METODE PENELITIAN
D. Populasi dan Sampel
1. Subjek Penelitian
Populasi penelitian adalah sekumpulan objek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002:108). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa-siswi SMK yang ada jurusan penjualan sekabupaten Bantul yang meliputi SMK Negeri 1 Bantul, SMK Binawiyata Srandakan, SMK Budhi Dharma Piyungan, SMK Muhammadiyah 2 Bantul dan SMK Putra Tama Bantul. Jumlah populasi penelitian ini adalah 1748 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto (1998:107). Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah siswa-siswi kelas tiga jurusan penjualan SMK Negeri 1 Bantul, SMK Binawiyata Srandakan, SMK Budhi Dharma Piyungan, SMK Muhammadiyah 2 Bantul dan SMK Putra Tama Bantul. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 199 siswa.
36
3. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini sampel yang diambil dengan menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu anggota populasi yang diambil sudah ditentukan sesuai dengan keperluan penelitian dan mengabaikan peluang anggota lain dari anggota populasi yang tidak dipilih (Suharsimi Arikunto, 2002:117). Sampel yang diambil adalah seluruh siswa-siswi kelas 3 jurusan penjualan karena kelas 3 jurusan penjualan sudah dibekali mata pelajaran kewirausahaan dengan kompetensi mengelola usaha kecil.
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran
1. Jiwa Kewirausahaan
Jiwa kewirausahaan adalah sesuatu yang abstrak yang menjadi penggerak dan pengatur adanya kepercayaan atas kemampuan diri sendiri, dalam setiap tindakan selalu berorientasi pada tugas dan hasil, selalu berani menghadapi dan mengambil resiko, mempunyai jiwa kepemimpinan dalam setiap aktivitas, dalam melakukan usaha selalu bersifat orisinalitas dan memiliki pandangan jauh ke depan. Berikut ini disajikan tabel operasional jiwa kewirausahaan.
Tabel 3.1
Operasional Jiwa Kewirausahaan
Dimensi Indikator Pertanyaan
positif no.
Pertanyaan negatif no.
Percaya diri 4,9,11,29, 33 6
Berorientasi pada tugas dan hasil 1,5,7,8,10,12,18,24
Pengambilan resiko 2,13,17,23,30 26
Kepemimpinan 14,16,19, 25,28, 31
Orisinalitas 3,15,22, 32,34
Jiwa
kewirausahaan
37
Adapun pengukuran dilakukan berdasarkan empat skala pendapat dan dilakukan dengan cara penentuan sebagai berikut:
Skor untuk pernyataan
No. Keterangan
Positif Negatif
1. Sangat setuju 4 1
2. Setuju 3 2
3. Tidak setuju 2 3
4. Sangat tidak setuju 1 4
2. Minat Siswa Berwirausaha
Minat berwirausaha adalah gejala psikis dimana seseorang untuk memperhatikan pada sesuatu serta berusaha untuk mengetahui, mempunyai perasaan senang, kemampuan dan pendirian yang kuat sehingga timbul keinginan untuk terlibat dalam wirausaha. Penelitian ini menggolongkan minat siswa berwirausaha dalam delapan indikator yaitu perhatian, perasaan senang, keinginan terlibat, harapan untuk memperoleh manfaat, pendirian, kemampuan, konsentrasi, dan rasa ingin tahu. Berikut ini disajikan tabel operasional minat siswa berwirausaha.
