• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Pertanian Organik Menuju Kemandirian Petani

Alam mengajari kebajikan bagi umat manusia. Alam merupakan suatu kesatuan, terdiri dari banyak bagian, seperti organisme dengan organ-organnya. Semua bagian berjalan dalam harmoni, saling melayani dan berbagi. Tiap organ memiliki peran masing-masing, saling melengkapi dan memberikan sinergi untuk menghasilkan keseimbangan secara optimal, dan berkelanjutan. Setiap komponen tidak berpikir dan beraksi hanya demi „aku‟, tetapi untuk „kita‟: keseluruhan alam. Demikian halnya alam, melindungi dan mengayomi bagian-bagiannya secara harmonis. Itulah organis, tidak egois.

Pertanian organik juga tunduk pada prinsip di atas, pada hukum alam. Segala yang ada di alam adalah berguna dan memiliki fungsi, saling melengkapi, melayani dan menghidupi untuk semua. Dalam alam ada

keragaman hayati dan keseimbangan ekologi. Maka, pertanian organikpun menghargai keragaman hayati dan keseimbangan ekologi. Berjuta tahun alam membuktikan prinsipnya, tak ada eksploitasi selain optimalisasi pemanfaatan. Demikian halnya pertanian organik, tidak untuk memaksimalkan hasil, tidak berlebih; tetapi cukup untuk semua makhluk dan berkesinambungan. Ini filosofi mendasar pertanian organik (http://pertanianorganik.wordpress.com)

Meningkatkan pendapatan petani bukan perkara mudah, apalagi petani Indonesia dengan lahan sempit dan tak adanya jaminan harga jual komoditas. Selain itu juga buruknya infrastruktur dasar dan ketersediaan sarana produksi, menurunnya kualitas lingkungan dan kesuburan tanah, serta rendahnya tingkat pendidikan. Pertanian organik merupakan salah satu solusi bagi revolusi hijau karena mengajarkan petani untuk membenihkan sendiri benih pertanian, membuat sendiri pupuk dan pestisida alami, serta menghargai kearifan dan budaya lokal dalam pertanian.

Dalam pertanian organik, petani diajak untuk menggunakan pupuk sendiri dari kotoran ayam, kotoran sapi, pupuk kascing, dan air kencing sapi. Dengan pertanian organik, petani tidak mengeluarkan biaya untuk beli pupuk dan pestisida, jadi pendapatan petani bisa dimaksimalkan. Dengan memperbesar daur ulang bahan-bahan alami di lahan, menjadi cara yang efektif mengurangi biaya asupan. Misalnya sampah dapur bersama bahan-bahan organik dari lahan dapat dijadikan kompos. Bahan-bahan-bahan dari pangkasan pohon dan pagar, dedaunan dan ranting-ranting dapat dipakai sebagai mulsa atau kompos. Yang terpenting, efisien dari daur ulang nutrisi

berupa pengelolaan pupuk hijau. Petani sedapat mungkin mendaur ulang nutrisi yang berasal dari lahan sendiri dan tidak perlu membeli dari luar dengan mencari sumber-sumber pupuk yang tersedia di daerah sekitar ladang, misalnya sampah dari pengolahan hasil pertanian.

Perhatian masyarakat dunia terhadap persoalan pertanian, kesehatan dan lingkungan global dalam dasawarsa terakhir ini semakin meningkat. Kepedulian tersebut dilanjutkan dengan usaha-usaha yang konkrit untuk menghasilkan pangan tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumber daya tanah, air, dan udara serta aman bagi kesehatan manusia. Salah satu usaha yang dirintis adalah dengan pengembangan pertanian organik yang akrab lingkungan dan menghasilkan pangan yang sehat, bebas dari residu obat-obatan dan zat-zat kimia yang mematikan. Setelah muncul persoalan dampak lingkungan akibat penggunaan bahan kimia di bidang pertanian, teknologi pertanian organik yang akrab lingkungan dan menghasilkan pangan yang sehat mulai diperhatikan lagi.

Pertanian organik merupakan pertanian yang selaras dengan alam, menghayati dan menghargai prinsip-prinsip yang bekerja di alam yang telah menghidupi segala mahluk hidup berjuta-juta tahun lamanya. Pertanian organik merupakan proses budidaya pertanian yang menyelaraskan pada keseimbangan ekologi, keanekaragaman varietas, serta keharmonian dengan iklim dan lingkungan sekitar. Dalam prakteknya, budidaya pertanian organik menggunakan semaksimal mungkin bahan-bahan alami yang terdapat di alam sekitarnya, dan tidak menggunakan asupan agrokimia (bahan kimia sintetis

untuk pertanian). Lebih jauh, karena pertanian organik berusaha „meniru‟ alam, maka pemakaian benih atau asupan yang mengandung bahan-bahan hasil rekayasa genetika (GMO/Genetically Modified Organism) juga dihindari. Pertanian organik bukan sekedar teknik atau metode bertani, melainkan juga cara pandang, sistem nilai, sikap dan keyakinan hidup. Pertanian organik memandang alam secara menyeluruh, komponennya saling tergantung dan menghidupi, di mana manusia juga adalah bagian didalamnya. Sistem nilai pertanian organik mendasarkan pada prinsip-prinsip hukum alam. Pertanian organik juga mengajak petani dan manusia umumnya untuk arif dan kreatif dalam mengelola alam yang tercermin dalam sikap dan keyakinannya. Pertanian organik juga tidak menolak penggunaan teknologi modern di dalam praktek budidayanya, sejauh teknologi modern tersebut selaras dengan prinsip pertanian organik, yaitu keberlanjutan, penghargaan pada alam, keseimbangan ekosistem, keanekaragaman varietas, kemandirian dan kekhasan lokal.

Pertanian organik menghimpun seluruh usaha petani dan pelaku lain, yang secara serius dan bertanggungjawab menghindarkan asupan dari luar yang meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat. Selain itu juga berusaha menghasilkan produksi tanaman yang berkelanjutan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah dan menggunakan sumberdaya alami seperti mendaur ulang limbah pertanian.

Pertanian organik mencerminkan adanya saling ketergantungan antar komunitas ekologi. Manusia sebagai bagian dari komunitas ekologi tidak dapat terlepas dari lingkungannya, karena adanya hubungan yang saling

mempengaruhi diantaranya: Hubungan manusia dengan alam yang bersifat saling mempengaruhi tersebut, membawa konsekuensi manusia harus dapat bersahabat dengan alam. Manusia tidak hanya menerima manfaat dari alam namun harus pula sebaliknya memberikan manfaat bagi alam atau paling tidak manusia harus mempertahankan kondisi tersebut sebagai upaya mem-pertahankan keseimbangan alam (lingkungan).

Budidaya pertanian organik, juga mendorong kemandirian dan solidaritas di antara petani sebagai produsen. Mandiri untuk tidak tergantung pada perusahaan-perusahaan besar penyedia pupuk dan bahan agrokimia serta perusahaan bibit. Solidaritas untuk berdaulat dan berorganisasi demi mencapai kesejahteraan, pemenuhan hak dan keadilan sosial bagi petani.

Dokumen terkait