• Tidak ada hasil yang ditemukan

PS PERENCANAAN WILAYAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

HASIL DAN PEMBAHASAN

PS PERENCANAAN WILAYAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007 LEGENDA Batas Administrasi Sungai besar Sungai kecil Batas Kabupaten Jalan Provinsi Jalan Kabupaten # ibukota kecamatan % Ibukota Kabupaten Jalan Kecamatan PETA ARAHAN PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN PERKEBUNAN 8 0 8 16 Kilometers # # # # # # # # # # # # # # # # % Tekad Napal Ngarip Sukaraja Adiluwih Way Nipah

Margoyoso Gumuk Mas Pringsewu

Pardasuka Putih Doh Gadingrejo Kota Agung Sukoharjo I Talang Padang Tanjung Kurung Rantau Tijang P. Tabuhan T EL U K S E M A N G K A

KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN S A M U D R A IND O N ES IA KAB UP ATE N LAM PU NG B AR AT Sumber: - Puslittanak Bogor tahun 1990 - Bappeda Kabupaten Tanggamus 5 °4 4 '3 0 " 5°4 4 '3 0 " 5 °2 9 '0 0 " 5°2 9 '0 0 " 5 °1 3 '3 0 " 5°1 3 '3 0 " 104°31'00" 104°31'00" 104°46'30" 104°46'30" 105°2'00" 105°2'00"

Warna Keterangan Warna Luas

Laut

Peruntukan Lahan

Hutan lindung Hutan lindung sosial Pantai berhutan bakau Kawasan lahan basah Kawasan pertambakan Hortikultura dataran tinggi Hortikultura dataran rendah Perkebunan besar Perkebunan rakyat Taman Nasional Bukit Arahan intensifikasi kopi Areal intensifikasi, diversifikasi Areal perkebunan kelapa rakyat Arahan Ekstensifikasi Sawit Areal perkebunan lada rakyat Arahan Ekstensifikasi Karet

Arahan Pengembangan Barisan Selatan 104.198,00 26.588,74 361,35 56.371,29 5.294,09 5.193,39 125.818,70 9.473,00 2.605,16 4.799,09 11.450,00 10.071,00 20.708,00 30.225,00 50.861,00 dan ekstensifikasi kakao

103

Arahan Pengembangan Kakao

Arahan pengembangan komoditas kakao di Kabupaten Tanggamus adalah dengan perluasan, rehabilitasi dan intensifikasi. Perluasan dilakukan pada areal yang masih tersedia dan memiliki kelas kesesuaian lahan sesuai untuk tanaman kakao. Rehabilitasi dan Intensifikasi dilakukan pada areal eksisting perkebunan kakao rakyat yang ada saat ini yaitu di Kecamatan Kota Agung, Pematang Sawa, Adiluwih, Cukuh Balak dan Kelumbayan. Arahan pengembangan kakao dan Peta arahan pengembangan kakao dapat dilihat pada Tabel 21 dan Gambar 18. Harga kakao relatif stabil karena kebutuhan industri berbahan baku kakao lebih banyak sehingga permintaan akan kakao juga lebih tinggi. Alasan lain yang menyebabkan tingginya minat petani untuk menanam kakao adalah sifat panen tidak musiman. Pemanenan kakao dilakukan secara mingguan sehingga menjamin pendapatan petani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Komoditas kakao di Kabupaten Tanggamus banyak ditanam sebagai tanaman sela diantara tanaman kelapa atau ditumpangsarikan dengan lada, perawatan yang dilakukan sebagian besar masih secara tradisional, sehingga produktivitasnya tidak maksimal. Upaya peningkatan produksi harus diupayakan karena permintaan terhadap biji kakao sangat tinggi. Seperti diketahui produk olahan yang memerlukan kakao sebagai bahan dasar relatif lebih banyak dibanding komoditas perkebunan lainnya, yaitu antara lain lemak coklat (cocoa butler), bubuk coklat (cocoa powder), pasta coklat (cocoa paste) serta coklat olahan lainnya, sehingga peluang pasar untuk menampung produksi petani masih sangat tinggi.

