• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pribadi Sehat dan Bermasalah 1. Pribadi Sehat:

REALITA A. Sejarah Perkembangan

D. Pribadi Sehat dan Bermasalah 1. Pribadi Sehat:

a) Bertanggung jawab dalam proses memuaskan kebutuhan hidup yang paling besar (mencintai/dicintai dan harga diri).

b) Bertanggung jawab terhadap proses pemuasan kebutuhan yang paling besar.

c) Terpenuhinya kebutuhan dasar melalui proses belajar.

d) Dimilikinya identitas keberhasilan sesuai dengan prinsip 3 R (Right, Responsibility, dan Reality).

77 a) Pribadi Bermasalah atau Malasuai:

Dalam terapi realita, apabila individu tidak mampu memenuhi kebutuhannya, ia akan kehilangan hubungan dengan kenyataan, persepsinya tentang kenyataan menjadi kacau. Hal ini disebabkan oleh: 1) tidak pernah belajar bertingkah laku secara bertanggung jawab, 2) kegagalan orang tua guru dan suasana sekolah memenuhi kebutuhan cinta siswa dan 3) kegagalan individu memperoleh hubungan baik dengan orang-orang yang baginya sangat penting.

Terdapat beberapa konsep pribadi yang menyimpang dalam konseling realitas, yaitu:

1) Identitas gagal (failure identity)

Individu gagal memenuhi salah satu atau semua kebutuhan dasar dan gagal terlibat dengan orang lain sebagai prasyarat biologis memuaskan kebutuhan dasar.

2) Perbuatan tidak pas

Seseorang yang tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya akan lari dari dunia kenyataan objektif, mereka tidak dapat mengamati segala sesuatu sebagaimana adanya. Secara sederhana, perbuatan yang tidak pas ini digambarkan oleh Hansen at al. (1982) sebagai individu yang kurang terlibat dengan orang lain, tidak pernah belajar untuk berbuat secara bertanggung jawab atau tidak dapat berbuat atas landasan prinsip 3 R (Right, Responsibility, dan Reality).

3) Keterlibatan dengan diri

Kekurangan keterlibatan dengan orang lain akan mempengaruhi pada kekurangmampuan memenuhi kebutuhan dan lebih jauh orang akan mengarah ke pengaburan kebutuhan itu.

4) Kegagalan orang tua atau orang yang bermakna

Terpenuhinya kebutuhan bergantung pada orang tua dan orang yang bermakna. Orang tua yang tidak melibatkan diri secara tepat harus merasa bertanggung jawab atas kegagalan anaknya.

5) Individu tidak belajar

Tingkah laku gagal pada dasarnya sebagai hasil dari anak-anak yang tidak belajar untuk memenuhi kebutuhannya melalui terlibat dengan orang lain. Jika individu telah belajar bagaimana memenuhi kebutuhan dan ternyata keadaan berubah dan mempengaruhi kemampuannya untuk berbuat, maka bukan keadaan yang mempengaruhi melainkan sebagai fungsi kurang terlibatnya individu dengan orang lain.

E. Hakikat Konseling

Terapi Realitas merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis, relatif sederhana dan bentuk bantuan langsung kepada konseli, yang dapat dilakukan oleh guru atau konselor di sekolah daam rangka mengembangkan dan

78 membina kepribadian/kesehatan mental konseli secara sukses, dengan cara memberi tanggung jawab kepada konseli yang bersangkutan. Terapi Realitas berprinsip seseorang dapat dengan penuh optimis menerima bantuan dari terapist untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan mampu menghadapi kenyataan tanpa merugikan siapapun. Terapi Realitas lebih menekankan masa kini, maka dalam memberikan bantuan tidak perlu melacak sejauh mungkin pada masa lalunya, sehingga yang paling dipentingkan adalah bagaimana konseli dapat memperoleh kesuksesan pada masa yang akan datang.

Berikut ini merupakan bebarapa karakteristik yang mendasari pelaksanaan konseling realita yaitu:

a. Penekanan pada pilihan dan tangung jawab

Konselor realitas menekankan pada pentingnya pilihan dan tangung jawab individu dalam berperilaku. Karena individu memilih apa yang ia lakukan berarti bahwa individu tersebut hendaknya bertangung jawab terhadap perilaku yang dipilihnya. Untuk itu konselor hendaknya membantu individu menyadari adanya fakta bahwa individu tersebut bertangung jawab terhadap apa yang dilakukanya.

b. Penolakan terhadap transferensi

Konselor realitas berupaya menjadi dirinya sendiri dalam proses konseling. Untuk itu, ia dapat mengunakan hubungan untuk mengajar para konseli bagaimana berinteraksi dengan orang lain dalam hidup mereka. Transferensi merupakan cara konselor dan konseli menghindar untuk menjadi diri mereka sendiri dan memiliki apa yang dikerjakan saat ini. Hal tersebut tidak realistis bagi konselor untuk menjadi orang lain dan bukan menjadi dirinya sendiri. c. Penekanan konseling pada saat sekarang

Beberapa konseli datang ke konselor, dan yakin bahwa masalahnya berawal dari masa lalu dan mereka harus merevisi masa lalu tersebut agar mereka dapat terbantu melalui konseling. Glasser menyakini bahwa kita adalah produk dari masa lalu tetapi kita bukan korban masa lalu kecuali kita memilih untuk menjadi korban masa lalu tersebut. Glasser tidak menyetujui pandangan bahwa kita harus memahami dan merevisi masa lalu agar dapat berfungsi dengan baik saat ini. Menurutnya, kesalahan apapun yang dibuat pada masa lalu tidaklah berhubungan dengan masa sekarang. Kita dapat memuaskan kebutuhan kita pada saat sekarang. Walaupun demikian konseling realitas tidak menolak sepenuhnya masa lalu. Jika konseli ingin bicara tentang keberhasilan masa lalunya atau hubungan yang baik pada masa lalu, konselor akan mendengarkan karena hal tersebut mungkin diulang pada masa sekarang. Konselor akan menggunakan waktu hanya secukupnya bagi kegagalan masa lalu konseli untuk menyakinkan para konseli bahwa konselor tidak menolak mereka.

79 Pemusatan pada gejala-gejala perilaku bermasalah akan melindungi konseli dari kenyataan hubungan saat ini yang tidak memuaskan. Oleh kerena itu konselor realitas meluangkan waktu sesedikit mungkin terhadap gejala-gejala perilaku bermasalah tersebut karena hal tersebut hanya berlangsung selama gejala-gejala tersebut diperlukan untuk menangani hubungan yang tidak memuaskan atau ketidakpuasan pemenuhan kebutuhan dasar.

e. Penentangan pandangan tradisional tentang penyakit mental

Konselor realitas menolak pandangan tradisional bahwa orang yang memiliki gejala masalah fisik dan psikologis adalah orang sakit secara mental. Glasser memperingatkan orang-orang untuk berhati-hati terhadap psikiatri yang dapat membahayakan bagi kesehatan fisik dan mental. Disamping itu, ia mengkritik penetapan psikiatrik yang banyak bersandar pada klasifikasi dan statistik ganguan mental untuk diagnosis dan pemberian bantuanya.

F. Kondisi Pengubahan