• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Pola Sebaran Tumpahan Minyak

Sebaran tumpahan minyak yang dimodelkan dalam tulisan ini adalah terdiri atas: minyak mentah, bensin, aftur dan diesel sedangkan yang disajikan dalam bagian ini adalah minyak mentah yang mewakili pola sebaran tumpahan minyak jenis yang lainnya. Pola sebaran tumpahan minyak jenis bensin, aftur, dan diesel pada dasarnya mengikuti pola yang sama dengan miyak mentah karena sebaran polutan pada permukaan mengikuti pola hidrodinamika. Perbedaan terletak pada intensitas proses pelapukan dan kelembaman sebaran oleh densitas jenis minyak yang berbeda. Pola sebaran tumpahan minyak bensin, aftur dan diesel secara keseluruhan akan dibahas pada bagian berikutnya dan tampilan visual pola sebaran tumpahan minyak akan disajikan dalam bentuk format *.avi dalam bentuk VCD yang dilampirkan sebagai bagian dari tulisan ini.

4.3.1 Musim Barat

4.3.1.1 Keadaan awal

Kondisi awal dari pola sebaran tumpahan minyak diskenariokan oleh tumpahan minyak pada 3 titik (Gambar 25). Titik A Tabrakan kapal Tanker (106°34.87', 5°50.49'), Titik B Kapal tanker yang kandas (106°34.68', 5°46.72') dan titik C oleh saluran pipa yang bocor (106°22.34', 5°32.42'). Jenis tumpahan minyak yang tumpah adalah minyak mentah dengan volume dan debit tumpahan masing-masing pada titik A (15,451.24 m3 dan 0.15 m3/s), B (13,343.41 m3 dan 0.10 m3/s) dan C (2,385 m3 dan 0.05 m3/s).

Kondisi hidrodinamika pada awal saat terjadi tumpahan minyak berada pada posisi pasang surut dalam kondisi pasang dengan level muka air 0.25 m di atas mean sea level seperti pada Gambar 25, arus permukaan pada bagian barat gugusan kepulauan Seribu bergerak ketimur dan bergerak keutara setelah mencapai Pulau Karang Pandang. Pada pesisir utara Pulau Jawa yang masuk domain model adalah kondisi arus permukaan > 0.05 m/s.

Gambar 25 Pola sebarang tumpahan minyak mentah pada kondisi awal kejadian dimusim barat

4.3.1.2 Kondisi MSL (pasang menuju surut)

Perairan Kepulauan Seribu diskenariokan terjadi tumpahan minyak pada tiga lokasi pada pola sebaran tumpahan minyak jenis minyak mentah seperti ditampilkan Gambar 26. Tumpahan minyak bersumber dari titik A bergerak ke timur laut kemudian berbelok ke utara mengikuti pola pergerakan arus permukaan

di lokasi terjadinya kebocoran oleh tabrakan kapal tanker dengan jarak sekitar 6 km dari titik tumpahan dengan selang waktu 7.5 jam setelah tumpahan.

Gambar 26 Pola sebaran tumpahan minyak mentah pada kondisi MSL (pasang menuju surut) setelah 7.5 jam pada musim barat

Pola sebaran tumpahan minyak oleh akibat dari kapal tanker yang kandas di pesisir Pulau Karangberas (titik B 106°34.68' BT, 5°46.72' LS) menyebar bergerak ke utara melewati selat antara Pulau Karangberas dengan Pulau Air.

Sebaran mengikuti pola pergerakan arus permukaan oleh pengaruh pasut yang berada pada kondisi menuju surut dengan jarak sebaran dari titik sumber sekitar 4 kilometer pada selang waktu 7.5 jam. Lebar sebaran juga bertambah dengan bertambahnya jarak dari lokasi tumpahan yang mencapai sekitar 500 m. Hal ini berdampak pada luas sapuan yang dilewati oleh tumpahan minyak karena ketebalan lapisan minyak menurun oleh proses penyebaran.