Selain upaya peningkatan produksi melalui perbaikan budidaya, peningkatan sarana transportasi juga sangat penting dilakukan, dengan meningkatnya akses ke sentra – sentra kakao akan memperlancar pengangkutan produk bahkan akan mengundang penampung-penampung besar atau eksportir untuk langsung datang karena lokasi mudah dicapai. Perbaikan infrastruktur juga diharapkan akan mendorong program pengembangan komoditas unggulan. Semakin tinggi tingkat pelayanan sosial ekonomi dan ketersediaan infrastruktur, makin tinggi minat investor untuk menanamkan modalnya.

Arahan Pengembangan Kelapa

Arahan pengembangan komoditas kelapa di Kabupaten Tanggamus adalah dengan diversifikasi dan intensifikasi. Diversifikasi dilakukan dengan komoditas perkebunan lainnya. Intensifikasi dilakukan pada areal eksisting perkebunan kakao kelapa yang ada saat ini yaitu di Kecamatan Wonosobo, Semaka, Kota Agung, Talang Padang, Sukoharjo, Pringsewu, Adiluwih, Gadingrejo dan Kelumbayan. Arah pengembangan komoditas kelapa dapat dilihat pada Tabel 21.

Secara umum kelapa memiliki areal terluas di Kabupaten Tanggamus dan penyebarannya dapat ditemui hampir diseluruh kecamatan. Kecamatan Kotaagung memiliki produktivitas tertinggi karena wilayah tersebut merupakan daerah pantai yag sangat cocok untuk pertumbuhan kelapa lokal. Wilayah pengembangan kelapa prioritas pemerintah daerah adalah Kecamatan Wonosobo, karena kecamatan tersebut memiliki kesesuaian lahan untuk pengembangan kelapa dan mempunyai nilai LQ>1. Wilayah Sukoharjo, Gadingrejo, dan Adiluwih walaupun memiliki luas areal yang tinggi namun produktivitasnya relatif rendah karena kelapa merupakan tanaman sela untuk kakao. Sebagian masyarakat yang lebih mementingkan pemeliharaan kakao menyebabkan produksi kelapa kurang selain faktor kesuburan tanah yang berbeda dengan Kecamatan Kota Agung. Peta arahan pengembangan kelapa dapat dilihat pada Gambar 18.

Tanaman kelapa yang ada dikabupaten Tangamus pada umumnya merupakan tanaman tua (di atas 20 tahun), dengan pemeliharaan yang konvensional sehingga kondisi saat ini produktifitasnya semakin menurun. Upaya peremajaan dilakukan dengan menggunakan bibit cabutan yang berasal dari kebun sendiri. Pengolahan pasca panen yang dilakukan sebagian petani secara umum baru berupa pembuatan kelapa kopra, gula kelapa, dan kelapa butiran sedangkan pengolahan menjadi produk olahan lain adalah arang tempurung (charcoal), nata de coco dan VCO. Hal ini disebabkan selain karena rendahnya pengetahuan petani juga keterbatasan modal yang dimiliki. Untuk memproduksi produk turunan kelapa memerlukan modal yang tidak sedikit, karena itu pendampingan petani melalui penyuluhan mengenai teknik-teknik pengelolaan pascapanen dan bantuan penguatan modal untuk kelompok tani masih sangat diperlukan.

105

Arahan Pengembangan Lada

Arahan pengembangan lada adalah dengan melakukan penanaman diversifikasi lada dengan tanaman perkebunan lainnya (kopi, kakao, kelapa). minimal 10 %, sehingga tidak ada pertanaman lada monokultur. Pengembangan lada dilakukan untuk menambah pendapatan petani sehingga sangat dianjurkan untuk melakukan diversifikasi. Permasalahan pada budidaya lada terutama produksinya yang masih rendah, disebabkan penyakit busuk pangkal batang yang pengendaliannya sangat sulit, karena letaknya didalam tanah sehingga seringkali tanaman tiba-tiba mati karena terlambat dideteksi, selain itu fluktuasi harga yang sangat tinggi sehingga menimbulkan keengganan petani untuk mengusahakannya. Upaya pemerintah daerah untuk mengembangkan dan meningkatkan produktivitas lada perlu dilakukan mengingat Tanggamus memiliki lahan yang sesuai untuk pertumbuhan lada. Pewilayahan lada diharapkan dapat menjadikan Tanggamus yang secara historis merupakan penghasil lada dapat kembali menjadi sentra. Peta arahan pengembangan lada disajikan pada Gambar 18.

