• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil responden dalam memberikan pelayanan informasi obat 1. Jenis pelayanan yang diberikan responden

HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Profil responden dalam memberikan pelayanan informasi obat 1. Jenis pelayanan yang diberikan responden

Berdasarkan penelitian, pelayanan yang paling banyak diberikan oleh responden pada saat bertugas adalah membantu memilihkan obat (100%), sebagai

sumber informasi obat dan melayani resep dokter dengan prosentase yang sama sebesar 84%, membantu menegakkan diagnosis untuk penyakit ringan sebesar 76% dan lainnya yaitu : menemui sales-sales, order obat dan membuat laporan-laporan sebesar 16%. Hal ini menunjukkan bahwa responden mengetahui peran dan kewajibannya sebagai drug informer di dalam masyarakat.

Gambaran mengenai pelayanan yang diberikan responden pada saat bertugas di apotek dapat dilihat pada tabel IX.

Tabel IX. Jenis pelayanan yang diberikan responden di-25 apotek di Kota Yogyakarta

No Jenis pelayanan Jumlah Prosentase(%) n = 25

1 Melayani resep dokter 21 84

2 Membantu menegakkan diagnostik untuk penyakit ringan

19 76

3 Membantu memilihkan obat 25 100

4 Sumber informasi 21 84

5 Lainnya 4 16

keterangan :

Lainnya : Menemui sales-sales, order obat, dan membuat laporan. 2. Keterlibatan responden secara aktif dalam pelayanan resep obat.

Peran nyata apoteker sebagai drug informer dapat terlihat melalui keterlibatan apoteker secara aktif dalam pelayanan resep dan penyerahan obat kepada pasien. Keterlibatan apoteker dalam pelayanan resep pasien dapat dilihat pada Gambar 11.

Proses terakhir dalam suatu rangkaian pelayanan resep pasien adalah proses penyerahan obat dan pada saat penyerahan obat tersebut disertai dengan pemberian informasi obat. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 96% responden menyatakan secara aktif terlibat dalam pelayanan resep pasien

sedangkan 4% menyatakan tidak selalu dan kadang pelayanan resep pasien dilakukan oleh asisten apoteker.

96% 4%

terlibat aktif tidak terlibat aktif

Gambar 11. keterlibatan responden dalam pelayanan resep obat di-25 apotek di Kota Yogyakarta

3. Keterlibatan responden dalam penyerahan obat

Pada saat pasien membeli obat baik dengan resep dokter maupun tanpa resep dokter, proses akhir dari pembelian obat tersebut adalah penyerahan obat. Pada saat proses penyerahan obat ini apoteker dapat memberikan informasi obat kepada pasien. Gambaran mengenai keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat kepada pasien selama berada di apotek dapat dilihat pada gambar 12.

12%

88%

terlibat aktif tidak terlibat aktif

Gambar 12. Keterlibatan responden dalam penyerahan obat kepada pasien selama berada di apotek

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa hanya 12% responden selalu terlibat aktif dalam proses penyerahan obat sedangkan 88% responden tidak selalu terlibat dalam penyerahan obat kepada pasien dan dari hasil pengamatan selama penelitian berlangsung, dijumpai bahwa yang menyerahkan obat kepada pasien khususnya menyerahkan obat tanpa resep adalah asisten apoteker, padahal dalam proses penyerahan obat kepada pasien, obat diberikan dan disertai dengan pemberian informasi obat. Apabila dibandingkan dengan keterlibatan responden secara aktif dalam pelayanan resep obat sebanyak 96% (gambar 11) berarti ada sekitar 84% responden yang setelah melayani resep tidak menyerahkan obat, selain itu hanya 12% responden yang selalu menyerahan obat kepada pasien baik dengan resep dokter atau tidak.

Pada saat penyerahan obat harus disertai dengan pemberian informasi obat, tetapi ada responden yang pada saat menyerahkan obat tidak memberikan informasi obat yaitu sebesar 44% sedangkan apoteker yang memberikan informasi obat pada saat menyerahkan obat sebesar 56%. Pemberian informasi obat kepada pasien pada saat penyerahan obat sangat penting khususnya pada obat dengan resep dokter untuk menghindari penggunasalahan obat tetapi apabila dilihat sebanyak 44 % apoteker yang tidak memberikan informasi obat kepada pasien Data ini dapat dilihat pada gambar 13.