Skenario pipa yang bocor dekat dengan Teluk Jakarta (titik C 106°22.34' BT, 5°32.42'LS) belum memperlihatkan sebaran karena pola arus permukaan yang relatif kecil sehingga minyak yang keluar masih menumpuk pada titik kebocoran. Jenis minyak mentah mempunyai sifat kelembaman yang lebih tinggi untuk melakukan spreading dibandingkan dengan jenis minyak yang lain karena mempunyai tegangan permukaan yang lebih tinggi sehingga pada kondisi ideal tanpa arus pola sebaran cenderung lebih lambat dari jenis minyak lain yang diskenariokan.

4.3.1.3 Kondisi surut

Pola sebaran tumpahan minyak jenis minyak mentah kondisi surut pada musim barat yang diskenariokan pada Kepulauan Seribu disajikan pada Gambar 27. Pola sebaran tumpahan minyak yang bersumber dari titik A oleh tabrakan kapal tanker (106°34.87' BT, 5°50.49' LS) pada awalnya bergerak ke arah timur laut bergerak ke utara dan menyapu lokasi titik tumpahan kapal yang kandas pada titik B dengan jarak sekitar 9 km dari titik sumber tumpahan. Luas daerah sapuan oleh sebaran tumpahan juga meningkat dari titik tumpahan hingga ujung sebaran oleh pengaruh gerakan arus permukaan pada daerah model namun belum mencapai daerah pesisir dari pulau di Kepulauan Seribu. Ketebalan lapisan minyak yang menyebar mencapai 100 mm dengan lebar daerah sapuan mencapai 1 km.

Skenario tumpahan minyak oleh kapal yang kandas dipesisir Pulau Karangberas yang ditandai dengan titik B pada Gambar 27 dan pola sebaran tumpahan minyak jenis minyak mentah memperlihatkan bahwa pada saat menjelang surut bergerak ke utara berubah pada saat surut bergerak ke barat laut hingga jarak 3 km. Penyebaran bergerak ke utara mendekati pesisir Pulau Kotok

Besar setelah hari kedua terjadinya tumpahan dengan jarak dari titik tumpahan sekitar 9 km dengan lebar sapuan pada sekitar 500 m dengan ketebalan lapisan yang mencapai 150 mm. Pembelokan arah gerakan pola sebaran tumpahan ke utara mengikuti pola gerakan pasut pada saat surut dengan massa air meninggalkan pesisir pulau utama menuju laut lepas di Laut Jawa.

Gambar 27 Pola sebaran tumpahan minyak mentah musim barat pada kondisi surut (setelah 12 jam) pada musim barat

Lapisan minyak oleh akibat skenario tumpahan minyak pada kebocoran pipa distribusi pada perairan dekat Teluk jakarta bergerak ke barat mengikuti pola gerakan arus permukaan pada daerah model yang mengikuti pesisir utara Pulau Jawa dengan jarak sekitar 1 km dari titik sumber tumpahan. Hal ini disebabkan oleh karena arus pada daerah dekat pantai hasil model hidrodinamika sangat kecil. Ketebalan lapisan minyak juga cukup besar karena tidak banyak energi yang mempengaruhi penyebaran dari lapisan tumpahan minyak.

4.3.1.4 Kondisi MSL (surut menuju pasang)

Gambar 28 menyajikan pola sebaran tumpahan minyak musim barat pada kondisi MSL (surut menuju pasang) di perairan Kepulaus Seribu pada Bulan Januri 2008 dengan skenario selama 15 hari. Hasil pemodelan pada titik A minyak total bergerak ke arah barat laut menyapu pesisir pantai Pulau Payung Besar dan pesisir selatan Pulau Tidung Kecil. Bagian lapisan tumpahan minyak yang bergerak ke utara pada kondisi surut menyapu Pulau Karangberas. Luas penyebaran meluas di selatan Pulau Tidung Kecil dengan ketebalan sekitar 50-80 mm.

Pola sebaran tumpahan minyak oleh skenario tumpahan titik B memperlihatkan bahwa tumpahan minyak jenis minyak mentah bergerak membelok ke barat. Hasil model (Gambar 28) memperlihatkan bahwa sumber tumpahan telah habis sehingga tumpahan minyak telah begerak sejauh 6 km dari sumber tumpahan. Tumpahan minyak yang bergerak ke utara menyapu bagian selatan dari pulau Kotok Besar dengan ketebalan lapisan antar 0-30 mm.