Arahan Pengembangan Kelapa Sawit dan Karet

Komoditas kelapa sawit dan karet merupakan komoditas yang baru dikembangkan di Kabupaten Tanggamus, pengembangan komoditas ini diarahkan untuk memanfaatkan lahan-lahan perkebunan kurang subur yang banyak tidak dimanfaatkan oleh masyarakat. Arahan pengembangan komoditas kelapa sawit yang dilakukan pemerintah daerah saat ini adalah di wilayah Kecamatan Pagelaran, Sukoharjo, Adiluwih dan Banyumas. Lokasi arahan pengembangan kelapa sawit dan karet dapat dilihat pada Tabel 21, peta arahan kelapa sawit dan karet disajikan pada Gambar 18.

Kelapa sawit dipilih oleh Pemerintah Daerah untuk dikembangkan di Kabupaten Tanggamus karena Kabupaten Tanggamus memiliki kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit, harga Crude Palm Oil (CPO) cukup tinggi dan stabil dipasaran serta adanya kemitraan dengan PTPN VII yang menjamin pemasaran sawit rakyat. Komoditas karet diarahkan untuk dikembangkan di Kabupaten Tanggamus karena harganya tinggi, pemasarannnya mudah dan banyak penampung dari perusahaan swasta (contoh: PT. Garuntang) yang bersedia

menerima karet petani. Selain itu pemanenan karet yang tidak bersifat musiman tetapi harian dapat membantu petani memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Dukungan Pemerintah Kabupaten Tanggamus dalam pengembangan perkebunan dilakukan dengan adanya kebijakan-kebijakan di bidang perkebunan antara lain dengan mengadakan MOU dengan PTPN VII dan Pusat Penelitian Koka Jember yaitu mengadakan kemitraan petani kelapa sawit dan kakao dalam rangka pengembangan komoditas perkebunan. Untuk karet direncanakan akan dilakukan kerjasama dengan Pusat Penelitian Karet Sembawa.

Berdasarkan uraian diatas maka pengembangan komoditas perkebunan perlu dilakukan oleh pemerintah kabupaten. Produksi yang rendah menunjukkan bahwa usaha intensifikasi dan rehabilitasi masih kurang dilaksanakan. Perluasan areal juga sangat kurang walaupun terjadi peningkatan areal tanaman muda. Peningkatan terjadi karena penambahan tanaman muda berada dalam areal yang sudah ada bukan menambah lahan baru, sehingga lebih bersifat peremajaan. Potensi perkebunan berupa lahan perkebunan yang belum dimanfaatkan, produktivitas petani yang perlu ditingkatkan serta kondisi sosial ekonomi merupakan sasaran pengembangan perkebunan di Kabupaten Tanggamus.

Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Perkebunan

Agar tujuan pengembangan komoditas unggulan dapat tercapai perlu dibuat strategi untuk mencapainya. Strategi pengembangan perkebunan yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah adalah dengan melakukan kebijakan secara integral antara pengembangan subsektor perkebunan yang berbasis komoditas unggulan dan pengembangan sentra produksi dan sentra industri yang berbasis potensi kecamatan. Pemerintah perlu melaksanakan peningkatan produktivitas petani antara lain melalui pengembangan sumberdaya manusia pertanian, peningkatan produksi, pengembangan infrastruktur penunjang pertanian dan perbaikan pengolahan hasil dan pemasaran.

Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian

Pengembangan sumber daya manusia pertanian dilakukan dengan melakukan pemberdayaan petani. Pemberdayaan petani (masyarakat) diartikan sebagai upaya meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam perencanaan,

107 pelaksanaan, dan kepemilikan dari prasarana dan sarana yang dibangun. Upaya- upaya yang perlu dilakukan untuk memobilisasi masyarakat dan keluarga serta memberdayakan masyarakat dalam kaitannya dengan pengembangan perkebunan. Upaya ini antara lain melalui berbagai pelatihan, pendampingan dan berbagai kegiatan pengembangan kemampuan lainnya yang berhubungan dengan pembangunan perkebunan rakyat berkelanjutan mulai dari penjajagan masalah, perencanaan, pelaksanaan, operasi dan pemeliharaan serta pengembangan lebih lanjut guna mencapai kesinambungan.

