• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prasarana Pengelolaan Sampah

Dalam dokumen KLHS RDTR Surakarta (Halaman 72-77)

Secara umum pengelolaan sampah di kawasan I merupakan bagian dari pengelolaan sampah di Kota Surakarta yang kondisi secara keseluruhan ditunjukkan dengan data teknis operasional sebagai berikut :

Tabel II.19

Teknis Operasional Pelayanan Persampahan di Kota Surakarta Tahun 2013

No. Uraian Volume

1 Cakupan pelayanan persampahan 65,12 % 2 Perkiraan timbulan sampah 1.490.969 liter/hari 3 Timbulan sampah yang terangkut: 970.918,7 liter 4 Cakupan wilayah pelayanan 100 %

Sumber: Bappeda Kota Surakarta, 2013

Pengelolaan sampah di Kota Surakarta ini dilakukan oleh beberapa pihak sebagai berikut :

 Dari rumah tangga sampai TPS dikelola oleh LPMK/kelurahan

 Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta mengelola sampah dari TPS sampai TPA

 Dinas Pengelolaan Persampahan Pasar: mengelola sampah di 37 lokasi Pasar ke TPA (memakai armada sendiri)

 Unit Pelaksana Teknis Daerah Terminal: mengelola sampah di lokasi TPS di terminal selanjutnya di buang langsung ke TPA dengan armada terminal TPS memberlakukan jam pembuangan sampai jam 14.00 WIB dalam praktek pengelolaan sampah, prinsipnya adalah: sampah terangkut pada siang hari dan bersih pada malam hari, memindahkan TPS-TPA yang dekat dengan lingkungan pemukiman dan diganti TPS transfer DEPO. TPS transfer DEPO adalah tempat bertemunya gerobak dengan armada DKP, sampah langsung dimuat di armada sampah.

Timbunan sampah di Kota Surakarta mencapai 972 m3/hari sampah pada tahun 2013, yang meliputi:

 Sampah rumah tangga dan fasilitas umum lainnya 732 m3 /hari  Sampah pasar 240 m3 /hari

Kelurahan secara langsung mengelola sarana dan prasarana pengumpul sampah seperti Becak Sampah/Gerobag Dorong Sampah, Gerobak Motor Sampah.

Institusi Penghasil Sampah Lainnya seperti Pusat Perbelanjaan/Mall , Industri, Hotel, Sarana Kesehatan yang volume sampahnya kurang dari 1 m3/hari diambil oleh DKP, sedangkan volume sampah melebihi 1 m3/hari dibuang sendiri oleh institusi yang bersangkutan langsung ke TPA Putri Cempo di Kec. Mojosongo.

Penanganan sampah di Kota Surakarta saat ini secara lebih rinci dapat dapat dijelaskan sebagai berikut :

 Pengumpulan sampah dari jalan utama / protokol :Sampah dari jalan utama/protokol dikumpulkan oleh tenaga kebersihan dari DKP dan dibawa ke TPS terdekat atau kontainer. Sampah dari TPS/kontainer kemudian dibawa ke TPA Putri Cempo menggunakan armada DKP.

 Pengumpulan sampah dari pasar :Sampah dari pasar dikumpulkan oleh tenaga kebersihan DPP. Sampah kemudian dibawa ke TPS pasar/kontainer , selanjutnya dibawa ke TPA Putri Cempo menggunakan armada DPP.

 Pengumpulan sampah dari lingkungan permukiman :Sampah dikumpulkan dari tempat sampah rumah tangga dan kios/warung perumahan kemudian dibawa ke TPS yang terdekat oleh tenaga sampah yang dipekerjakan Kelurahan atau masyarakat.Sampah dibawa menggunakan Gerobak sampah atau gerobak motor sampah.Kemudian DKP mengangkut sampah dari TPS ke TPA Putri Cempo menggunakan armada Truk.

 Pengumpulan dari institusi lainnya (Perkantoran, Tempat-tempat Kesehatan, Pasar Modern, Hotel, Sekolahan, Fasum, Industri) :Sampah yang berasal dari institusi lainnya dikumpulkan oleh tenaga kebersihan yang dipekerjakan oleh institusi lainnya dibawa ke TPS selanjutnya dibawa ke TPA Putri Cempo menggunakan armada DKP.Sampah yang mempunyai berat lebih besar dari 1 m3

langsung dibawa ke TPA Putri Cempo dengan menggunakan armada institusi lainnya.

Saat ini terdapat permasalahan teknis operasional persampahan di Kota Surakarta termasuk Kawasan I antara lain:

 Cakupan pelayanan masih belum menjangkau wilayah yang seharusnya ditangani dengan off site system, sehingga banyak sampah yang dibuang ke sungai atau lapangan area terbuka.