44%

56%

tidak ya

Gambar 13. Apakah responden selalu memberikan informasi obat kepada pasien atau tidak

4. Alasan responden tidak memberikan informasi obat pada saat menyerahkan obat

Berdasarkan hasil penelitian diketahui persentasi terbesar alasan responden tidak memberikan informasi obat adalah 12% pembeli dianggap sudah tahu dari package insert/kemasan/brosur, 12% tidak sempat karena banyaknya pembeli, 8% pembeli yang tidak aktif bertanya dan sisanya 12% dengan perincian 8% pembeli tergesa-gesa dan tidak mau diterangkan, dan 4% responden beranggapan bahwa asisten apoteker dipandang sudah mengetahui dan berpengalaman sehingga memberi informasi obat pada saat penyerahan obat adalah asisten apoteker. Menurut undang-undang RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan bahwa pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Asisten apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian di bawah pengawasan apoteker.

Dari 44% responden tidak selalu memberikan informasi obat kepada pasien terutama pada pada pasien yang membeli obat tanpa resep memiliki beberapa alasan mengapa tidak selalu memberikan informasi obat. Alasan-alasan tersebut dapat dilihat pada tabel X.

Tabel X. Alasan responden tidak memberi informasi obat pada saat menyerahkan obat kepada pasien

No Alasan mengapa tidak

memberikan informasi obat

Jumlah Persentase(%)

n = 25 1 Tidak sempat karena banyaknya

pembeli

3 12 2 Kurangnya pengetahuan yang

dimiliki

0 0 3 Pembeli dianggap sudah tahu dari

package insert/kemasan/brosur

3 12 4 Pembeli yang kurang aktif bertanya 2 8

5 Lainnya 3 12

Total 11 44

Keterangan :

Lainnya : 8 % Pembeli tergesa-gesa dan tidak mau diterangkan 4 % Apoteker beranggapan asisten apoteker dipandang

sudah mengetahui dan berpengalaman sehingga memberi informasi obat pada saat penyerahan obat adalah asisten apoteker.

Berdasarkan hasil tersebut berarti pembelian obat tanpa resep di apotek tidak semuanya mendapatkan pelayanan informasi obat di apotek dari responden oleh karena itu diharapkan responden tetap memperhatikan kebutuhan informasi obat dari konsumen obat tanpa resep dimana pengobatannya tidak mendapat pengawasan dokter sehingga perlu adanya informasi obat yang aman dan efektif sehingga terhindar dari penggunasalahan obat. ini berarti responden diharapkan tetap terlibat secara aktif pada saat penyerahan obat walaupun ada asisten apoteker.

5. Jenis informasi obat yang diberikan responden

Jenis-jenis informasi yang diberikan responden pada waktu menyerahkan obat dapat dilihat pada tabel XI.

Tabel XI. informasi yang biasa diberikan pada pasien pada waktu responden menyerahkan obat di-25 apotek di Kota Yogyakarta

No Jenis informasi Jumlah Persentase(%)

n = 25 1 A, B, D 2 8 2 A, D, E 2 8 3 A, B, D, E 5 20 4 A, D, E, F 1 4 5 A, B, C, D, E 5 20 6 A, B, C, D, F 2 8 7 A, B, C, D, E, F 2 8

8 A, B, D dan cara penyimpanan 1 4 9 A, B, C, D, E dan cara

penyimpanan

1 4 10 A, C, E, F dan pilihan lain yang

mungkin lebih murah

2 8 11 A, B,D E, F dan optimasi

upaya-upaya tambahan dalam rangka mempercepat penyembuhan

1 4

12 A, B, C, D, E, F dan interaksi dengan makanan/minuman /obat

1 4 Total 25 100

Keterangan:

A : cara pakai B : dosis C : efek samping D : aturan pakai E : indikasi F : kontraindikasi Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jenis informasi yang diberikan responden pada waktu menyerahkan obat terdiri dari lebih dari 3 cakupan informasi obat. Hal ini sangat baik karena semakin banyak informasi obat yang diberikan responden Apoteker maka kebutuhan pasien akan informasi obat akan terpenuhi.

