• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. KEDELAI NASIONAL DAN INTERNASIONAL

5.5. Perumusan Model

Perumusan model merupakan tahap awal dan paling penting dalam mempelajari hubungan antar peubah-peubah. Model persamaan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sistem persamaan simultan (simultaneous-equations system).

Supranto (1983) menjelaskan bahwa model persamaan simultan merupakan suatu himpunan persamaan dengan peubah tak bebas dalam satu atau lebih persamaan,

juga merupakan peubah bebas dalam beberapa persamaan lainnya. Persamaan suatu peubah dapat sekaligus mempunyai dua peranan, yaitu sebagai peubah tak bebas dan peubah bebas. Misalnya, tidak hanya peubah tak bebas Y yang ditentukan oleh peubah bebas X, tetapi dapat juga X ditentukan oleh Y, sehingga X dan Y nilainya

ditentukan secara bersama-sama (jointly of simultaneously determined).

Di dalam model persamaan simultan, terdapat dua jenis persamaan, yaitu persamaan identitas dan persamaan struktural. Persamaan struktural menunjukkan pengaruh langsung dari setiap peubah bebas terhadap peubah tak bebas.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dibentuk model persamaan dayasaing kedelai lokal terhadap impor. Model persamaan yang dirumuskan dalam penelitian ini terdiri dari satu persamaan identitas, yaitu fungsi produksi kedelai dan enam persamaan struktural, yaitu fungsi luas panen kedelai, fungsi produktivitas kedelai, fungsi harga kedelai lokal, fungsi harga kedelai di tingkat produsen, fungsi impor kedelai dan fungsi harga kedelai impor. Model persamaan terdiri dari tujuh peubah endogen dan lima belas peubah eksogen. Setiap variabel harga telah dideflasi menggunakan indeks harga konsumen (IHK 1995 = 100).

Perumusan model dalam analisis faktor- faktor yang pengaruhi dayasaing kedelai lokal terhadap impor adalah sebagai berikut :

(1) Fungsi Produksi Kedelai

Produksi kedelai nasional pada tahun ke-t (QKt) merupakan suatu jumlah tertentu yang diperoleh dari perkalian antara luas areal panen (LPt) dengan produktivitas kedelai (YKt) pada tahun tersebut.

Persamaan produksi kedelai nasional dirumuskan sebagai berikut :

QKt = LPt * YKt ………..………... (10) dimana : QKt = produksi kedelai nasional pada tahun ke-t (ton)

LPt = luas panen kedelai pada tahun ke-t (ha) YKt = produktivitas kedelai pada tahun ke-t (ton/ha)

(2) Fungsi Luas Panen Kedelai

Model fungsi luas panen diduga sebagai proyeksi dari luas tanam yang dihasilkan. Luas panen kedelai nasional (LPt) dipengaruhi oleh harga riil kedelai lokal (PRt), harga riil jagung tahun ke-t (PJt), curah hujan tahun ke-t (CHt), harga riil benih kedelai tahun ke-t (PBt), dan luas panen kedelai tahun sebelumnya (LPt-1). Peubah harga jagung dimasukkan dalam persamaan, karena merupakan kompetitor utama kedelai.

Persamaan luas panen kedelai nasional dirumuskan sebagai berikut :

LPt = a0 + a1PDt + a2PJt + a3 CHt + a4PBt + a5LPt-1 + µ1 .……… (11) dimana : LPt = luas panen kedelai nasional pada tahun ke-t (ha)

PDt = harga riil kedelai lokal pada tahun ke-t (Rp/kg) PJt = harga riil jagung pada tahun ke-t (Rp/kg)

CHt = curah hujan pada tahun ke-t (mm/tahun)

PBt = harga riil benih kedelai pada tahun ke-t (Rp/kg)

LPt-1 = luas panen kedelai nasional pada tahun sebelumnya (ha) a0 = intersep

ai = parameter yang diduga (i = 1, 2, 3, 4, 5) µ1 = peubah pengganggu

Nilai parameter yang diharapkan a1, a3> 0; a2, a4< 0; 0<a5<1

(3) Fungsi Produktivitas Kedelai

Produktivitas kedelai (YKt) dipengaruhi oleh jumlah penggunaan pupuk urea (QFt), curah hujan tahun ke-t (CHt), harga riil jagung (PJt), harga riil kedelai di tingkat produsen (PDt), dan produktivitas kedelai tahun sebelumnya (YKt-1).

Persamaan produktivitas kedelai dirumuskan sebagai berikut :

YKt = b0 + b1QFt + b2CHt + b3PJt + b4PPt + b5YKt-1 + µ2 …………... (12) dimana : YKt = produktivitas kedelai nasional pada tahun ke-t (ton/ha)

QFt = jumlah penggunaan pupuk urea (kg/ha) CHt = curah hujan pada tahun ke-t (mm/tahun)

PJt = harga riil jagung pada tahun ke-t (Rp/kg) PPt = harga riil kedelai di tingkat produsen (Rp/kg)

YKt-1 = produktivitas kedelai nasional tahun sebelumnya (ton/ha) b0 = intersep

bi = parameter yang diduga (i = 1, 2, 3, 4,5) µ2 = peubah pengganggu

Nilai parameter yang diharapkan b1, b2, b4 > 0; b3<0; 0<b5<1

(4) Fungsi Harga Kedelai Lokal

Harga kedelai lokal riil (PDt) diduga dipengaruhi oleh harga kedelai tingkat produsen (PPt), harga impor kedelai (PIt), jumlah impor kedelai (QIt), produktivitas kedelai (YKt) dan harga riil kedelai lokal tahun sebelumnya (PRt-1).