Sebaran tumpahan minyak yang bergerak mengikuti pantai utara Pulau Jawa bergerak ke barat dengan jarak sekitar 5 km dari sumber tumpahan titik C. Tumpahan ini sangat mengganggu ekosistem di pesisir utara Pulau Jawa yang berada di kawasan model karena pada saat kondisi menjelang pasang tumpahan minyak bergerak menyapu pantai yang tedapat beberapa ekosistem.

Gambar 28 Pola sebaran tumpahan minyak mentah pada kondisi MSL (surut menuju pasang) 18 jam setelah kejadian pada musim barat

4.3.1.5 Kondisi pasang

Pola sebaran tumpahan minyak jenis minyak mentah pada perairan Kepulauan Seribu pada musim barat dalam kondisi pasang tertinggi disajikan pada Gambar 29.

Gambar 29 Pola sebaran tumpahan minyak mentah pada kondisi pasang (24 jam setelah tumpahan) pada musim barat

Gambar 29 menunjukkan bahwa kondisi angin pada musim barat bertiup dominan dari timur ke barat dengan dominasi angin berkecapatan 5.1-6.4 m/s sekitar 12 % dan 20% kecepatan angin dalam kondisi tenang.

Sebaran tumpahan minyak di titik A telah menyapu daerah pantai dari Pulau Tidung Besar di bagian utara dan menyebar meluas di bagian selatan dari Pulau Tidung Kecil. Sebaran tumpahan miyak akibat dari tupahan oleh kapal yang kandas berada di sebelah barat dari Pulau Kotok Besar dengan ketebalan semakin menurun sekitar 27 mm, sedangkan tumpahan minyak akibat dari kebocoran pipa terus bergerak ke barat yang berjarak sekitar 10 km dari titik tumpahan.

4.3.2 Musim Timur

4.3.2.1 Kondisi awal

Kondisi hidrodinamika kejadian awal tumpahan minyak pada musim timur diskenariokan terjadi pada bulan Juli 2008 disajikan pada Gambar 30. Kondisi perairan saat kejadian awal tumpahan minyak berada dalam kondisi surut dengan tinggi level muka air -0.4 m (dibawah muka air laut rata-rata) dengan kondisi arus permukaan dari utara gugusan Kepulauan Seribu bergerak ke arah selatan kemudian berbelok ke arah barat laut. Kondisi arus cukup tenang di daerah dekat dengan garis pantai utara Pulau Jawa.

4.3.2.2 Kondisi MSL(surut menuju pasang)

Gambar 31 menyajikan pola sebran tumpahan minyak mentah di Perairan Kepulauan Seribu pada musim timur yang diwakili oleh bulan Juli 2008 dengan kondisi MSL (surut menuju pasang).

Sumber tumpahan minyak yang berasal dari kebocoran kapal tanker di titik A bergerak ke barat daya mengikuti pola angin dan pola pergerakan arus permukaan. Pengaruh angin pada sebaran tumpahan minyak disebabakan oleh tumpahan minyak yang berada dipermukaan ini disebabkan oleh dispersi vertikal yang kecil sehingga sebagian besar tumpahan minyak berada dilapisan permukaan sehingga penyebarannya di pengaruhi olah arus permukaan dan angin. Arus bergerak menuju pasang dengan jarak sekitar 3 km dari titik terjadinya tumpahan dengan ketebalan lapisan minyak mencapai 130 mm pada bagian tengah dari sebaran tumpahan.

Tumpahan minyak yang diakibatkan oleh skenario kapal tanker di titik B bergerak ke arah selatan dengan jarak sekitar 500 m dari titik sumber tumpahan.

Ketebalan lapisan minyak mencapai 136 mm dengan luas daerah sebaran sekitar 250x250 m.