Pelatihan petani dilakukan baik teknis maupun non teknis. Pelatihan teknis tersebut dapat berupa; (1) pelatihan pembangunan kebun entris; (2) pelatihan pengenalan jenis klon; (3) pelatihan penyambungan; (4) pelatihan budidaya; (5)

pelatihan pengendalian hama dan penyakit; (6) pelatihan pengolahan hasil; (7) pelatihan pengolahan hasil perkebunan; dan (8) pelatihan teknis keuangan dan

lain sebagainya. Pelatihan petani non teknis (farmer empowerment) meliputi beberapa tahapan yaitu; (1) pelatihan penumbuhan kebersamaan petani (dinamika kelompok); (2) pelatihan penguatan kelembagaan petani; dan (3) pelatihan pengembangan kelembagaan dan usaha (management perkoperasian)

Kegiatan pelatihan petani diperlukan untuk meningkatkan SDM petani dengan pemberian materi yang cukup beragam. Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah peningkatan kualitas SDM petani secara individu yang mecakup aspek kognisi, afeksi, keterampilan baik dibidang kerjasama, manajemen kegiatan on farm dan off farm maupun teknis budidaya.

Peningkatan Produktivitas

Strategi peningkatan produktivitas ditekankan pada aspek budidaya dengan rencana intensifikasi yang meliputi rehabilitasi perkebunan rakyat dan diversifikasi usahatani serta rencana ekstensifikasi atau perluasan areal. Intensifikasi dilaksanakan pada sentra-sentra produksi. Untuk rencana ekstensifikasi, perlu adanya investasi swasta dan kemitraan dengan petani/masyarakat.

Kegiatan rehabilitasi perkebunan rakyat, harus didasarkan pada kebutuhan riil masyarakat setempat dan akan memberikan pilihan yang diinformasikan (Informed Choice) kepada masyarakat. Pilihan yang diinformasikan tersebut

menyangkut seluruh aspek peningkatan produktivitas perkebunan rakyat termasuk sarana dan pilihan teknologi baru pengolahan komoditi yang mencakup aspek teknologi, pembiayaan, lingkungan, sosial dan budaya serta kelembagaan pengelolaan.

Rehabilitasi perkebunan rakyat dilakukan dengan melakukan peremajaan pada tanaman yang sudah tua. Peremajaan/rehabilitasi pada tanaman kopi dilakukan dengan melakukan pangkasan peremajaan (rejuvinasi) yaitu suatu proses untuk membuat kebun kopi yang sudah tua atau yang tidak produktif menjadi muda kembali tanpa disertai penebangan dan penanaman baru. Batang pohon pelindung kopi berupa tanaman dadap dapat dimanfaatkan untuk tiang pemanjat tanaman lada, dengan demikian petani kopi mendapat penghasilan tambahan dari tanaman lada. Klonalisasi tanaman kakao dewasa atau yang telah berusia lanjut dilakukan dengan cara sambungan celah samping atau okulasi (mature budding). Pelaksanaan penyambungan dilakukan secara bertahap / selektif, sehingga sebelum hasil sambungan berbuah petani masih mendapat hasil dari tanaman yang belum disambung. Sebagai pelindung tetap kakao disarankan tanaman kelapa, bila tanaman kelapa belum cukup tinggi dapat ditanam pelindung sementara seperti pisang.

Pemeliharaan tanaman juga sangat perlu dilakukan, berupa penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama penyakit hendaknya menerapkan prinsip pengendalian terpadu (Integrated Pest Management / IPM). Diversifikasi usaha tani dapat berupa penanaman tanaman diversifikasi diantara tanaman utama dan pemeliharaan ternak. Pemilihan jenis tanaman diversifikasi haruslah mempertimbangkan kesesuaian lahan dan iklim serta tersedia pasar dari produk yang dihasilkannya. Disamping tanaman semusim dapat juga ditanam tanaman keras seperti tanaman lada.

