DAN DESA SEI SERDANG
Menguraikan tentang objek dan daya tarik wisata yang potensial di kedua desa tersebut. Dampak dan permasalahan yang dihadapi, serta upaya pemerintah dan masyarakat di kedua desa tersebut dalam pengembangan kepariwisataan.
BAB V : PENUTUP DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Pengertian Pariwisata
Pariwisata berasal dari dua suku kata bahasa Sansekerta, ‘pari’ yang berarti banyak atau berkali-kali dan ‘wisata’ yang berarti perjalanan atau bepergian. Jadi, pari-wisata diartikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan berkali-kali ( = bahasa Inggris ‘tour’ atau ‘tourism’) Oka A.Yoeti(1993). Secara lebih luas, dalam pengertian kepariwisataan terdapat beberapa faktor penting yang menjadi batasan dalam definisi pariwisata, yaitu:
1. Perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu
2. Perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain
3. Perjalanan ini berhubungan dengan rekreasi atau bersenang-senang
4.Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya
Jadi, menurut Oka A Yoeti (1993), pengertian pariwisata dapat disimpulkan sebagai berikut :
“Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk kegiatan bersenang-senang atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam”
Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.
Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1 dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata
Jadi pengertian wisata mengandung beberapa unsur yaitu : (1) kegiatan perjalanan; (2) dilakukan secara sukarela; (3) bersifat sementara; (4) perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Kemudian pada angka 4 di dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 dijelaskan pula bahwa Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Dengan demikian pariwisata meliputi : (1) Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.(2) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti : kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah ( candi, makam), museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat, dan yang bersifat alamiah seperti keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai dan sebagainya.(3). Pengusaha jasa dan sarana pariwisata, : (a) Usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, impresariat, konsultan pariwisata, informasi pariwisata).(b) Usaha sarana pariwisata yang terdiri dari : akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata dan sebagainya.(c) Usaha-usaha jasa yang berkaitan dengan penyelenggaraan pariwisata.
Pariwisata menurut para ahli antara lain :
• Pariwisata menurut Robert McIntosh bersama Shaskinant Gupta dalam Oka
Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.
wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung lainnya.
• Menurut definisi yang lebih luas yang dikemukakan oleh H.Kodhyat (1983:4) adalah sebagai berikut,
“ Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Sedangkan menurut pendapat dari James J.Spillane (1982:20) pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan lain-lain.”
• Menurut Salah Wahab (1975:55) mengemukakan definisi pariwisata yaitu,
“pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang komplek, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan transportasi.”
2.2 Kepariwisataan
Pengertian kepariwisataan menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 pada bab I pasal 1 kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Artinya semua kegiatan dan urusan yang ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, pengawasan, pariwisata baik yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta dan masyarakat disebut Kepariwisataan.
• Nyoman S Pendit (2003:33) menjelaskan tentang kepariwisataan sebagai
Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.
“Keparawisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap kemajuan-kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan pelabuhan (laut atau udara), jalan-jalan raya, pengangkutan setempat, program program kebersihan atau kesehatan, pilot proyek sasana budaya dan kelestarian lingkungan dan sebagainya. Yang kesemuanya dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi masyarakat dalam lingkungan daerah wilayah yang bersangkutan maupun bagi wisatawan pengunjung dari luar. Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan dan sumbangan terhadap pelaksanaan pembangunan proyek-proyek berbagai sektor bagi negara-negara yang telah berkembang atau maju ekonominya, dimana pada gilirannya industri pariwisata merupakan suatu kenyataan ditengah-tengah industri lainnya.”
Kepariwisataan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata. Hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata hendaknya memenuhi syarat sapta pesona pariwisata, yaitu :
a) Aman
Wisatawan akan senang berkunjung ke suatu tempat apabila merasa aman, tenteram, tidak takut, terlindungi dan bebas dari :
• Tindak kejahatan, kekerasan, ancaman, seperti kecopetan, pemerasan, penodongan, penipuan dan lain sebagainya.
• Terserang penyakit menular dan penyakit berbahaya lainnya
• Kecelakaan yang disebabkan oleh alat perlengkapan dan fasilitas yang kurang baik, seperti kendaraan, peralatan untuk makan dan minum, lift, alat perlengkapan rekreasi atau olah raga.
• Gangguan oleh masyarakat, antara lain berupa pemaksaan oleh pedagang asongan, tangan jail, ucapan dan tindakan serta perilaku yang tidak bersahabat dan lain sebagainya.
Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.
Jadi, aman berarti tejamin keselamatan jiwa dan fisik, termasuk milik (barang) wisatawan
b) Tertib
Kondisi yang tertib merupakan sesuatu yang sangat didambakan oleh setiap orang termasuk wisatawan. Kondisi tersebut tercermin dari suasana yang teratur, rapi dan lancar serta menunjukkan disiplin yang tinggi dalam semua segi kehidupan masyarakat, misalnya :
• Lalu lintas tertib, teratur dan lancar, alat angkutan datang dan berangkat tepat pada waktunya.
• Tidak nampak orang yang berdesakan atau berebutan untuk mendapatkan atau membeli sesuatu yang diperlukan
• Bangunan dan lingkungan ditata teratur dan rapi
• Pelayanan dilakukan secara baik dan tepat
• Informasi yang benar dan tidak membingungkan
c) Bersih
Bersih merupakan suatu keadaan/kondisi lingkungan yang menampilkan suasana bebas dari kotoran, sampah, limbah, penyakit dan pencemaran. Wisatawan akan merasa betah dan nyaman bila berada di tempat-tempat yang bersih dan sehat seperti :
• Lingkungan yang bersih baik di rumah sendiri maupun di tempat-tempat umum, seperti di hotel, restoran, angkutan umum, tempat rekreasi, tempat buang air
Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.
kecil/besar dan lain sebagainya. Bersih dari sampah, kotoran, corat-coret dan lain sebagainya.
• Sajian makanan dan minuman bersih dan sehat
• Penggunaan dan penyajian alat perlengkapan yang bersih seperti sendok, piring, tempat tidur, alat olah raga dan lain sebagainya
• Pakaian dan penampilan petugas bersih, rapi dan tidak mengeluarkan bau tidak sedap dan lain sebagainya
d) Sejuk
Lingkungan yang serba hijau, segar, rapi memberi suasana atau keadaan sejuk, nyaman dan tenteram. Kesejukan yang dikehendaki tidak saja harus berada di luar ruangan atau bangunan, akan tetapi juga di dalam ruangan, misalnya ruangan kerja/belajar, ruangan makan, ruangan tidur dan lain sebagainya. Untuk itu semua pihak diharapkan dapat :
• Turut serta aktif memelihara kelestarian lingkungan dan hasil penghijaun yang telah dilakukan masyarakat maupun pemerintah
• Berperan secara aktif untuk menganjurkan dan memelopori agar masyarakat setempat melaksanakan kegiatan penghijauan dan memelihara kebersihan, menanam berbagai tanaman di halaman rumah masing-masing baik untuk hiasan maupun tanaman yang bermanfaat bagi rumah tangga, melakukan penanaman pohon/tanaman rindang di sepanjang jalan di lingkungan masing-masing di halaman sekolah dan lain sebagainya
Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. • Menghiasi ruang belajar/kerja, ruang tamu, ruang tidur dan tempat lainnya dengan
aneka tanaman penghias atau penyejuk.
• Memprakarsai berbagai kegiatan dan upaya lain yang dapat membuat lingkungan hidup kita menjadi sejuk, bersih, segar dan nyaman.
e) Indah
Keadaan atau suasana yang menampilkan lingkungan yang menarik dan sedap dipandang disebut indah. Indah dapat dilihat dari berbagai segi, seperti dari segi tata warna, tata letak, tata ruang bentuk ataupun gaya dan gerak yang serasi dan selaras, sehingga memberi kesan yang enak dan cantik untuk dilihat. Indah yang selalu sejalan dengan bersih dan tertib serta tidak terpisahkan dari lingkungan hidup baik berupa ciptaan Tuhan Yang Maha Esa maupun hasil karya manusia. Karena itu kita wajib memelihara lingkungan hidup agar lestari dan dapat dinikmati oleh umat manusia.
f) Ramah tamah
Ramah tamah merupakan suatu sikap dan perilaku seseorang yang menunjukkan keakraban, sopan, suka membantu, suka tersenyum dan menarik hati. Ramah tamah tidaklah berarti bahwa kita harus kehilangan kepribadian kita ataupun tidak tegas dalam menentukan sesuatu keputusan atau sikat. Ramah, merupakan watak dan budaya bangsa Indonesia pada umumnya, yang selalu menghormati tamunya dan dapat menjadi tuan rumah yang baik. Sikap ramah tamah ini merupakan satu daya tarik bagi wisatawan, oleh karena itu harus kita pelihara terus.
Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. g) Kenangan
Kenangan adalah kesan yang melekat dengan kuat pada ingatan dan perasaan seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang diperolehnya. Kenangan dapat berupa yang indah dan menyenangkan, akan tetapi dapat pula yang tidak menyenangkan. Kenangan yang ingin diwujudkan dalam ingatan dan perasaan wisatawan dari pengalaman berpariwisata di Indonesia, dengan sendirinya adalah yang indah dan menyenangkan. Kenangan yang indah ini dapat pula diciptakan dengan antara lain :
• Akomodasi yang nyaman, bersih dan sehat, pelayanan yang cepat, tepat dan ramah, suasana yang mencerminkan ciri khas daerah dalam bentuk dan gaya bangunan serta dekorasinya
• Atraksi seni budaya daerah yang khas dan mempesona baik itu berupa seni tari, seni suara dan berbagai macam upacara
• Makanan dan minuman khas daerah yang lezat, dengan penampilan dan penyajian yang menarik. Makanan dan minuman ini merupakan salah satu daya tarik yang kuat dan dapat dijadikan jati diri (identitas daerah).
• Cenderamata yang mungil yang mencerminkan ciri-ciri khas daerah bermutu tinggi, mudah dibawa dan dengan harga yang terjangkau mempunyai arti tersendiri dan dijadikan bukti atau kenangan dari kunjungan seseorang ke suatu tempat/daerah/Negara.
Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. 2.3 Pengertian objek dan daya tarik wisata
Menurut Oka yoeti (1996:174-176) ada beberapa hal yang menjadi daya tarik bagi orang yang mengunjungi suatu daerah, adapun hal tersebut adalah:
a. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, dalam istilah pariwisata disebut natural amenities, yang termasuk dalam kelompok ini adalah hutan, iklim, pemandangan dan bentuk tanah, flora dan fauna, pusat-pusat kesehatan.
b. Hasil ciptaan manusia yang dalam istilah pariwisatanya disebut man made supply yang berupa benda-benda bersejarah, kebudayaan, dan keagamaan.
c. Tata cara hidup masyarakat(way to life) yaitu segala sesuatu yang merupakan aktivitas atau kegiatan hidup manusia yang khas dan mempunyai daya tarik tersendiri yang dapat dijadikan objek wisata.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa objek wisata itu adalah “unsur-unsur lingkungan hidup yang terdiri dari sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai daya tarik sasaran wisata”. Lain hal dengan atraksi wisata yang dalam hal ini bersinonim dengan pengertian “entertainmeny”atau hiburan, yaitu segala sesuatu yang telah di persiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat, dinikmati dan yang termasuk dalam hal itu adalah tari-tarian, nyanyian, kesenian rakyat tradisional, upacara adat.(Yoeti,1996:178:181).
Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.
1. Alam (Nature) yaitu segala sesuatu yang berasal dari alam yang dimanfaatkan dan diusahakan sebagai tempat objek wisata yang dapat dinikmati dan memberi kepuasan pada wisatawan, misalnya air terjun, pegunungan, flora dan fauna serta pemandangan alam.
2. Kebudayaan (Culture) yaitu segala sesuatu yang berupa daya tarik yang berasal dari seni dan kreasi manusia. Contohnya upacara adat, upacara keagamaan dan lain-lain.
3. Buatan Manusia (Man Made) yaitu segala sesuatu yang merupakan hasil karya manusia yang dapat dijadikan sebagai objek wisata. Contohnya candi-candi, prasasti, monumen dan kerajinan tangan.
4. Manusia ( Human Being) yaitu segala sesuatu yang merupakan aktivitas atau kegiatan hidup manusia (Way of life) yang khas dan mempunyai daya tarik tersendiri yang dapat dijadikan objek wisata. Contohnya suku-suku pedalaman yang terdapat di daerah Kalimantan (suku Dayak), Irian Jaya(suku Asmat) yang cara hidup masih primitif dan unik.
2.4 Pengertian Wisatawan
Berdasarkan pasal 5 Resolusi Dewan Ekonomi dan Dewan sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa No.870 :
- Untuk tujuan statistik yang dimaksudkan dengan visitor atau pengunjung adalah, setiap orang yang mengunjungi suatu negara yang bukan merupakan
Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.
tempat tinggal sebagaimana biasanya dengan alasan apapun juga, kecuali mengusahakan suatu pekerjaan yang dibayar oleh negara yang di kunjunginya.
