• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.7.1 Perbanyakan secara vegetatif dengan stek cabang dan batang

Perbanyakan bambu duri (B.blumeana) dapat dilakukan dengan cara menggunakan stek batang dan cabang dengan 6 sampel bibit. Masing-masing jenis stek terdiri dari 3 bibit.

Cara perbanyakan dengan stek batang yaitu dari batang bawah sampai tengah yang mengeluarkan batang tunas atau mata tunas pada buku-bukunya. Batang bambu dipotong dengan menggunakan parang atau golok kemudian setelah media tanam disiapkan maka batang dimasukkan ke dalam polybag yang telah berisi media tanam. Sedangkan pada stek cabang juga dipilih dari cabang yang menempel pada indukannya kemudian cabang dipotong mulai dari pangkal yang menempel pada buku batang. Cabang yang telah dipotong lalu dipotong lagi bagian ujungnya.Setelah itu masukan ke dalam polybag yang telah terisi media tanam. Menurut Uchimura (1980) dan Aziz et al. (1991) di acu dalam Aziz (2000) perbanyakan dengan buluh merupakan cara perbanyakan yang sejauh ini berhasil

untuk bambu simpodial dan mudah berakar. Tahapan-tahapan pengambilan bambu duri untuk stek batang dan cabang dapat disajikan pada Gambar 18.

Gambar 18 Tahapan pengambilan bambu duri.

Waktu pembibitan baik dilakukan pada musim hujan karena memiliki tingkat kelembapan yang relatif tinggi sehingga buku-buku batang dan cabang segera muncul tunas (Sutiyono et al. 1996) kemudian menurut Andoko (2003) polybag persemaian stek bambu tersebut diletakan di tempat yang teduh dan lembab serta disiram secara teratur untuk mempercepat keluarnya akar. Setelah ± 2-3 bulan stek cabang bambu yang hidup akan tumbuh akar.

5.7.2 Pemangkasan

Bambu duri (B.blumeana) yang berada di lokasi penelitian dibiarkan tumbuh dengan sendirinya akan membentuk cabang dan ranting yang rapat. Rumpun bambu yang membentuk cabang dan ranting yang rapat dapat membuat zat makanan hanya terkonsentrasi pada pertumbuhan cabang dan ranting.

Pemangkasan sebaiknya dilakukan pada cabang-cabang primer dan yang dapat menganggu pertumbuhan buluh bambu (batang) yang utama.Andoko (2003), pemangkasan yang dilakukan secara teratur akan membuat seluruh zat

makanan diserap oleh pertumbuhan buluh bambu utama sehingga zat-zat makanan tersebut akan menstimulasi pembentukan rebung.

Pemangkasan dilakukan sejak awal penanaman agar rumpunnya tidak terlalu rapat. Kegiatan pemangkasan dilakukan pada awal musim hujan sehingga dapat menstimulasi pertumbuhan rebung yang akan tumbuh pada musim hujan dan batang (buluh) bambu dapat menghasilkan ukuran yang besar. Pemangkasan cabang-cabang bawah dapat mengurangi serangan jamur karena adanya sirkulasi udara yang baik.Pembersihan cabang ini dapat membantu perbaikan pertumbuhan tanaman dan perbaikan kualitas bambunya. Selain itu, pembersihan cabang berduri dan dasar rumpun tua akan meningkatkan produksi batang (buluh) bambu. Buluh dalam satu rumpun sebaiknya tidak dibiarkan terlalu rimbun, harus terdapat jarak satu dengan yang lain. Pemangkasan secara rutin pada rumpun akan mempermudah merangsang pertumbuhan batang baru ditengah-tengah rumpun.

5.7.3 Penyiangan

Rumput, tumbuhan bawah dan semak-semak yang berada di sekitar bambu sebaiknya dibersihkan secara rutin.Penyiangan ini dilakukan agar seluruh hara tanaman dapat dimanfaatkan oleh bambu duri (B.blumeana) saja. Rumput dan semak-semak yang telah dibersihkan sebaiknya dibenamkan di sekitar rumpun bambu agar menjadi kompos yang bermanfaat bagi spesies bambu duri (B.blumeana).

Gambar 19 Tumbuhan bawah yang berada di sekitar rumpun bambu.

5.7.4 Pemasangan pagar

Pemasangan pagar di sekitar rumpun bambu duri (B.blumeana) perlu dilakukan untuk menghindari ketertarikan masyarakat setempat untuk mengambil spesies bambu duri (B.blumeana), sebelum dilakukan pemasangan pagar

sebaiknya tumbuhan bawah, rumput dan semak disiangi terlebih dahulu sehingga lebih mudah untuk pemasangan pagar.

