• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Data iklim di sekitar daerah penelitian yang meliputi (a) curah hujan, (b) suhu udara, (c) kelembaban udara, (d) kecepatan angin permukaan, dan (e) intensitas penyinaran matahari harian.

2. Data koordinat geografis dan elevasi (ketinggian) stasiun cuaca.

3. Data spasial daerah penelitian yang berupa (a) peta dasar digital yang antara lain berisikan layer kota, batas administrasi, garis pantai, jaringan jalan, sungai dan waduk, (b) Digital Elevation Model (DEM), (c) peta daerah irigasi Jatiluhur, (d) peta tanah, dan (e) citra satelit.

4. Data inflow dan outflow Waduk Jatiluhur.

5. Data debit anak sungai di sepanjang aliran Saluran Tarum sampai ke area irigasi pertanian di wilayah Pantura.

6. Data pola tanam, jenis dan luas lahan pertanian di daerah irigasi Jatiluhur. Data Iklim

Data curah hujan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data historis bulanan dari 43 lokasi stasiun penakar curah hujan yang tersebar di daerah penelitian. Dari sejumlah 43 lokasi stasiun penakar tersebut, 22 lokasi berada di dalam DAS Citarum Hulu, 13 lokasi di daerah Pantura dan 8 lokasi lainnya berada di antara DAS Citarum Hulu dan daerah Pantura. Untuk melihat tren kondisi curah hujan di daerah penelitian digunakan data historis bulanan selama 20 tahun (1990-2009), sedangkan untuk keperluan analisis

16 digunakan data historis selama 10 tahun terakhir (2000-2009) untuk menyesuaikan dengan periode ketersediaan data yang lain. Data curah hujan ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari UPT Hujan Buatan BPPT, PJT-II, PLTA Cirata dan PLTA Saguling. Data ini digunakan untuk keperluan analisis neraca air dan indeks kekeringan.

Selain data curah hujan, data suhu juga digunakan untuk analisis neraca air lahan dan indeks kekeringan. Data suhu ini mutlak diperlukan terutama dalam menentukan besarnya evapotranspirasi potensial (PE). Data suhu tidak tersedia pada beberapa lokasi stasiun cuaca,sehingga untuk mengatasinya dilakukan pendugaan dengan teknik interpolasi dari stasiun/lokasi terdekat yang memiliki data suhu, dengan memperhitungkan faktor ketinggian tempat. Data suhu untuk penelitian ini diambil dari 3 lokasi stasiun cuaca milik Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), yaitu dari stasiun Jatisari (di daerah Pantura), stasiun Kalijati (daerah antara DAS Citarum Hulu dan Pantura) dan stasiun Geofisika Bandung (di DAS Citarum Hulu). Data suhu yang digunakan adalah data tahun 2000-2009.

Untuk analisis kebutuhan air tanaman di daerah Pantura, selain data suhu dan curah hujan juga digunakan data parameter iklim lain yaitu data kelembaban udara, kecepatan angin dan intensitas penyinaran matahari harian, yang diambil dari stasiun Jatisari, untuk periode yang sama yaitu tahun 2000-2009. Data iklim bersumber dari Kantor Stasiun Klimatologi Kelas I Darmaga,Bogor.Sebaran spasial stasiun cuaca yang datanya digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Peta Lokasi Daerah Penelitian di Lampiran 1.

Data Koordinat Geografis dan Elevasi Stasiun Cuaca

Data lokasi astronomis atau koordinat geografis dari setiap stasiun cuaca diperlukan untuk pemetaan hasil perhitungan neraca air dan indeks kekeringan, sementara data elevasi/ketinggian tempat stasiun cuaca digunakan untuk menginterpolasi nilai suhu. Data elevasi stasiun cuaca yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari PJT-II dan Kantor Stasiun Klimatologi Kelas I Darmaga, Bogor. Untuk beberapa stasiun cuaca yang tidak diketahui elevasinya , pendugaan elevasi dilakukan melalui analisis spasial data DEM dari hasil plotting posisi stasiun cuaca berdasarkan lokasi geografisnya. Satuan dari ketinggian/elevasi dinyatakan dalam m dpl (meter di atas permukaan laut).