Tabel 3.2
Operasional Minat Siswa Berwirausaha
Dimensi Indikator Pertanyaan
positif no. Pertanyaan negatif no. Perhatian 3,5 Perasaan senang 1,2,10 Keinginan terlibat 4,7,8,9,16
Harapan untuk memperoleh manfaat 11
Pendirian 12
kemampuan 13,14 15
konsentrasi 17,19 18
Minat siswa berwirausaha
38
Adapun pengukuran dilakukan berdasarkan empat skala pendapat dan dilakukan dengan cara penentuan sebagai berikut:
Skor untuk pernyataan
No. Keterangan
Positif Negatif
1. Sangat setuju 4 1
2. Setuju 3 2
3. Tidak setuju 2 3
4. Sangat tidak setuju 1 4
3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh oleh orang tua di lembaga pendidikan formal. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh orang tua menurut Wens Tanlain dibagi menjadi 4, yaitu:
a. Pendidikan dasar: tamatan pra sekolah SD, SLTP atau sederajad b. Pendidikan lanjutan: tamatan SLTP atau sederajad
c. Pendidikan menengah: tamatan SMA atau sederajad d. Pendidikan tinggi: tamatan D2, D3, D4, S1, S2, S3 Adapun pedoman untuk membuat skor adalah:
a. Pendidikan rendah diberi skor 1 b. Pendidikan menengah diberi skor 2 c. Pendidikan tinggi diberi skor 3 4. Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan orang tua adalah keseluruhan penerimaan orang tua dari pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan dan pendapatan lain yang diterima setiap bulan dalam bentuk uang. Untuk mengukur variabel tingkat
39
pendapatan orang tua dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu batas
minimal penerimaan standar di DIY tahun 2006 ([email protected]). Dalam penelitian ini, pendapatan
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Pendapatan rendah, yaitu pendapatan = Rp 460.000,00
b. Pendapatan sedang, yaitu pendapatan antara Rp 460.001,00 sampai dengan Rp. 920.000,00
c. Pendapatan tinggi, yaitu pendapatan > Rp. 920.000 Adapun pedoman membuat skor adalah sebagai berikut: 1) Pendapatan rendah diberi skor 1 2) Pendapatan menengah diberi skor 2 3) Pendapatan tinggi diberi skor 3 5. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan orang tua untuk memperoleh penghasilan. Penelitian ini menggolongkan jenis pekerjaan orang tua ke dalam dua indikator, yaitu wirausaha dan bukan wirausaha. Adapun pedoman untuk pemberian skor adalah sebagai berikut:
a. Wirausaha diberi skor 1
b. Bukan wirausaha diberi skor 2 6. Kultur Keluarga
Kultur keluarga adalah keseluruhan pola kelakuan lahir dan batin yang memungkinkan hubungan-hubungan sosial diantara anggota-anggota keluarga. Dalam dimensi power distance indikator kultur keluarga
40
mencakup: (a) aturan dan norma dalam keluarga; (b) kepatuhan atau sopan santun; (c) orang tua mempunyai otoritas tertinggi; (d) ikatan emosional di antara keluarga yang dekat; (e) asas demokratis dalam keluarga; (f) keadilan dalam penggunaan aset keluarga. Dalam dimensi collectivism dan
individualism indikator kultur keluarga mencakup: (a) tanggung jawab; (b) ikatan persaudaraan yang kuat; (c) ramah tama h dengan anggota keluarga; (d) takut berbuat salah dalam keluarga. Dalam dimensi masculinity dan
femininity indikator kultur keluarga mencakup: (a) takut berbuat salah di masyarakat; (b) bapak merupakan pemegang otoritas tertinggi; (c) pilih kasih atau tidak adil; (d) tidak ada pembedaan perlakuan gender dalam karier. Dalam dimensi uncertainty avoidance indikator kultur keluarga mencakup: (a) kedekatan hubungan antara anggota keluarga; (b) kepasrahan terhadap jumlah pendapatan keluarga; (c) rasa senasib sepenanggungan; (d) kepatuhan terhadap aturan dan norma keluarga. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel kultur keluarga.
Tabel 3.3
Operasional Kultur Keluarga
No. Dimensi Indikator Pertanyaan
No 1. Power Distance - Aturan dan norma dalam masyarakat
- Kepatuhan (sopan santun)
- Orang tua mempunyai otoritas tertinggi - Ikatan emosional di antara keluarga yang
dekat
- Asas demokrasi dalam keluarga
- Keadilan dalam penggunaan asset dalam keluarga 1 2 3 4 5 6 2. Collectivism vs Individualism - Tanggung jawab
- Ikatan persaudaraan yang kuat
- Ramah tamah dengan anggota keluarga - Takut berbuat salah dalam keluarga
7 8 9 10
41
3. Masculinity vs Femininity
- Takut berbuat salah di masyarakat - Bapak merupakan pemegang otoritas
kekuatan tertinggi - Pilih kasih atau tidak adil
- Tidak ada pembedaan perlakuan gender dalam karier 11 12 13 14 4. Uncertainty Avoidance
- Kedekatan hubungan antara anggota keluarga
- Kepasrahan terhadap jumlah pendapatan keluarga
- Rasa senasib sepenanggungan
- Kepatuhan terhadap aturan dan norma keluarga
15 16 17 18
Pengukuran variabel kultur keluarga didasarkan pada indikator-indikatornya. Masing- masing indikator dibuat dalam bentuk pertanyaan. Adapun pengukuran dilakukan berdasarkan empat skala pendapat dan dilakukan dengan cara penentuan sebagai berikut:
Jawaban sangat setuju diberi skor 4
Jawaban setuju diberi skor 3
Jawaban kurang setuju diberi skor 2 Jawaban tidak setuju diberi skor 1