• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil identifikasi terhadap penelitian mengenai industri gula maupun pabrik gula menunjukkan bahwa penelitian dapat dikelompokkan kedalam tiga topik penelitian dengan urutan persentase sebagai berikut yaitu 1) kebijakan (52%), 2) kinerja (38%), dan 3) kelembagaan (10%). Pada topik kinerja, belum

Permasalahan Nyata

Representasi Natural Fuzzifikasi

Komputasi secara Fuzzy

Solusi Defuzzifikasi

ditemukan adanya topik perbaikan kinerja yang bertujuan untuk menentukan kinerja, target kinerja, dan prioritas perbaikan. Selain itu, juga belum ditemukan rancangbangun model sistem penunjang keputusan intelijen untuk analisis perbaikan kinerja. Adapun daftar topik dan judul penelitian secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3.

Rancangbangun sistem penunjang keputusan intelijen untuk analisis perbaikan kinerja pabrik gula dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai pendekatan teoritis dan hasil penelitian terdahulu. Perbaikan kinerja industri gula dapat dilakukan melalui perbaikan kinerja pada setiap pabrik gula (PG). Merujuk

pada pernyataan Swanson (1996) mengenai tujuan pada tahap analisismakadalam

merancangbangun model perbaikan kinerja dilakukan kajian terhadap hal-hal yang terkait dengan bagaimana menentukan kinerja, bagaimana menentukan target kinerja, dan bagaimana menentukan prioritas perbaikan.

Kinerja PG dapat ditentukan berdasarkan hasil pengukuran kinerja. Oleh karena itu, diperlukan model pengukuran kinerja. Kinerja yang akan diukur merujuk pada hasil penelitian Wibisono (1999, 2006), Rusjan et al. (2005), Leachman et al. (2006), Radnor (2007), Karim (2008), dan Cocca dan Albeti (2010) yaitu kinerja strategis (kemampuan sumberdaya), kinerja operasional (tugas-tugas manufaktur), dan kinerja taktis (prioritas kompetisi). Rancangbangun model pengukuran kinerja PG mempertimbangkan pernyataan Spitzer (2007) mengenai asperk formal dalam pengukuran kinerja yaitu ukuran kinerja, proses pengukuran, dan infrastruktur yang digunakan untuk pengukuran kinerja.

Merujuk pada hasil penelitian Radnor dan Barnes (2007) mengenai kecenderungan umum dalam model pengukuran kinerja khususnya pada kedalaman (keterkaitan) dan range ukuran kinerja, terdapat kekurangan pada penelitian terdahulu (Yusnitati 1994 , Siagian 1999, Lembaga Penelitian IPB

2002, dan Manalu 2009). Hasil penelitian Olsen et al. menunjukkan bahwa

keterkaitan antar ukuran kinerja dapat meningkatkan efektivitas dari hasil pengukuran kinerja.

Oleh karena itu, dalam merancangbangun model pengukuran kinerja, ukuran kinerja yang akan digunakan diidentifikasi dari range yang lebih luas yaitu produktivitas dan efisiensi. Hal tersebut juga sesuai dengan permasalahan yang

dihadapi oleh pabrik gula. Sedangkan untuk keterkaitan ukuran kinerja, identifikasi ukuran kinerja akan dilakukan dengan penyelarasan secara vertikal (terkait dengan visi, misi, dan strategi industri gula) dan penyelarasan secara horisontal (keterkaitan antar ukuran kinerja dengan pendekatan input-proses- output).

Dalam hal jumlah ukuran kinerja yang akan digunakan, rancangbangun model pengukuran kinerja memperhatikan berbagai pendekatan pada penelitian terdahulu ( Medori dan Steeple 2000; Denton 2005; Shahin dan Mahbod 2007; Saunders et al. 2007; Parmenter 2010). Selain itu, penelitian Gleich et al. (2008) dan Martin (2008) pada proses manufaktur menjadi masukan dalam mengidentifikasi ukuran kinerja operasional.

Kerangka kerja proses pengukuran kinerja dapat memanfaatkan logika

fuzzy seperti yang diusulkan dalam penelitian Chan et al. (2002) dan Beheshti dan Lollar (2008). Hal ini dilakukan mengingat logika fuzzy tepat untuk digunakan.

Adapun infrastruktur yang akan digunakan merujuk pada hasil penelitian Lau et

al. (2001), Marimin et al. (2005), Santos et al. (2007), Unahabhokha et al.

(2007), Raymond dan Marchand (2008), ) dan Denton (2010) yaitu dengan memanfaatkan artificial intelligent dan internet.