5.7.5 Pembuatan dan pemasangan papan interpretasi

Pembuatan papan interpretasi perlu dilakukan. Isi dari papan interpretasi meliputi nama lokal, nama ilmiah, deskripsi morfologi, manfaat bambu duri, penyebaran, dan dicantumkan foto atau gambar bambu duri serta sebaiknya terbuat dari besi agar lebih tahan lama dan kuat sehingga tidak rusak oleh gangguan alam.

Pemasangan papan interpretasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya manfaat bambu duri dan dapat berupa himbauan atau larangan pengambilan dan perusakan rumpun bambu duri terutama terhadap rebung dan buluh bambu duri.

5.7.6 Kultur jaringan (in-vitro)

Kultur jaringan (Tissue Culture) merupakan istilah umum yang ditujukan pada budidaya secara in vitroterhadap berbagai tanaman yang meliputi batang, daun, akar, bunga, kalus, sel, dan protoplas, dan embrio. Bagian-bagian tersebut disebut eksplan yang diisolasi dari kondisi in-vivo dan dikultur pada medium buatan yang steril sehingga dapat beregenerasi dan berdiferensiasi menjadi tanaman yang lengkap (Street 1997 diacu dalam Zulkarnain 2009).

Menurut (Vongvijitra 1988; Mascerenhos et al. 1998; Saxena 1990 diacu dalam Aziz 1999), tahap-tahap yang dilakukan adalah proferasi tunas kemudian pembentukan akar melewati kalus kemudian embryogenesis (Vongvijitra 1998diacu dalam Aziz 1999). Pada proliferasi tunas terbaik, Vongvijitra (1988) menggunakan media mushige dan skoog (MS) yang ditambah dengan 2 × 10-5 M BAP dengan laju perbanyakan 20-25 tunas.

Prutpongse dan Gavinletvatena (1992) diacu dalam (Aziz 1999) mendapatkan bahwa bahan eksplan yang baik untuk digunakan adalah yang berasal dari kuncup aksilar muda yang cabangnya belum berbunga. Kuncup- kuncup ini ditanam dalam bentuk potongan-potongan buku pada medium MS yang berisi 22 Um BA. Tunas-tunas yang muncul harus diakarkan pada medium MS yang berisi 5.4 Um NAA. Dari hasil percobaan-percobaan tahun 1997 atau 1998 didapatkan media MS dengan penambahan 3.0 ppm BAP dan 1.0 ppm

Kineting dapat mempertinggi tunas sedangkan media MS yang diperkaya dengan 2.0 BAP dan 0,5 ppm Kineting menginduksi pertunasan baru dari potongan buku serta untuk pembentukan kalus media MS yang diperkaya dengan Picloram 1.0 ppm adalah yang terbaik.

5.7.7 Penyiraman

Penyiraman dilakukan terutama pada bulan-bulan yang kering sehingga pertumbuhan bambu lebih cepat dan dapat menghasilkan rebung dan buluh bambu yang bermutu baik.

5.7.8 Pembersihan gulma

Pembersihan gulma melalui penyiangan dan pembuatan guludan yang dibuat di sekitar tanaman dan di dalam radius yang agak luas cukup dengan pembabatan atau penyemprotan hibrisida.

5.7.9 Pemupukan

Pemupukan sangat dianjurkan untuk meningkatkan pertumbuhan tumbuhan bambu. Sutrisno (2008), pemupukan dapat dilakukan setiap 3 bulan atau sekali dalam setahun tergantung kondisi tanahnya. Dosis pupuk per hektar hingga mencapai 300 kg nitrogen (1,5 kg setiap rumpun) atau rumpun batang jenis besar dapat mencapai 10 kg setiap satu rumpun. Penggunaan pupuk yang berlebihan terutama selama 4-6 minggu sebelum rebung tumbuh akan menyebabkan rebung menjadi lembek dan bertekstur kasar.

5.7.10 Pemberantasan hama dan penyakit

Dransfield et al. (1995), di Filipina bambu duri umumnya mengalami karat daun yang disebabkan oleh hama (Phakopsora loutidae) dan tungau yang disebabkan oleh hama (Schizostatranycus floressi). Tungau ini biasanya menyerang daun bambu. Penyakit dan hama tersebut tidak terlalu berdampak serius bagi pertumbuhan bambu.

Pemberantasan hama dan penyakit pada tanaman bambu dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan fungisida atau insektisida yang sesuai dengan jenis hama atau penyakit yang menyerang tanaman bambu. Sutrisno (2008), pembasmian hama dapat menggunakan kerosene (5%), suspense air, dimetro ociclohexylphenol yang dilumuri resin, cresoto, garam wolman, borax, suspense garam anorganik atau minyak ranggon.

Dokumen terkait