Gambar 30 Pola sebarang tumpahan minyak mentah musim timur pada kondisi awal di musim timur

Gambar 31 Pola sebaran tumpahan minyak mentah pada kondisi MSL (surut menuju pasang), 6 jam setelah kejadian pada musim timur.

4.3.2.3 Kondisi pasang

Pola sebaran tumpahan minyak pada kondisi pasang pada musim timur disajikan pada Gambar 32. Tumpahan minyak yang bersumber dari titik A bergerak ke selatan dengan jarak sekitar 5 km dari sumber tumpahan mengikuti pola arus oleh perambatan pasut saat kondisi pasang. Kondisi ini masih cukup

aman karena sebaran tumpahan minyak masih berada di laut lepas dan belum mencapai daerah pesisir yang kaya akan sumber daya laut.

Gambar 32 Pola sebaran tumpahan minyak mentah pada kondisi pasang (12 jam setelah kejadian) pada musim timur

Skenario tumpahan pada titik B oleh memperlihatkan pola yang berbeda dengan pola pada titik A, dimana lapisan minyak bergerak ke barat mengikuti pola angin pada musim timur kemudian berbelok ke selatan di bagian selatan Pulau

Pramuka. Lapisan minyak bergerak dengan jarak sekitar 7 km dari titik sumber dengan ketebalan lapisan minyak pada bagian tengahnya mencapai 109 mm.

Pola sebaran minyak dari titik C pada musim timur tidak memasuki domain model karena gerakan arus yang bergerak ke timur membuat lapisan tumpahan minyak bergerak ke timur keluar dari domain model.

4.3.2.4 Kondisi MSL (pasang menuju surut)

Pola sebaran tumpahan minyak mentah pada musim timur yang diwakili bulan juli 2008 pada Kepulauan Seribu pada kondisi MSL (pasang menuju surut) disajikan pada Gambar 33.

Lapisan minyak pada titik A yang pada kondisi pasang bergerak ke selatan kemudian berbelok arah ke timur laut mengikuti pola perambatan pasut. Lapisan tumpahan minyak yang bergerak ke selatan setelah berbelok ke timur laut menyapu Pulau Tikus yang merupakan daerah sekitar daerah perlindungan laut barat daya Pulau Pari yang masuk daerah Kelurahan Pulau Pari.

Lapisan tumpahan minyak dititk B di pesisir Pulau Karangberas bergerak ke timur kemudian berbelok ka utara mengikuti pola arus yang berbelok karena terhalang oleh adanya Pulau Sekati dan Pulau Peramuka. Pada kondisi ini sumber tumpahan minyak telah habis dan lapisan tumpahan minyak telah menyebar dengan jarak 15 km dari sumber tumpahan dengan ketebalan lapisan tumpahan antara 27 - 54 mm.

4.3.2.5 Kondisi surut

Pola sebaran tumpahan minyak dalam kondisi surut disajikan pada Gambar 34. Pola sebaran tumpahan minyak mentah pada titik A bergerak ke sebelah timur dari titik tumpahan menyapu Pulau Pari, Pulau Tengah, Pulau Burung dan Pulau Tikus. Sebaran tumpahan minyak dari skenario ini menyapu daerah perlindungan laut di sebelah barat daya Pulau Pari. Sebaran tumpahan minyak pada kodisi surut sebagian telah keluar dari domain model sehingga nasib dari tumpahan minyak sudah tidak teridentifikasi oleh model.

Sebaran lapisan tumpahan minyak pada titik B bergerak ke arah timur laut dari titik sumber tumpahan minyak dan menyebar sampai batas utara dari domain model. Sebaran tidak melewati pulau di sekitar tumpahan sehingga tidak

mengganggu daerah perlindungan laut yang berbasis masyarakat di Pulau Karang. Pada konsisi ini sebagian dari tumpahan minyak telah melewati batas timur dari domain model.

Gambar 33 Pola sebaran tumpahan minyak mentah pada kondisi MSL (pasang menuju surut) 18 jam setelah kejadian) pada musim timur

Gambar 34 Pola sebaran tumpahan minyak mentah pada kondisi surut (24 jam setelah kejadian) pada musim barat

Dokumen terkait