Merujuk pada hasil penelitian Dattakumar (2003), Grundberg (2003), Pierre dan Delisle (2006), Gleich et al. (2008) serta hasil penelitian Tucker (1987)

yang membuktikan bahwa pendekatan benchmarking dapat meningkatkan

efisiensi dan produktivitas perusahaan maka dalam penentuan target kinerja akan

digunakan pendekatan benchmarking. Target kinerja ditentukan berdasarkan

kinerja terbaik dalam kelompok (Tucker et. al. 1987). Oleh karena itu, perlu dirancangbangun model pengelompokan PG dan model pemilihan kinerja terbaik.

Rancangbangun model pengelompokan PG memperhatikan pendekatan yang dinyatakan dalam Larose (2005), Kusnawi (2007), dan Ramakrishnan (2009). Adapun rancangbangun model pemilihan kinerja terbaik secara keseluruhan akan menggunakan metode PROMETHEE karena memiliki

kesesuaian dengan permasalahan yang dihadapi dan sudah terbukti

keunggulannya (seperti yang dikemukakan oleh Amran dan Kiki (2005), Prvlovic (2008), dan Triyanti dan Gadis (2008). Untuk pemilihan kinerja terbaik per jenis

kinerja digunakan pendekatan sorting (mengurutkan nilai kinerja dari yang tertinggi sampai dengan terendah dalam setiap kelompok PG).

Prioritas perbaikan ditentukan berdasarkan praktek terbaik. Merujuk pada penelitian Jaffar dan Zairi (2000), maka analisis praktek terbaik merupakan praktek yang baik yang telah ditetapkan sebagai pendekatan terbaik bagi banyak PG. Pendekatan yang digunakan dalam melakukan analisis praktek terbaik yang diusulkan dalam penelitian Maire et al (2005) dan Southard dan Parente (2007) memiliki kelemahan mengingat praktek terbaik yang dihasilkan masih terbatas pada praktek yang baik (dilihat dari definisi praktek terbaik yang disimpulkan oleh Jaffar dan Zairi 2000). Pendekatan lain yang diusulkan seperti penelitian

Corcoran (2004) dan Latino dan Kenneth (2006) berupa Root Cause Analysis

menjadi masukan untuk merancangbangun model analisis praktek terbaik.

Davies (2000) mengusulkan pendekatan terstruktur (diagnostic) untuk memilih praktek terbaik berdasarkan pada kekuatan hubungan dengan tujuan yang ingin dicapai. Hal ini akan menjadi masukan dalam merancangbangun model penentuan prioritas perbaikan.

Adapun secara singkat, gambaran mengenai posisi dan kebaruan penelitian yang

digunakan untuk merancangbangun model analisis perbaikan kinerja dan sistem penunjang keputusan intelijen dapat di lihat pada Gambar 24.

Gambar 24 Posisi dan Kebaruan Penelitian Menentukan Kinerja Menentukan Target Kinerja Menentukan Prioritas Perbaika Pengukuran Kinerja Model Pengelompokan Model Pengukuran kinerja Model Pemilihan Kinerja Terbaik Model Analisis Praktek Terbaik M Pen Pr Per

Cocca & Alberti 2010 : masa lalu Wibisono 2006; Radnor 2007 : I-P-O Wibisono1999: StrategisOperasionalTaktis Karim 2008 Rusjanet al. 2005 Leachmanet al. 2006 Spitzer 2007 : Ukuran Kinerja Proses Pengukuran Infra- struktur

Medori & Steeple 2000 Denton 2005

Parmenter 2010 Shahin & Mahbod 2007 Saunderset al. 2007

Nenadal 2008 Beheshti & Lollar

2008 Chan et al. 2002 Santos 2007 Raymond & Marchand 2008 Denton 2010 Radnor & Barnes

2007 : Luas Dalam Range Olsen et al. 2007 -Produktivitas : Yusnitati 1994 Manalu 2009 -Efisiensi : Siagian 1999 LP IPB 2002 Lau et al. 2001 Yuliasih & Marimin 2003 Marimin et al. 2005 Unahabhoka 2007 Benchmarking Tucker 1987 Dattakumar 2003 Grunberg 2003 Pierre & Delisle 2006 Gleich et al. 2008 Praktek Terbaik Analisis Praktek Terbaik Kinerja Terbaik Pengelompokan Pemilihan Kinerja Terbaik Gan et al. 2007 Sadaaki et al. 2008 Xu & Wunsch 2009 Larose 2005 Kusnawi 2007 Ramakhrisnan 2009 Laise 2004 : ELECTRE Jafari et al. 2007 : SAW PROMETHEE Amran & Kiki 2005 Prvulovic 2008 Triyanti & Gadis 2008

Reddy & McCarthy 20 Asrofah et al. 2010

Jaffar & Zairi 2000 Maire et al. 2005 Southard & Parente 2 Corcoran 2004 Latino & Kenneth 200

Penen Prioritas P

65

Dokumen terkait