6. Sumber informasi obat yang tersedia di apotek

Salah satu bekal kesiapan responden di apotek dalam pemberian informasi obat diperlukan tersedianya koleksi buku-buku pedoman pengobatan dan informasi obat untuk menunjang dalam pengetahuan tentang informasi obat.

Tabel XII. Sumber informasi yang tersedia di apotek di-25 apotek di Kota Yogyakarta

No Sumber informasi obat

yang tersedia di apotek

Jumlah Persentase(%)

n = 25

1 Farmakope Indonesia ed.IV 20 80

2 IONI 9 36

3 DOEN 8 32

4 ISO 21 84

5 MIMS 18 72

6 Textbook farmakoterapi and klinis

10 40

7 Lainnya 6 24

Total 92 368 Keterangan :

Lainnya : Brosur/leaflet/majalah medika, Buku tentang obat, BNF, Data klinik farmakologi, OWA, ESO

Resep-resep yang harus dilayani di apotek, selain berisi obat-obat generik dapat juga berisi obat-obat dengan nama dagang atau bahkan campuran keduanya. Buku-buku seperti ISO (Informasi Spesialite Obat), IONI (Informatorium Obat Nasional Indonesia), DOEN (Daftar Obat Essensial Nasional) dan buku lainnya dapat menunjang dalam pemberian informasi obat. Sumber informasi obat yang tersedia di apotek dapat dilihat pada tabel XII.

7. Upaya pribadi responden untuk meningkatkan kualitas informasi obat di-25 apotek di Kota Yogyakarta

Dalam memenuhi pelayanan kefarmasian khususnya pelayanan informasi obat mulai dari filosofi sampai teknis operasional perlu beberapa upaya yaitu penguatan ilmu, kerja sama dengan berbagai pihak, dan berdialog dengan pasien.

Data mengenai upaya-upaya pribadi yang dilakukan apoteker dalam meningkatkan kualitas pelayanan informasi obat dapat dilihat pada tabel XIII.

Tabel XIII. Upaya pribadi responden untuk meningkatkan kualitas informasi obat di-25 apotek di Kota Yogyakarta.

No Upaya-upaya yang dilakukan apoteker Jumlah Presentase(%) n =25 1 A 1 4 2 E 1 4 3 D, E 1 4 4 A, B, C 1 4 5 A, D, E 1 4 6 C, D, F 1 4 7 A, C, D, E 1 4 8 A, B, C, E 1 4 9 B, C, D, E 4 16 10 A, B, C, D, E 3 12 11 A, B, C, E, F 1 4 12 A, C, D, E, F 1 4 13 A, B, C, D, E, F 6 24 14 A, B, C, D, E, F dan berdialog dengan dokter 1 4 15 A, B, C, D, E, F dan searching internet 1 4 Total 25 100 Keterangan :

A : menguasai disiplin ilmu farmasi

B : mempelajari ilmu-ilmu yang terkait dengan pelayanan informasi obat C : mempelajari managemen dan komunikasi dalam memberikan pelayanan informasi obat

D : bertukar pikiran dengan kolega apoteker E : berdialog dengan pasien

Untuk mengetahui gambaran pelayanan informasi obat oleh responden kepada masyarakat dapat dilihat dari upaya-upaya yang dilakukan oleh responden dalam meningkatkan pelayanan informasi obat. Apabila dilihat dari hasil penelitian diketahui bahwa persentasi terbesar (24%) responden melakukan upaya lebih dari 3 upaya pribadi yaitu menguasai disiplin ilmu farmasi, mempelajari ilmu-ilmu yang terkait dengan pelayanan informasi obat, mempelajari manajemen dan komunikasi dalam memberikan pelayanan informasi obat, bertukar pikiran dengan kolega apoteker apabila menemui kesulitan berkenaan dengan informasi obat, berdialog dengan pasien, serta continuing education.

Dokumen terkait