 Jumlah sarana dan prasarana kurang, dibandingkan dengan jumlah timbulan sampah yang terjadi.

 Kualitas sarana dan prasarana kurang memadai, beberapa peralatan sudah melebihi usia peruntukan (life time) dan dalam kondisi rusak.

 Pola penanganan sampah masih bertumpu pada pola penanganan on site individu setempat (menimbun di pekarangan) dan pola konvensional, dimana sampah dari sumber sampah, diwadahi, dikumpulkan, dan diangkut ke pembuangan akhir. Upaya pengurangan sampah dari sumbernya sudah ada tetapi masih sangat kecil. Konsekuensi pola ini dibutuhkan biaya inventasi dan operasional yang besar.  Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) terkonsentrasi pada TPA Pitri Cempo

yang masih menggunakan system open dumping, kurangnya luas lahan serta fasilitas TPA.

 Pengembangan cakupan pelayanan tidak terencana dengan baik, sehingga wilayah-wilayah baru yang potensial tidak ditangani dengan cepat (terutama perumahan dan kawasan baru).

I. Prasarana Sanitasi Lingkungan

Sanitasi perkotaan merupakan salah satu indikator suatu kota yang sehat dan berkelanjutan. Sebagaimana diketahui, sebagian besar masyarakat Kota Surakarta dalam penanganan limbah domestik menggunakan sistem on site dengan septik tank dan peresapan ke tanah. Kota Surakarta telah membangun sarana penanganan limbah cair domestik dengan sistem perpipaan, namun belum semua masyarakat kota Surakarta terjangkau oleh sarana pelayanan ini. Wilayah kawasan I yang telah terlayani sanitasi off-site dengan pengolahan pada IPAL Semanggi yang berkapasitas 60 ltr/dtk adalah sebagai berikut :

Tabel II.20

Cakupan Pelayanan Sistem Off-site di Kawasan I

No Kelurahan Jumlah SR

Wilayah Pelayanan Selatan 8.157

(1) Kampungbaru 71 (2) Tipes 787 (3) Kemlayan 25 (4) Serengan 1.004 (5) Danukusuman 618 (6) Joyosuran 696 (7) Penumping 130 (8) Sriwedari 126 (9) Jayengan 171 (10) Kauman 108 (11) Kedunglumbu 140 (12) Pasarkliwon 60 (13) Baluwarti 125 (14) Semanggi 1.093 Total Keseluruhan 12.714

Sumber : PDAM Kota Surakarta, 2014

Melihat kondisi tersebut penanganan air kotor tidak bisa dipandang sebelah mata dan merupakan tanggung jawab bersama. Pencemaran yang meluas akan sangat merugikan dan menjadi ancaman terhadap kesehatan masyarakat, pencemaran air tanah dan badan air/sungai.Untuk itu isu pengelolaan sanitasi ini perlu diperhatikan dalam perencanaan RDTR pada kawasan ini.Tingkat risiko air limbah di kawasan ini dapat digambarkan pada gambar berikut ini.

Gambar 2.10 Tingkat Risiko Air Limbah di Kota Surakarta

Sumber :PDAM Kota Surakarta (2014)

Selain itu, berdasarkan data Status Lingkungan Hidup Kota Surakarta, diketahui status mutu air sungai di Kota Surakarta untuk mengetahui kondisi mutu air menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan terhadap baku mutu air yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan pengambilan sampel di enam sungai di Surakarta dengan mengacu pada PP No. 82 Tahun 2001, ada beberapa sungai yang tercemar, termasuk yang mengalir melalui Kawasan I.

Pencemaran sungai terjadi di Sungai Pepe bagian hulu tercemar oleh nitrat, bagian tengah tercemar oleh logam Cu, dan bagian hilir tercemar oleh logam Cu dan Nitrat. Di

Sungai Brojo, daerah yang tercemar adalah hilir, tengah, dan hulu, zat pencemarnya adalah Cu. Selain itu, pada daerah hilir terdapat COD yang melibihi ambang batas. Kelebihan COD ini dapat menyebabkan kualitas air menurun. Sedangkan Sungai Jenes bagian hilir tercemar Cu dan Nitrat.Data pencemaran sungai dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel II.21 Pencemaran Sungai

Lokasi Sampel S. Pepe S. Brojo S. Jenes

Hulu Nitrat Cu -

Tengah Cu Cu -

Hilir Cu, Nitrat Cu, COD Cu, Nitrat

Sumber: Dokumen Status Lingkungan Hidup, BLH (2012)

Dalam dokumen KLHS RDTR Surakarta (Halaman 72-77)