, kemampuan sistem informasi,

tingkat komitmen dan motivasi SDM.

Dokumen terkait