BAB II.LANDASAN TEORI
A. Remaja Awal
Knoers, Haditono, 2006). Peneliti memutuskan untuk meneliti remaja awal
karena pada masa tersebut remaja berada dalam masa transisi dari masa
kanak-kanak akhir menuju ke masa remaja awal. Pada masa transisi ini,
remaja berpotensi mengalami permasalahan dalam hidupnya.
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara konformitas kelompok teman sebaya
dan resiliensi pada remaja awal?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan atau korelasi antara
konformitas kelompok teman sebaya dengan resiliensi pada remaja awal.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan khususnya
dalam ilmu psikologi perkembangan remaja. Selain itu, penelitian ini
dapat memberi sumbangan penelitian mengenai resiliensi pada remaja
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
pembaca mengenai resiliensi pada remaja awal. Melalui penelitian ini,
remaja, khususnya remaja usia 12-15 tahun (remaja awal) dapat
memahami tentang pentingnya resiliensi dalam proses perkembangan
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Remaja Awal
1. Pengertian Remaja Awal
Remaja atau dikenal dengan istilah ”adolescence”, berasal dari Bahasa Latin ”adolescere”. Istilah tersebut memiliki arti tumbuh menjadi
dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa (Hurlock, 1990). Masa
remaja secara umum berlangsung antara usia 12-21 tahun. Menurut
Mönks, Knoers, dan Haditono (2006) usia 12-15 tahun termasuk pada
masa remaja awal. Pada masa remaja awal ditandai dengan masuknya anak
pada masa pubertas. Masa pubertas adalah serangkaian dari periode
perkembangan yang ditandai dengan kematangan fisik yang pesat, adanya
perubahan hormonal dan tubuh seseorang (Santrock, 2007). Hal tersebut
ditandai dengan adanya perkembangan fisik, kognitif dan psikososial
remaja yang diurai sebagai berikut :
a. Perkembangan Fisik Awal
Perkembangan fisik adalah perubahan yang terjadi pada tubuh,
otak, kapasitas sensori, dan keterampilan motorik (Papalia dan Olds,
2001). Pada masa remaja awal dikenal dengan masa pubertas. Remaja
mulai mengalami perubahan-perubahan biologis diantaranya
pertambahan tinggi tubuh yang berlangsung cepat, perubahan
laki-laki mulai muncul kumis/janggut, otot, dan mampu menghasilkan sel
sperma. Pada anak perempuan mulai tampak perubahan bentuk
payudara dan pinggul yang mulai membesar serta mulailah siklus
menstruasi (Sarwono, 2007).
b. Perkembangan Kognitif Awal
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003) remaja berada dalam
tahap perkembangan kognitif yang terakhir, yaitu tahap operasional
formal. Tahap ini muncul pada usia 11-15 tahun dimana remaja
mengalami peningkatan pada kemampuan berpikir. Pada tahap ini
remaja mulai berpikir secara lebih abstrak, lebih idealis, dan logis.
Remaja mulai membuat perencanaan-perencanaan untuk memecahkan
masalah dan secara sistematis menguji solusi yang telah dibuatnya. Hal
tersebut oleh Piaget dinamakan sebagai penalaran hipotesis deduktif
(hypothetical-deductive reasoning) yaitu kemampuan remaja untuk
mengembangkan hipotesis atau dugaan tentang bagaimana
memecahkan suatu masalah. Setelah hipotesis dikembangkan, remaja
secara sistematis melakukan deduksi pada langkah yang paling baik
untuk memecahkan masalah (Santrock, 2007).
c. Perkembangan Psikososial Awal
Perkembangan psikososial ini pada dasarnya menggunakan
tetapi, perkembangan ini dimulai pada saat masa remaja awal di mana
remaja mulai berpikir mengenai siapa diri mereka dan hal-hal apa yang
membuat mereka tampak berbeda dari orang lain (Santrock, 2003).
Menurut Erikson (dalam Santrock, 2003) remaja mulai mengalami
tahap identitas versus kebingungan identitas (identity versus identity
confusion). Remaja mulai berusaha menemukan siapakah diri mereka,
apa yang terdapat dalam diri mereka, dan tujuan hidup mereka.