Menurut rumusan pengunjung di atas yang termasuk di dalamnya yaitu (dalam Yoeti 1996:133-135):
• Wisatawan (Tourist), yaitu pengunjung sementara yang sekurang-kurangnya
tinggal selama 24 jam di negara atau daerah yang dikunjunginya berdasarkan tujuan perjalanannya yang dikelompokkan sebagai berikut :
- Orang-orang yang mengunjungi suatu negara untuk pleasure atau liburan - Orang-orang yang mengunjungi suatu negara karena Family Reason visit
friend and relative.
- Orang-orang yang mengunjungi suatu negara karena urusan MICE
(Meetings,Incentive,Conference,and Exhibition.)
- Orang-orang yang datang ke suatu negara karena urusan sekolah.
- Orang-orang yang datang ke suatu negara sebagai utusan bidang olahraga ataupun hanya sekedar menonton pertandingan olahraga.
- Orang-orang yang mengunjungi suatu negara karena alasan keagamaan.
• Pelancong (Excurtionist) yaitu orang-orang yang mengunjungi suatu negara yang tinggal kurang dari 24 jam di negara yang di kunjunginya termasuk pelancong yang menggunakan kapal pesiar.
- Berdasarkan Intruksi Presiden No.9 Tahun 1969 yang memberikan definisi yaitu “Wisatawan (tourist) adalah setiap orang bepergian dari tempat
Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.
tinggalnya untuk berkunjung ketempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungannya tersebut”
• Karakteristik Wisatawan
a. Domestik
- Lebih tertarik dengan fasilitas dan pelayanan modern
- Lebih menyukai wisata alam dan daerah beriklim dingin
- Tidak terlalu tertarik dengan peninggalan sejarah dan budaya
- Tidak terlalu tertarik dengan wisata petualangan
- Lebih suka bepergian dalam group
- Waktu berkunjung lebih singkat
b. Mancanegara (asing)
- Tertarik dengan wisata petualangan
- Tetarik dengan peninggalan budaya tradisionil
- Lebih menyukai masakan dari daerah asalnya
- Waktu berkunjung lebih lama
- Sangat kecewa apabila menemukan hal-hal yang tidak sesuai
- Suka bepergian secara individual
Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. 2.5 Pengertian Kebudayaan dan Hubungannya dengan Pariwisata
Kebudayaan dapat dipahami dalam tiga aspek, yakni aspek material, prilaku dan ide. Dalam bentuk material mencakup antara lain peralatan hidup, arsitektur, pakaian, makanan olahan, hasil teknologi dan lain-lain. Dalam wujud prilaku mencakup kegiatan ritual perkawinan, upacara-upacara keagamaan atau kematian, seni pertunjukan, keteranpilan membuat barang-barang kerajinan dan lainnya. Dalam wujud ide mencakup antara lain sistem keyakinan, pengetahuan nilai-nilai dan norma–norma.
• Menurut Koentjaraningrat (19990:180) definisi kebudayaan adalah : ”seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan serta karya yang di hasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan proses belajar.”
Seperti yang tertera di atas, bahwa kebudayaan itu adalah hasil karya manusia yang baik itu berupa benda, kesenian, adat istiadat dan lain sebagainya yang merupakan salah satu potensi pariwisata yang mendukung perkembangan kepariwisataan. Dari pengertian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pariwisata mempunyai hubungan yang erat dengan kepariwisataan.
Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. BAB III
GAMBARAN UMUM KEPARIWISATAAN KABUPATEN LANGKAT
3.1. Geografi
Daerah Kabupaten Langkat terletak pada 3014' dan 4013' lintang utara, serta 93051' dan 98045' Bujur Timur dengan batas-batas sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan selat Malaka dan Prop. D.I.Aceh - Sebelah Selatan berbatas dengan Dati II karo.
- Sebelah Timur berbatas dengan Dati II Deli Serdang
- Sebelah Barat berbatas dengan Dati D.I Aceh (Aceh Tengah)
• Topografi
Daerah Tingkat II Langkat dibedakan atas 3 bagian
- Pesisir Pantai dengan ketinggian 0 - 4 m diatas permukaan laut - Dataran rendah dengan ketinggian 0 - 30 m diatas permukaan laut - Dataran Tinggi dengan ketinggian 30 - 1200 m diatas permukaan laut
• Aliran Sungai
Daerah kabupaten Langkat dialiri oleh 26 sungai besar dan kecil, melalui kecamatan dan desa-desa, diantara sungai-sungai tersebut adalah : Sungai Wampu, Sungai Batang Serangan, Sungai Lepan, Sungai Besitang dan lain-lain. Secara umum sungai-sungai tersebut dimanfaatkan untuk pengairan, perhubungan dan lain-lain.
Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. 3.2. Sejarah Kabupaten Langkat
Langkat yang menjadi salah satu kabupaten di Sumatera Utara memiliki sejarah panjang dalam pemerintahan.
• Masa Pemerintahan Belanda dan Jepang
Pada masa pemerintahan Belanda, kabupaten Langkat masih berstatus keresidenan dan kesultanan (kerajaan) dengan pimpinan pemerintahan yang disebut Residen dan berkedudukan di Binjai dengan Residennya Morry Agesten. Residen mempunyai wewenang mendampingi Sultan Langkat di bidang orang-orang asing saja sedangkan bagi orang-orang asli (pribumi) berada ditangan pemerintahan kesultanan Langkat. Kesultanan Langkat berturut-turut dijabat oleh :
• 1. Sultan Haji Musa Almahadamsyah 1865-1892
• 2. Sultan Tengku Abdul Aziz Abdul Jalik Rakhmatsyah 1893-1927
• 3. Sultan Mahmud 1927-1945/46
Dibawah pemerintahan Kesultanan dan Assisten Residen struktur pemerintahan disebut LUHAK dan dibawah luhak disebut Kejuruan (Raja kecil) dan Distrik, secara berjenjang disebut Penghulu Balai (Raja kecil Karo) yang berada di desa. Pemerintahan luhak dipimpin seorang Pangeran, Pemerintahan Kejuruan dipimpin seorang Datuk, Pemerintahan Distrik dipimpin seorang kepala Distrik, dan untuk jabatan kepala kejuruan/Datuk harus dipegang oleh penduduk asli yang pernah menjadi raja didaerahnya.
Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.
Pemerintahan Kesultanan di Langkat dibagi atas 3 (tiga) kepala Luhak, yaitu :
(1) Luhak Langkat Hulu, yang berkedudukan di Binjai dipimpin oleh T.Pangeran Adil. Wilayah ini terdiri dari 3 Kejuruan dan 2 Distrik yaitu :
• 1.1 Kejuruan Selesai
• 1.2 Kejuruan Bahorok
• 1.3 Kejuruan Sei Bingai
• 1.4 Distrik Kwala
• 1.5 Distrik Salapian
(2) Luhak Langkat Hilir, yang berkedudukan di Tanjung Pura dipimpin oleh Pangeran Tengku Jambak/T.Pangeran Ahmad. Wilayah ini mempunyai 2 kejuruan dan 4 distrik yaitu :
• 2.1 Kejuruan Stabat
• 2.2 Kejuruan Bingei
• 2.3 Distrik Secanggang
• 2.4 Distrik Padang Tualang
• 2.5 Distrik Cempa
• 2.6 Distrik Pantai Cermin
(3) Luhak Teluk Haru, berkedudukan di Pangkalan Berandan dipimpin oleh Pangeran Tumenggung (Tengku Djakfar). Wilayah ini terdiri dari satu kejuruan dan dua distrik.
Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. • 3.2 Distrik Pulau Kampai
• 3.3 Distrik Sei Lepan
Awal 1942, Kekuasaan pemerintah Kolonial Belanda beralih ke Pemerintahan jepang, namun sistem pemerintahan tidak mengalami perubahan, hanya sebutan Keresidenan berubah menjadi SYU, yang dipimpin oleh Syucokan. Afdeling diganti dengan Bunsyu dipimpin oleh Bunsyuco. Kekuasaan Jepang ini berakhir pada saat kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17-08-1945.
• Masa Kemerdekaan.
Pada awal kemerdekaan Republik Indonesia, Sumatera dipimpin oleh seorang Gubernur yaitu Mr.T.M.Hasan, sedangkan Kabupaten Langkat tetap dengan status keresidenan dengan asisten residennya atau kepala pemerintahannya dijabat oleh Tengku Amir Hamzah, yang kemudian diganti oleh Adnan Nur Lubis dengan sebutan Bupati. Pada tahun 1947-1949, terjadi agresi militer Belanda I, dan II, dan Kabupaten Langkat terbagi dua, yaitu Pemerintahan Negara Sumatera Timur (NST) yang berkedudukan di