Diversifikasi sistem usahatani dengan komoditi utama akan meningkatkan pemanfaatan sumberdaya manusia atau peningkatan pemintaan akan tenaga kerja upahan, sehingga rumah tangga buruh tani mendapat peluang kerja dengan program diversifikasi usahatani.

109 Pengembangan Infrastruktur Penunjang Pertanian

Sarana dan prasaran yang memadai merupakan pendukung utama pengembangan perkebunan. Kegiatan pengembangan sarana dan prasarana perkebunan meliputi perbaikan sistem pemasaran dan pembangunan sarana dan prasarana fisik

Peningkatan infrastruktur juga akan meningkatkan kelembagaan petani. Infrastruktur yang baik akan memperlancar transportasi, mengurangi biaya transport, sehingga berdampak positif pada turunnya biaya produksi. Komponen kegiatan prasarana fisik yang dibangun berupa prasarana transportasi darat, yaitu jalan dan jembatan.

Perbaikan dan pembangunan jaringan jalan akan memudahkan mobilisasi masyarakat dan memudahkan pengangkutan saprotan dan hasil panen selain itu akan membuka akses yang diharapkan akan meningkatkan perekonomian desa. Pembangunan jalan diprioritaskan pada jalan desa yang menghubungkan daerah sentra produksi dengan kota atau pusat distribusi.

Peningkatan kegiatan off-farm membutuhkan upaya peningkatan infrastruktur fasilitas perekonomian dan pengadaan sarana produksi pertanian. Peranan dan investasi pemerintah sangat diperlukan dalam penyediaan infrastruktur penunjang pertanian terutama jalan usahatani sehingga memperlancar kegiatan usahatani dan mendorong peningkatan produksi.

Perbaikan Pengolahan Hasil dan Pemasaran

Secara internal yang perlu dilakukan untuk pengolahan hasil yang baik adalah penyadaran bahwa pendapatan yang baik dapat diperoleh dengan menghasilkan bahan olahan yang baik dan secara eksternal harus dijamin bahwa terdapat perbedaan penghargaan terhadap bahan olahan yang bermutu baik dengan yang jelek. Pengolahan hasil di tingkat petani untuk memperoleh bahan olah membutuhkan ketrampilan dan penguasaan teknis petani, sehingga diperlukan pelatihan pengolahan pasca panen serta pentingnya pelatihan enterpreneurship bagi petani untuk membangun jiwa kewirausahaan.

Perbaikan mutu hasil perkebunan yang perlu mendapat prioritas adalah panen masak dan pengeringan. Pengeringan atau penjemuran hendaknya

menggunakan lantai penjemuran atau menggunakan tikar. Dalam rangka peningkatan pendapatan petani perlu dikembangkan diversifikasi produk. Selain itu petani juga dapat melakukan pemasaran bersama atau melakukan kemitraan guna meningkatkan posisi tawar sehingga dapat mengendalikan harga pasar dan tidak dipermainkan oleh pedagang pengumpul atau tengkulak.

Langkah penganekaragaman produk juga dapat dilakukan tetapi harus disertai dengan pendampingan oleh ahli yang benar-benar dapat membantu petani untuk memasarkan hasil Kegagalan pemasaran seringkali menyebabkan semangat untuk mengolah menjadi lemah.

Perbaikan sistem pemasaran hasil pertanian rakyat hanya mungkin dilakukan antara lain dengan meningkatkan posisi tawar petani dengan meniadakan pemasaran oleh petani secara individu dan menggantikan dengan pemasaran secara bersama. Mekanisme ini akan memperkuat kelembagaan dan posisi petani dalam menentukan harga jual bahan baku dari petani. Kebijakan ini juga dapat memperpendek rantai pemasaran. Program pemberdayaan ini diharapkan mampu meningkatkan kebersamaan berkelompok yang akhirnya mampu membentuk koperasi berdasarkan kemauan mereka sendiri.

Alternatif lainnya adalah dengan membangun pasar lelang bahan baku hasil-hasil perkebunan. Pasar lelang khusus bahan baku disediakan oleh pemerintah daerah agar dapat mempengaruhi harga sekitar wilayah petani dan dapat digunakan untuk melakukan pengujian terhadap mutu produk petani. Penyediaan informasi pasar juga penting dalam pengembangan pasar lelang ini.

Dokumen terkait