Hubungan remaja dengan lingkungan sosial juga mulai berubah dari
hubungan yang lekat dengan keluarga menjadi hubungan dengan
teman sebaya. Penerimaan teman sebaya mulai menjadi hal penting
bagi remaja. Teman sebaya adalah tempat remaja untuk berbagi
perasaan, pengalaman dan menjadi bagian dari pembentukan identitas
pada remaja (Gunarsa, 2004). Oleh karena hubungan yang lekat antara
remaja dengan teman sebaya, mulai muncullah konformitas.
2. Karakteristik Remaja Awal
Menginjak masa remaja, terjadi perubahan yang besar pada sikap
dan pola perilaku seorang individu. Masa remaja awal (12-15 tahun)
merupakan masa dimana seorang anak berada dalam tahap perkembangan
pubertas. Hal ini membuat remaja memiliki karakteristik yang menonjol
a. Adanya keinginan untuk menyendiri dengan keinginan menjalin
relasi dengan orang lain, dan keinginan untuk bebas dengan
kebutuhan memperoleh bantuan dari orang lain.
b. Cenderung membandingkan nilai-nilai atau norma dengan kenyataan
yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
c. Reaksi dan ekspresi emosi yang labil.
d. Memiliki standart dan harapan terhadap perilakunya sendiri.
3. Permasalahan yang Dihadapi Remaja Awal dalam Kehidupannya
Pada masa remaja terjadi banyak perubahan mulai dari perubahan
fisik, kognitif dan psikososial. Perubahan yang terjadi tidak jarang
menyebabkan munculnya permasalahan seiring masa kehidupan remaja.
Permasalahan yang muncul, antara lain transisi sekolah dari Sekolah Dasar
(SD) ke Sekolah Menengah Pertama (SMP). Remaja harus beradaptasi
dengan lingkungan sekolah yang baru. Remaja juga mulai mengalami
perubahan dalam hubungannya dengan orang tua, maka muncul konflik
antara remaja dan orang tua. Konflik yang terjadi dapat muncul karena
keinginan remaja untuk mandiri atau otonom. Perdebatan menyangkut
seputar masalah tugas di rumah, tugas sekolah, pakaian, uang, jam malam,
pacaran dan teman (Adams & Laursen, 2001; B.K. Barber, 1994 dalam
Papalia, Olds, dan Fledman, 2009).
Perubahan kognitif yang terjadi pada masa remaja membuat
Remaja lebih memikirkan dirinya sendiri dan memandang dirinya lebih
hebat dari pada orang lain. Perubahan kognitif juga mempengaruhi remaja
dalam proses pengambilan keputusan. Remaja cenderung mengambil
keputusan yang salah karena mendapat pengaruh dari orientasi masyarakat
terhadap dirinya dan kegagalan yang dilakukannya.
Menginjak masa remaja, banyak waktu yang dihabiskan para
remaja untuk berada di luar bersama dengan teman-temannya. Tak jarang
sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku remaja banyak
dipengaruhi oleh teman sebaya daripada keluarga (Hurlock, 1990).
Pengaruh teman sebaya mencapai puncaknya pada usia 12-13 tahun.
Keterikatan remaja dengan kelompok teman sebayanya dapat
menyebabkan masalah ketika keterikatan tersebut terjalin semakin kuat
sehingga remaja cenderung untuk mengabaikan aturan rumah, tidak
mengerjakan tugas sekolah, sampai dengan penggunaan obat-obatan
terlarang dan melakukan sesuatu yang disetujui oleh teman sebaya dan
memperoleh popularitas (Fuligni et al., 2001). Keterikatan yang terjadi
memicu adanya tekanan dalam kelompok dan konformitas.
Permasalahan lain yang banyak muncul dalam kehidupan remaja,
membuat beberapa dari mereka sampai berani melakukan tindakan bunuh
diri. Brent (1989, dalam Santrock, 2002) mengungkapkan bahwa bunuh
diri merupakan salah satu penyebab kematian pada remaja dan dewasa
muda. Penelitian tentang bunuh diri yang terjadi pada remaja
rata-rata berusia 16 tahun dan lebih banyak remaja laki-laki (dalam
Hurlock, 1990).