Data Spasial

Peta dasar digital yang antara lain berisikan layer kota, batas administrasi, garis pantai, jaringan jalan, sungai dan waduk digunakan sebagai base map untuk beberapa peta tematik yang dibuat dalam penelitian ini. Data DEM digunakan dalam analisis 3 dimensi,

17 yaitu dalam menentukan batas topografi catchment area dan juga dalam menentukan elevasi stasiun cuaca yang belum diketahui ketinggiannya. Peta daerah irigasi Jatiluhur digunakan untuk mengetahui batas dan menghitung luas area sawah pada setiap blok golongan jadwal pemberian air irigasi. Data luasan tiap blok pada daerah irigasi Jatiluhur diperlukan untuk analisis kebutuhan air tanaman dan air irigasi di daerah tersebut.

Peta tanah daerah penelitian digunakan untuk mengidentifikasi jenis tekstur tanah pada lokasi stasiun cuaca yang datanya digunakan dalam analisis neraca air lahan dan indeks kekeringan. Dalam penelitian ini jenis tekstur tanah diklasifikasikan menurut lima jenis yaitu (1) pasir halus, (2) lempung berpasir, (3) lempung berdebu, (4) lempung berliat dan (5) liat.

Data citra satelit yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra satelit SPOT Image yang diambil dari Google Earth yang mempunyai resolusi spasial cukup tinggi yaitu sekitar 10-20 meter. Secara temporal citra satelit SPOT Image yang digunakan dalam penelitian ini juga datanya relatif cukup update, dengan waktu perekaman berkisar antara tahun 2002-2009. Analisis citra satelit ini dilakukan untuk mengidentifikasi jenis tutupan lahan (vegetasi) pada lokasi stasiun cuaca yang datanya digunakan dalam analisis neraca air lahan dan indeks kekeringan. Dalam penelitian ini jenis vegetasi di sekitar stasiun penakar curah hujan diklasifikasikan menurut lima jenis vegetasi yaitu (1) tanaman berakar dangkal, (2) tanaman berakar moderat, (3) tanaman berakar dalam, (4) orchard dan (5) hutan tua tertutup.

Data mengenai jenis tekstur tanah dan jenis vegetasi diperlukan untuk menentukan nilai water holding capacity (WHC) atau kapasitas tanah dalam menyimpan air yang nantinya akan mempengaruhi analisis neraca air (water balance). Nilai WHC berdasarkan tekstur tanah dan jenis vegetasi tersebut ditentukan berdasarkan tabel pendugaan.

Contoh capture citra satelit SPOT Image yang diambil Google Earth ditampilkan dalam Gambar 3. Gambar sebelah kiri memperlihatkan jenis tutupan lahan persawahan di Stasiun Setu, sementara gambar sebelah kanan adalah jenis tutupan lahan permukiman di Stasiun Ujung Berung.

18 Gambar 3. Contoh capture citra satelit SPOT Image dari Google Earth

Data Inflow dan Outflow Waduk Jatiluhur

Data inflow dan outflow Waduk Jatiluhur digunakan untuk memperhitungkan neraca air di Waduk Jatiluhur itu sendiri. Data ini diperoleh dari PJT-II untuk periode tahun 2000 - 2009 (periode 10 tahun)

Data Debit Anak Sungai di Sepanjang Aliran Saluran Tarum

Data debit dari sejumlah anak sungai yang alirannya masuk ke dalam aliran Sungai Citarum yang mengaliri area irigasi pertanian di wilayah Pantura diperlukan untuk mengetahui potensi air tambahan yang mampu memberikan pasokan air irigasi secara alami ke daerah pertanian di wilayah Pantura. Sejumlah anak sungai yang dimaksud adalah sebagai berikut : (1) Sungai Cipunagara di Bendung Salamdarma, (2) Sungai Ciasem di Bendung Macan, (3) Sungai Ciherang/Cilamaya di Bendung Barugbug, (4) Sungai Cikarang di Bendung Cikarang, (5) Sungai Cibeet di Bendung Cibeet dan (6) Sungai Bekasi di Bendung Bekasi. Data ini diperoleh dari PJT-II. Panjang historis data selama 9 tahun (2000-2008).

Data Jenis Tanaman dan Luasannya Serta Pola Tanam di Wilayah Pantura

Ketiga jenis data ini diperlukan untuk menghitung kebutuhan air tanaman di wilayah Pantura yang air irigasinya dipasok dari Waduk Jatiluhur. Ketiga data ini didapat dari hasil wawancara dengan narasumber maupun data sekunder yang ada di PJT-II.

19

Analisis Data

Dokumen terkait