Persamaan luas panen kedelai nasional dirumuskan sebagai berikut :

PDt = c0 + c1PPt + c2PIt + c3QIt + a4Ykt + a5PRt-1 + µ3 ……….…….. (13) dimana : PDt = harga riil kedelai lokal pada tahun ke-t (Rp/kg)

PPt = harga riil kedelai tingkat produsen pada tahun ke-t (Rp/kg) PIt = harga impor riil kedelai Indonesia (Rp/kg)

QIt = volume impor kedelai Indonesia (ton)

Ykt = produktivitas kedelai (ton/ha)

PRt-1 = harga riil kedelai lokal tahun sebelumnya (Rp/kg) c0 = intersep

ci = parameter yang diduga (i = 1, 2, 3, 4,5) µ3 = peubah pengganggu

Nilai parameter yang diharapkan c1, c2, c4>0; c3 < 0; 0<c5<1

(5) Fungsi Harga Kedelai di Tingkat Produsen

Harga kedelai tingkat produsen (PPt) diduga dipengaruhi oleh produksi kedelai Indonesia (QKt), volume impor kedelai Indonesia (QIt), jumlah konsumsi kedelai

nasional (CKt), dummy monopoli Bulog (DBt), dan harga riil kedelai di tingkat

Persamaan harga kedelai di tingkat produsen dirumuskan sebagai berikut: PPt = d0 + d1QKt + d2QIt + d3CKt + d4DBt + d5PPt-1 + µ4 ………. (14) dimana : PPt = harga riil kedelai tingkat produsen pada tahun ke-t (Rp/kg) QKt = produksi kedelai nasional pada tahun ke-t (Rp/kg)

QIt = volume impor kedelai Indonesia (ton) CKt = jumlah konsumsi kedelai nasional (ton)

DBt = dummy monopoli Bulog, nilai 1 = ada monopoli Bulog,

nilai 0 = tidak ada monopoli Bulog

PPt-1 = harga riil kedelai tingkat produsen tahun sebelumnya d0 = intersep

di = parameter yang diduga (i = 1, 2, 3, 4,5) µ4 = peubah pengganggu

Nilai parameter yang diharapkan d3, d4 > 0; d1,d2 < 0; 0<c5<1

(6) Fungsi Volume Impor Kedelai Indonesia

Jumlah impor kedelai Indonesia (QIt) dipengaruhi oleh harga kedelai internasional (PLt), produksi kedelai lokal (QKt), jumlah konsumsi kedelai Indonesia tahun ke-t (CKt), populasi penduduk Indonesia (POPt) dan jumlah impor kedelai tahun sebelumnya (QIt-1).

Persamaan volume impor kedelai dirumuskan sebagai berikut :

QIt = e0 + e1PLt + e2QKt + e3CKt + e4POPt + e5DPIT +e6QIt-1+µ5 ... (15) dimana : QIt = volume impor kedelai Indonesia tahun ke-t (ton)

PLt = harga kedelai Internasional (Rp/kg) QKt = produksi kedelai lokal (ton)

CKt = jumlah konsumsi kedelai Indonesia tahun ke-t (ton) POPt = jumlah populasi penduduk Indonesia (jiwa)

QIt-1 = volume impor kedelai tahun sebelumnya (ton) e0 = intersep

ei = parameter yang diduga (i = 1, 2, 3,4,5,6) µ5 = peubah pengganggu

(7) Fungsi Harga Impor Kedelai Indonesia

Harga impor riil kedelai Indonesia (PIt) dipengaruhi oleh harga kedelai

internasional (PLt), nilai tukar (ERt), dummy monopoli Bulog (DBt), tarif impor

kedelai Indonesia (PNt), harga impor riil kedelai Indonesia (PIt-1).

Persamaan harga impor kedelai Indonesia dirumuskan sebagai berikut : PIt = f0 + f1PLt + f2ERt + f3DBt + f4PNt + f5PIt-1 + µ6 ………. (16) dimana : PIt = harga impor riil kedelai Indonesia tahun ke-t (Rp/kg)

PLt = harga kedelai Internasional (US $/ton)

ERt = nilai tukar Rupiah terhadap US Dolar tahun ke-t (Rp/US$)

DBt = dummy monopoli Bulog, nilai 1 = ada monopoli Bulog,

nilai 0 = tidak ada monopoli Bulog PNt = tarif impor kedelai Indonesia (%)

PIt-1 = harga impor riil kedelai Indonesia tahun sebelumnya (Rp/kg) f0 = intersep

fi = parameter yang diduga (i = 1, 2, 3, 4, 5) µ6 = peubah pengganggu

Nilai parameter yang diharapkan f1,f2, f3, f4> 0; 0 <f5> 1.

Persamaan fungsi-fungsi ini diperjelas dalam bentuk kerangka model ekonometrika pada Gambar 5.